Luna menatap kosong pada jalanan yang padat. Wanita itu masih berusaha memproses semua hal yang baru saja dia dengar dari Aldi. Kisah terkelam dari keluarga Reno yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan.
Selama lima tahun pernikahannya dengan Reno, pria itu sama sekali tidak pernah menyinggung masalah pribadi keluarganya. Dia hanya bicara seperlunya. Bahkan Reno juga tidak pernah menyebut nama Aldi di depannya, karena itulah saat ini Luna merasa seperti mendapat hantaman fakta yang terlalu mengejutkan.
Wajah mama dan papa mertuanya mendadak berseliweran di dalam kepala Luna. Mama mertuanya memiliki senyum tipis yang terkesan menyeramkan, tetapi selama ini mama cukup baik padanya, meskipun Luna percaya hal itu dilakukan mama demi menjaga nama baik Reno dan untuk menekan Luna agar tetap bungkam.
Sementara itu, papa mertuanya merupakan orang yang jarang berbicara. Papa memiliki perawakan tinggi besar dan selalu mengenakan kacamata. Pria dengan rambut yang sudah setengahnya berwarna putih itu memiliki aura berwibawa yang kuat dan membuat siapapun yang ada di dekatnya merasa segan. Siapa yang menyangka kalau dulu papa sampai hati memperlakukan anak kandung dan istrinya seperti itu.
Luna menoleh sekilas pada Aldi yang juga menikmati pemandangan di luar jendela taksi yang tengah membawa mereka membelah jalanan padat ibu kota. Setelah mereka keluar dari pemakaman, Aldi sama sekali belum bicara padanya. Sesekali Luna mendapati Aldi yang mengusap pelan matanya. Pasti sulit bagi pria itu setelah menceritakan kisah sekelam itu pada Luna.
“Saya melihat Reno yang berada di ujung tangga dan menyeringai pada saya. Tidak jauh dari sana, wanita selingkuhan itu hanya terdiam dan menyaksikan keributan itu dengan wajah tenang. Hanya papa yang sibuk membantu petugas tandu dan menghubungi beberapa orang. Saat itulah, saya tahu Reno yang telah mendorong ibu saya. Dan wanita tidak tahu diri itu hanya menonton peristiwa itu. Saya benar-benar yakin itulah yang terjadi, dan mungkin itulah yang memang sudah diinginkan sejak lama oleh wanita hina itu.” Kata-kata Aldi kembali berputar-putar di dalam kepala Luna.
Dia tidak bisa membayangkan betapa hancurnya Aldi saat itu. Belum lagi, Aldi harus menerima kenyataan kalau setelah ibunya tiada, dia juga terusir dari rumah itu. Aldi terpaksa tinggal di rumah salah satu saudara dari papanya sampai dia lulus sekolah menengah atas.
“Kita makan dulu ya, Bu Luna,” ucap Aldi begitu mobil taksi berwarna biru itu berhenti tepat di sebuah rumah makan khusus ayam dan ikan bakar yang berada di pusat kota.
Luna hanya mengangguk pelan dan mengikuti langkah Aldi yang sudah lebih dulu keluar. Selepas makan, mereka akan langsung pulang menuju rumah Reno. Langkah Luna mendadak gontai ketika mengingat hal itu. Tidak bisakah mereka pergi lagi ke tempat lain? Luna sungguh tidak ingin kembali ke rumahnya setelah mengetahui semua yang sudah dilakukan oleh suami dan mertuanya.
“Saya minta maaf karena cerita saya pasti membuat Bu Luna tidak nyaman. Bu Luna boleh mengabaikan cerita saya, saya tidak memaksa Bu Luna untuk percaya pada saya,” ucap Aldi membuka pembicaraan.
Luna menggeleng pelan. Sebuah senyum tulus terukir di wajah cantiknya. “Tidak perlu minta maaf, justru saya berterima kasih karena Pak Aldi sudah mau bercerita, padahal itu pasti bukan hal yang mudah bagi Pak Aldi untuk mengenang kembali semua kekejaman itu,” balas Luna dengan tulus.
Aldi hanya mengangguk pelan dan mulai menyesap es jeruk yang ada di gelasnya. “Sekarang Bu Luna sudah mengerti ‘kan kenapa saya bersikeras untuk menjaga Bu Luna?” tanya Aldi.
“Iya, saya mengerti. Tetapi, saya punya pertanyaan pak. Apa kemarin itu benar-benar pertemuan pertama Pak Aldi dengan Mas Reno setelah sekian lama?” Luna balas bertanya. Karena seingatnya, Reno juga terlihat terkejut begitu melihat Aldi berada di luar ruangannya.
