Share

Akting yang Payah

Aldi mengangkat tangannya dan hendak menyentuh pelan pipi Luna ketika wanita itu menghentikan gerakannya dan menatap Aldi dengan tatapan tajam.

“Jangan bersikap tidak sopan! Se—” Ucapan Luna terhenti ketika Aldi menutup bibir Luna dengan tangannya. Luna yang masih merasakan sakit di sekujur tubuhnya hanya terdiam. Wanita itu sudah kehilangan tenaga untuk sekadar membalas perlakuan pria asing di depannya.

Aldi menatap Luna dalam-dalam. “Maaf, saya hanya ingin memeriksa luka yang ada di pipi anda. Saya juga tidak memiliki niat jahat, jadi anda tenang saja.”

“Apa anda selalu menutupi perilaku suami anda seperti ini?” tanya Aldi setelah tertawa kecil setelah melepaskan tangannya.

Luna mengernyitkan dahi mendengar pertanyaan dari pria ikal di sampingnya. “Apa maksud anda bertanya seperti itu? Perilaku suami saya yang seperti apa yang anda bicarakan?” tanya Luna dengan nada suara yang sedikit meninggi, seolah sengaja menunjukkan perasaan tidak nyaman.

Aldi hanya tersenyum kecil mendengarnya. “Anda sangat tidak pandai bermain peran, berbeda sekali dengan Reno,” ujarnya dengan nada kecewa.

“Meskipun anda sudah meninggikan suara demi menutupi rasa takut, tetapi ekspresi wajah anda tidak bisa berbohong, Bu Luna,” sambung Aldi dengan percaya diri.

Luna hanya menatap wajah pria itu sekilas dan berniat untuk melangkah keluar dari ruang tunggu.

“Saya melihat semuanya, Bu Luna. Saya melihat semua kekerasan itu. Saya bahkan punya videonya,” ujar Aldi dengan santai.

Sesuai dugaannya, wanita cantik itu segera membalikkan tubuh dan memberi isyarat pada Aldi untuk menutup mulutnya. “Siapa anda sebenarnya? Saya akan melaporkan perlakuan tidak sopan anda!”

“Nama saya Aldi. Dan saya hanya ingin memberitahu anda tentang video itu,” jawab Aldi dengan wajah datar.

Luna menatap pria ikal itu dengan raut khawatir. Ucapan Aldi tentang video itu jelas mengganggunya. “Mari bicara setelah acara selesai,” ucap wanita itu sembari berlalu meninggalkan Aldi yang hanya tersenyum kecil.

Angga yang berada di depan pintu menengok sebentar dan mengangguk pelan pada Aldi sebelum menyusul langkah kaki Luna.

“Apa yang baru saja dikatakan oleh pria asing itu? Kalau sampai semua itu benar dan Mas Reno tahu, entah apa yang akan dia lakukan padaku,” batin Luna sembari mengurut dahinya pelan.

“Ah, benar-benar. Nanti aku akan bicara dengan pria itu agar dia mau tutup mulut.” Pemikiran-pemikiran semacam itu terus saja terngiang di kepala Luna. Wanita dengan rambut sebahu itu menghela napas panjang ketika langkah kakinya semakin mendekati ruang konferensi pers.

“Silakan, Bu Luna.” Suara Angga yang sudah berada di sampingnya membuat Luna sedikit terkejut. Pria yang mengenakan topi hitam itu hanya tersenyum singkat dan mengarahkan Luna untuk mendekat ke panggung di mana Reno dan pemain film lainnya sudah menunggu.

“Selamat datang, Luna, kami semua sudah menunggumu,” sambut Reno sembari memberikan senyum lebar dan merentangkan tangannya. Luna membalas senyum dari suaminya dengan sama lebarnya dan menyandarkan tubuh dalam pelukan Reno sesaat, cukup untuk membuat orang-orang yang berada di dalam ruangan bersorak senang melihat keduanya.

“Terimakasih sudah mau menemaniku,” ucap Reno sedikit lebih pelan, bersamaan dengan kecupan singkat di dahi Luna.

Wanita itu hanya tersenyum kecil dan menganggukkan kepala. Ekor matanya menangkap wajah dingin Aldi yang hanya menatap mereka dari kejauhan. Luna menyandarkan tubuhnya di bahu Reno dan menatap kamera sembari tersenyum manis.

Sesi foto bersama yang berlangsung sekitar dua puluh menit itu diakhiri dengan foto bersama para pemain dengan media dan penggemar yang berada di ruangan.

“Hati-hati, mendekat saja padaku,” titah Reno sembari merangkul pundak istrinya yang sedikit terdesak karena banyaknya orang di dekat mereka.

“Iya, mas,” cicit Luna sembari membenarkan posisi berdirinya. Rasa sakit kembali menjalari kakinya yang beberapa kali terkena tendangan dari Reno.

Duk!

“Aduh!” Luna yang berusaha keras menahan rasa sakit di kakinya langsung terjatuh begitu seorang aktor muda yang berada di depannya tidak sengaja menyenggol kaki Luna.

“Luna!” Reno segera bersimpuh dan memeriksa keadaan Luna. Tidak hanya memeriksa, Reno juga secara tidak langsung berusaha memblok Luna agar tidak terlalu terlihat oleh awak media.

“Aku baik-baik saja, mas, tolong bantu aku keluar saja,” ujar Luna pelan. Wanita itu menundukkan kepala karena tidak ingin orang lain melihat wajah kesakitannya.

Aktor muda yang berada di depan mereka juga mendekat dan bermaksud meminta maaf, tetapi Reno justru menatapnya dengan tajam. “Tidak perlu mencari muka,” bisik Reno tepat di telinga aktor dengan mata kecoklatan itu.