“Sebelumnya, bisakah kita mengganti panggilan masing-masing? Rasanya panggilan ibu-bapak ini terlalu formal,” celetuk Aldi sembari terkekeh pelan.
Luna tertawa kecil dan mengangguk. Dia juga merasakan hal yang sama. “Kalau begitu bagaimana kalau saya panggil Mas Aldi? Bagaimanapun, Mas Aldi kan kakak ipar saya. Mas panggil nama saya saja, Luna,” ucap Luna yang langsung disetujui oleh Aldi.
“Soal pertanyaan kamu, memang benar kemarin pertama kali kami bertemu lagi setelah sekian lama. Saya sering melihat Aldi di poster film ataupun iklan-iklan produk, dan saya merasa muak karena dia masih bisa hidup dengan nyaman setelah melakukan kejahatan pada saya. Karena itu saya bertekad untuk membalas dendam. Kebetulan sekali, kemarin saya berhasil menemuinya, dan saya juga jadi tahu kalau Reno sama sekali belum berubah,” jawab Aldi panjang lebar. Pria itu tampak kurang nyaman ketika mengucapkan kalimat terakhirnya.
Luna mengangguk paham. Aldi pasti merasa enggan membicarakan tentang bagaimana kemarin dia menyaksikan KDRT yang dilakukan Reno pada Luna.
“Kamu tenang saja, saya tidak akan menyebarkan video yang saya punya selama kamu memberi saya ijin untuk bisa sering berada di dekat kamu. Dan tolong hubungi saya kalau ada sesuatu yang buruk terjadi ya.” Aldi menyodorkan ponselnya dan meminta Luna untuk menyalin nomor ponsel Aldi.
“Kalau butuh teman cerita, saya juga siap kok mendengarkan,” sambung Aldi yang dibalas dengan senyum manis Luna.
Luna memang baru tahu sebagian dari kisah masa lalu Aldi. Entah apa saja yang sudah terjadi pada Aldi setelah dia diusir dari rumah mama Reno, tetapi Luna yakin itu semua adalah masa-masa yang sangat berat bagi Aldi.
“Terima kasih ya mas, karena sudah mau menolong saya, tetapi Mas Aldi juga tidak perlu terlalu khawatir, saya akan menjaga diri sebaik mungkin,” ucap Luna dengan tulus. Dalam hatinya, wanita itu juga menyimpan kekaguman atas sikap Aldi yang tetap memilih untuk menjadi orang baik setelah semua yang dia lalui.
“Itu juga yang dikatakan ibu saya, Luna. Tetapi nyatanya, ibu tidak benar-benar bisa menjaga dirinya.” Ucapan Aldi membuat Luna terdiam dan menutup mulutnya rapat-rapat.
Aldi yang menyadari perubahan eskpresi Luna terkekeh pelan dan menyodorkan sebuah piring berisi ayam bakar pesanannya. “Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Maaf ya kalau saya mendadak membahas soal ibu. Kamu tidak perlu merasa bersalah, apalagi sampai merasa tidak enak, saya sudah berdamai dengan semua itu, kok,” ujar Aldi dengan tatapan sungguh-sungguh.
Luna tersenyum kecil dan mulai menyendok nasi di piringnya. Manik hitamnya menatap Aldi yang juga sibuk dengan ikan bakarnya. Untuk pertama kalinya, Luna menemukan seseorang yang dengan terang-terangan menyatakan berada di pihaknya. Berbeda dengan saran yang biasa dia dengar untuk terus memperbaiki diri, menerima Reno apa adanya, menjaga aib suaminya, Aldi justru memberikan jalan keluar yang berbeda. Pria berambut ikal itu seolah membawa angin segar di tengah kalutnya kehidupan Luna.
Nada dering yang terdengar dari ponsel Luna segera mengalihkan perhatian keduanya. Nama Reno tampak di layar sebagai panggilan masuk.