“Maafkan saya, Bu Luna, Maafkan saya, Pak Reno. Saya benar-benar tidak sengaja. Saya juga tidak menyenggol dengan keras, tidak mungkin Bu Luna terjatuh begitu saja karena terkena lengan saya,” ucap aktor muda itu dengan berani.

Reno segera menahan tubuh aktor yang hendak mendekat itu dan menatapnya dengan tatapan dingin. “Saya mengerti. Sekarang tolong beri jalan untuk istri saya, Luna harus segera beristirahat,” ujar Reno dengan penuh penekanan.

Aktor muda itu segera memundurkan langkahnya dan menuruti keinginan Reno. Angga dan beberapa staff lain segera mendekat dan membantu membukakan jalan untuk Reno dan Luna. Begitu juga dengan Aldi yang berjalan di belakang mereka.

Reno memapah Luna dengan telaten dan berulang kali meminta Luna untuk berhati-hati dan bersabar.

“Cepat siapkan mobil,” titah Reno pada Angga yang berada di belakangnya. Reno segera menutup pintu tanpa menyadari kehadiran Aldi di belakangnya.

“Kenapa kamu tidak berhati-hati sih? Bagaimana kalau para media merasa curiga? Cuma disenggol pelan seperti itu saja langsung jatuh!” geram Reno sembari menatap tajam wajah Luna.

Wanita di depannya hanya menundukkan kepala dan menggumamkan kata maaf. “Aku sudah berusaha menahannya, mas, tetapi kakiku benar-benar sakit, maafkan aku,” ujar Luna pelan.

“Lebih baik kita pulang saja, jangan sampai ada orang lain yang mendengar keributan ini lagi,” ucap Aldi yang segera disambut tatapan tajam oleh Reno, serta tatapan pasrah Luna.

“Wah, anak jalanan ini! Aku kira kamu sudah pergi dari tadi,” ujar Reno sembari mendekati Aldi dan hendak mencengkram kerah pria itu, tetapi kali ini Aldi menahannya dan balas menatap Reno dengan tajam.

“Jangan pedulikan aku! Aku hanya ingin membantu Luna, agar tidak ada lagi korban lain setelah ibuku,” jawab Aldi dengan nada sinis.

Luna yang mendengar itu menoleh pelan. Sepertinya Reno sudah mengenal pria berambut ikal itu, tetapi hubungan keduanya juga tampak tidak baik.

Reno mendecih pelan dan mengibaskan tangan. “Kita ke rumah sakit dulu. Bagaimanapun, akan terlihat sangat janggal kalau aku tidak melakukan apapun pada istriku yang sedang sakit,” ujar Reno sembari mengambil tas ranselnya yang berada di atas kursi.

Pria tampan itu memberi isyarat pada Aldi untuk membawakan barang-barang Luna, sementara dirinya memapah Luna sampai menaiki mobil.

“Kalau bukan karena kamu, semuanya tidak akan kacau seperti ini,” gerutu Reno begitu mobil hitam yang dikendarai oleh Angga tampak mendekat. Luna yang berada di sisinya hanya menundukkan kepala.

Angga buru-buru turun dan menyambar barang bawaan Aldi. Hal itu jelas membuatnya mendapat tatapan sinis dari Reno.

“Naiklah! Kalau kamu ingin membantu Luna, lakukan sekarang! Mari kita lihat apa yang bisa dilakukan pria payah sepertimu,” ucap Reno setengah berbisik.

Aldi hanya mendecih pelan. Dia sama sekali tidak butuh ijin Reno untuk melakukan itu.

Sesuai perkataannya, Reno kembali memapah Luna sampai mereka berada di IGD. Setelah menyelesaikan urusan administrasi, pria itu kembali menghampiri Luna yang tengah terbaring di atas bed rumah sakit bersama Angga dan Aldi yang berdiri di dekatnya.

“Lakukan seperti biasa, Luna. Beritahu dokter kalau luka memarmu karena jatuh, dan tolak saran untuk rawat inap. Habiskan saja infusmu dan segera pulang,” ucap Reno sembari mengelus pelan rambut Luna, tetapi setiap perkataannya penuh penekanan. Luna hanya mengangguk lemah mendengarnya, sementara Aldi menggelengkan kepala melihat apa yang terjadi di depannya.

“Aku pulang dulu, aku benar-benar lelah. Jangan ganggu aku, kalau ada apa-apa, biar Aldi yang urus,” ujar Reno singkat sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan mereka. Pria tampan itu memberi isyarat pada Angga untuk mengikutinya.

“Pak.” Angga menatap Aldi singkat. Raut wajahnya memancarkan kecanggungan dan juga rasa bersalah.

Aldi mengangguk pelan dan menyuruh Angga untuk bergegas menyusul Aldi.

“Ck, anak itu benar-benar. Asal dia tahu saja, karirnya bisa hancur sekejap kalau video yang aku punya tersebar,” ujar Aldi begitu Reno sudah berada di luar ruangan IGD.

Luna yang mendengar itu segera menyentuh tangan Aldi dan menatapnya dengan raut wajah ketakutan. “Saya mohon jangan sebarkan video itu, saya mohon,” ucap wanita itu sungguh-sungguh.

“Katakan saja berapa yang anda butuhkan, tetapi jangan sebarkan video itu.” Ucapan Luna membuat Aldi menatap wanita itu dengan tatapan kecewa.

“Saya tidak butuh uang anda,” ujar Aldi singkat. Sebuah senyum kecil muncul di wajah pria berambut ikal itu.  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status