Luna menghela napas dalam-dalam begitu mobil taksi yang dia tumpangi bersama Aldi berhenti di depan gerbang sebuah rumah besar. Suara berat Reno di telepon tadi kembali membuat Luna bergidik. Suaminya itu hanya menyuruhnya untuk segera pulang, tetapi Luna dapat mengira amarah seperti apa yang tengah ditahan oleh Reno.Aldi yang berada di sampingnya menatap Luna dan tersenyum kecil. “Ayo, biar saya temani,” ujarnya dengan suara mantap.Luna sudah berulang kali meminta Aldi untuk tidak mengantarnya. Bukannya Luna tidak merasa takut, tetapi wanita itu hanya tidak mau membuat Aldi terlibat terlalu dalam, apalagi sampai terluka karena kelakuan Reno. Meskipun Luna masih merasakan sakit di sekujur tubuhnya, tetapi dia juga tidak siap melihat Aldi dan Reno bertengkar di hadapannya. Biar saja dia yang menjadi pelampiasan amarah Reno, seperti yang biasanya terjadi.Luna melangkah keluar dari mobil dengan gontai. Seandainya dia punya tempat pulang selain rumah ini. Sebelumnya, dia pernah mencoba
“Beraninya kamu membela pria lain di depan suamimu sendiri! Apa kamu sudah tidak waras, Luna?” seru Reno yang melepas diri dari pelukan mamanya dan beranjak mendekati Luna.Luna berusaha menguatkan kakinya yang masih terasa nyeri. Ingatan Luna tentang percakapan singkatnya dengan ibu hamil di rumah sakit dan fakta kelam tentang keluarga Reno membuatnya bertekad untuk mulai berani melawan. Dari ekor matanya, Luna dapat melihat mama mertuanya hanya tersenyum kecil sembari menatapnya, terlihat jelas kalau mama Reno justru senang melihat apa yang sedang terjadi.Bruk!Luna memejamkan mata kuat-kuat, tetapi wanita itu tidak merasakan goncangan sama sekali di tubuhnya. ‘Apa yang terjadi? Apa tendangan Mas Reno meleset?’ batin Luna sembari berusaha membuka matanya.Wanita itu segera memekik ketika melihat papa mertuanya tersungkur tepat di bawah kakinya. Di hadapannya, Reno tengah berusaha mengatur napasnya sembari menatap Luna tajam. Pri
Mama Reno menatap suaminya dengan tatapan tajam, tetapi pria berkacamata itu sama sekali tidak terpengaruh.“Saya perlu memastikan keselamatan Luna dan Aldi sebelum saya pergi,” ucap papa Reno dengan suara mantap.“Hahaha, hari ini papa benar-benar lucu. Apa yang sebenarnya sedang papa lakukan?” Suara tawa Reno membuat semua orang segera menoleh ke arahnya.“Papa takut aku akan memukuli Luna? Memangnya kenapa pa? Bukankah itu adalah hal yang biasa? Selama ini papa tidak pernah menghentikanku, kok,” sambung Reno dengan nada bicara yang terkesan meledek.Luna yang berada di sebrang aktor tampan itu menatapnya tajam. Suaminya itu benar-benar meniru sifat ibunya. “Mas, tolong jangan bicara seperti itu pada papa,” ucap Luna pelan.Papa menoleh pada Luna dengan mata yang berkaca-kaca. Apa yang dikatakan Reno memang benar. Selama ini, papa tidak pernah menghentikan Reno ataupun meminta putranya itu untuk mem
Luna menatap layar ponselnya dengan perasaan tidak menentu. Sudah dua hari dia berada di rumah orang tuanya, tetapi Aldi sama sekali belum menghubunginya, padahal pria berambut ikal itu sudah berjanji untuk segera menghubungi ketika mengantar dirinya.“Mas Aldi pasti sedang sibuk ya?” tanya Luna pada dirinya sendiri. Manik hitamnya beralih pada jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh pagi.“Tetapi apa ya pekerjaan Mas Aldi? Kemarin dia tidak ada cerita apapun tentang pekerjaannya,” gumam Luna sembari merebahkan tubuhnya di kasur.Wanita yang mengenakan piyama berwarna hijau tosca itu memejamkan mata perlahan. Luna tidak akan pernah melupakan hari pertemuannya dengan Aldi karena begitu banyak hal yang terjadi di waktu yang sama. Untuk pertama kalinya, Luna melihat papa mertuanya yang selama ini lebih banyak diam dan menerima keputusan istrinya membela Luna habis-habisan. Selain itu, Luna juga dapat melihat raut wajah malu dan tidak terima yang ditunjukkan oleh mama Reno. Wanita yang
“Luna, bahkan sekarang kamu sudah berani melawan ibu!” bentak ibu dengan nada tinggi begitu melihat apa yang dilakukan Luna.Wanita berambut panjang itu menatap ibu dengan tatapan nanar. Luna sudah dapat menebak kalau ibu pasti akan sangat marah padanya. Wanita yang sudah melahirkannya itu juga pasti akan menuntut Luna untuk meminta maaf pada Reno dan memperbaiki hubungan mereka. Namun, Luna sudah terlalu lelah berada dalam kungkungan Reno yang selalu bersikap kasar padanya. Dia ingin memiliki pernikahan yang bahagia, tanpa harus merasakan sakit karena tendangan atau pukulan Reno setiap kali pria itu marah.“Ibu, tolong dengarkan Luna. Tidak bisakah ibu berada di pihak Luna sekali saja? Apa semua ini belum cukup untuk membuat ibu sadar, bu?” tanya Luna sembari menunjuk pada beberapa luka lebam yang ada di tubuhnya.Ibu menatap Luna dengan ekspresi kesal. Tampaknya, luka-luka itu belum cukup untuk membuat ibu meredakan emosinya. Padahal baru beberapa menit yang lalu ibu meminta maaf pa
Luna mengerjapkan mata beberapa kali demi memastikan bahwa dia tidak salah melihat bahwa di depannya Aldi tengah tersenyum kecil dan melambaikan tangan. Pria berambut ikal itu terlihat lebih tampan ketika mengenakan setelan jas hitam dan sebuah dasi dengan warna senada.“Mas Aldi sedang apa di sini?” tanya Luna sembari menatap sekeliling. Wanita itu tidak melihat siapapun di dekat Aldi.“Jangan berpikir yang aneh-aneh! Saya sedang ada pekerjaan,” jawab Aldi sembari menjitak pelan kepala Luna sembari tertawa kecil.“Bukankah seharusnya saya yang curiga sama kamu? Kamu pergi jauh-jauh ke sini hanya menggunakan piyama begini, apakah ada sesuatu yang terjadi?” Aldi balas bertanya sembari memerhatikan pakaian Luna yang memang sangat mencolok.Wanita dengan rambut dikucir satu itu tersenyum kecil dan menunduk. “Yah, ada hal besar yang terjadi di rumah, jadi saya memutuskan untuk pergi menyendiri dulu di sini, ternyata malah bertemu sama Mas Aldi,” jawab Luna yang masih mencoba tertawa getir
Luna mengejar Aldi yang sudah berada di depan kafe. Pria berambut ikal itu tampak menolehkan kepalanya ke berbagai arah seperti sedang mencari seseorang.“Ada apa mas?” tanya Luna dengan rasa penasaran.Aldi menoleh pada Luna dan menatap wanita itu dengan raut wajah khawatir. “Kamu yakin akan bermalam di sini? Berapa lama rencananya kamu di sini?” Bukannya menjawab pertanyaan Luna, pria dengan dasi yang sudah bergeser dari tempatnya itu malah balik bertanya.Luna mengangguk ragu demi melihat wajah Aldi yang tampak sangat khawatir. “Memang ada apa sih mas? Saya sama sekali tidak melihat apapun tadi,” ucap Luna dengan penekanan karena sejak tadi Aldi tidak juga menjawab pertanyaannya.Aldi menghela napas panjang dan meminta Luna untuk menunggu sebentar di luar kafe. “Saya bayar makanannya dulu ya,” ujar Aldi tanpa mengindahkan pertanyaan Luna.Wanita yang tengah berada dalam pelariannya itu menatap punggung Aldi dan mendecakkan bibirnya pelan. Apa sebenarnya yang Aldi lihat sampai pria
Luna menatap layar ponselnya yang sudah dia matikan sejak keluar dari rumah siang tadi. Wanita yang sudah berganti pakaian dengan kaus hitam polos dan celana pendek berwarna abu-abu itu mengambil benda pipih itu dan merebahkan diri di atas kasur.“Haruskah aku menghidupkannya? Aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun, tetapi apa yang dikatakan Mas Aldi cukup menggangguku juga,” gumam Luna sembari menatap langit-langit kamar hotel yang bernuansa putih dan coklat itu.Berbagai kemungkinan buruk mendadak memenuhi kepala Luna. Bagaimana kalau apa yang dikatakan Aldi benar dan pria mencurigakan itu memang mengincarnya?Luna beranjak dari tempat tidur dan menuju pintu kaca yang tertutup. Perlahan, tangannya memutar kenop pintu yang langsung menuju balkon di depan kamarnya. Luna melangkahkan kakinya dengan rasa ragu yang tidak bisa dia sembunyikan.“Woah, kenapa terlihat tinggi sekali?” tanya Luna sembari menatap parkiran mobil dan rentetan kafe yang berada di seberang hotel. Dalam piki