Tanpa Marcho sadari, ucapannya itu membuat hati Livy berdenyut nyeri. Ia merasa usahanya kali ini sama sekali tidak bernilai di mata Marcho."Sebenarnya bukan mantan kekasih, Tuan. Karena saya juga belum memutuskan hubungan kami secara resmi!" jawab Livy dengan nada yang cukup pelan, namun terdengar begitu jelas di telinga Marcho."Apa maksudmu, Livy?!" tanya Marcho dengan geram sambil mengunci tubuh istrinya di dinding lift.Tatapan tajam Marcho kali ini membuat Livy merinding ngeri. Untung saja pintu lift segera terbuka dan Marcho langsung membuat jarak di antara keduanya."Kau harus mempertanggung jawabkan semua ini di kantor!" tegas Marcho."Di kantor? Bukankah kita akan menuju ke sekolah Hizkiel?" tanya Livy yang sama sekali tidak dijawab oleh Marcho.Marcho lebih memilih diam dari pada menanggapi pertanyaan Livy kali ini. Dia tidak ingin Livy tahu jika dia hanya memberikan alasan klise yang tidak sebenarnya untuk segera undur diri dari ruangan meeting.Meskipun di ruangan meetin
Dor! Dor! Dor!Livy menggedor pintu apartemen 234 sembari merapikan penampilannya yang saat ini sudah seperti “wanita lugu yang sedang hamil 5 bulan” sungguhan.Hari ini, dia akan membalaskan dendam sahabatnya yang diselingkuhi tunangannya dengan perempuan tak tahu diri! "Cari siapa, ya?" Seorang wanita cantik yang tampak sebaya dengan Livy muncul.Dia yakin ini selingkuhan dari tunangan sahabatnya!"Mark ada?" Livy langsung berakting.Wanita di depannya tampak mengangguk meski bingung. "Ada. Kalau boleh tahu, kamu siapa dan ada kepentingan apa, ya?" "Aku Livy. Aku datang ingin meminta pertanggung jawaban dari Mark yang telah membuatku hamil!" "Apa?!”Livy mengangguk sambil mengusap perutnya yang sedikit membuncit.Dipasangnya ekspresi sesedih mungkin, bagai wanita yang ditinggalkan setelah dihamili.Padahal, dia sedang menahan tawa saat membayangkan pacar sahabatnya yang tukang selingkuh itu akan ditinggalkan!"Kamu serius hamil sama abangku?" Deg!ABANG?Bukankah ini tempat sel
Ting!Pintu lift terbuka bersamaan dengan Mark yang sudah babak belur.Puas, Livy pun langsung keluar dan menuju ke tempat parkir.Setidaknya, ada pencapaian yang diperolehnya hari ini: memukul Mark!Gadis itu pun segera menyalakan mesin motornya, Livy langsung melesat pergi meninggalkan apartemen.Hanya saja, bayangan masalah antara dirinya dan Marcho membuat Livy menghela napas panjang."Sepertinya, aku harus mencari pekerjaan baru kali ini!" gumam Livy dalam hati.***“Kamu kenapa?”Begitu tiba, Livy tampak datang dengan wajah mengenaskan, Cintya mengerutkan kening bingung."Aku sudah berhasil bikin Mark Lim babak belur!" "Bagus, dong! Kalau perlu, sampai mati sekalian karena aku sudah gak sudi lagi punya calon suami kayak dia!" balas Cintya berapi-api mengingat pernikahannya yang akan digelar 2 bulan lagi harus berakhir seperti ini hanya karena Mark selingkuh di belakangnya.“Terus kenapa kamu lesu begini?”"Tadi, aku sempat salah masuk ke apartemen orang."Cerita Livy kali ini m
Hah?"Tentu saja! Jadi Hizkiel tidak akan kesepian lagi karena nanti akan ada mama baru dan juga calon adik di perut mama yang akan menemani Hizkiel!" Belum sempat Livy menjawab, Mila yang baru saja tiba di ruangan itu sudah menimpali ucapan bocah bernama Hizkiel."Oh, iya. Kemarin kita belum sempat berkenalan, ya. Habisnya, Kakak ipar sudah pergi saat kita kembali ke Apartemen!"Mila mengulurkan tangannya ke arah Livy, "Kenalkan, aku Mila, adiknya Bang Marcho!"Livy memaksakan senyumnya dan membalas uluran tangan Mila. “Ha–halo? Aku Livy.”"Tak usah tegang begitu, kakak ipar. Asal kau tahu saja, kau adalah penyelamatku!” ucap adik atasannya itu dengan mata berbinar."Setelah kalian menikah, aku bisa segera kembali ke London dan meneruskan kuliahku di sana tanpa khawatir dengan keadaan abang dan juga keponakanku di sini!"Livy hanya bisa menghela napas panjang, mendengar ucapan Mila.Kini dia tau kenapa Marcho sampai mengajaknya menikah.Ternyata, masalah ini benar-benar sudah meleba
‘Apa aku kabur saja, ya?’Di dalam mobil, Livy terus saja berpikir bagaimana caranya agar bisa melepaskan diri dari Marcho. Dia bahkan sampai tidak sadar jika sedari tadi Marcho diam-diam memperhatikannya."Jangan pernah berpikir untuk melarikan diri dariku, Livy!" gertak Marcho seolah ia sangat tahu apa yang sedang Livy pikirkan saat ini.Lamunan wanita itu sontak sirna."I–itu sangat tidak mungkin Tuan Marcho! Bukankah bodyguard Anda sangat banyak? Jadi mana mungkin saya bisa melarikan diri!" balas Livy, cepat.Marcho hanya tersenyum miring. "Baiklah. Untuk sekarang, kuharap kau menyiapkan jawabanmu dengan benar. Mommy pasti akan banyak bertanya tentangmu!” “Jangan lupa untuk menjawab setiap pertanyaannya dengan 'jujur’!" tambah Marcho lagi masih fokus ke arah jalanan kota."Siap Tuan!""Tuan? Siapkan panggilan khusus untukku!" titahnya mendadak membuat Livy menghela nafasnya panjang."Iya, Tuan. Ini sedang saya pikirkan bagaimana saya harus memanggil Tuan, nanti!""Dasar lemot! P
Livy kini sudah duduk terpaku di hadapan Marcho, menantikan hukuman apa yang akan ia dapatkan kali ini. Tatapan dingin Marcho yang seperti mampu membekukan siapa pun yang dilihatnya, membuat Livy terus menundukkan kepalanya. Entah kenapa kali ini keberanian Livy sirna begitu saja, saat ia kembali berhadapan dengan bosnya sendiri. "Ke mana perginya keberanianmu tadi, Livy?!" tanya Marcho menghardik wanita yang sudah mempermainkannya hari ini. Livy hanya diam tidak menjawab pertanyaan Marcho kali ini. Jika dibilang takut, tentu saja ia sangat takut. Terlebih tatapan Marcho saat ini seperti hendak mengunyahnya habis-habisan tanpa sisa. "Jangan diam saja dan jawab pertanyaanku!" gertak Marcho. "Aku sama sekali tidak suka diacuhkan!" lanjutnya lagi.Mendengar itu, Livy pun mulai mengangkat kepalanya dan memberanikan dirinya menatap Marcho yang saat ini sedang diselimuti dengan amarah. "Keberanian saya masih disimpan untuk memperhitungkan kembali dengan baik bagaimana saya bisa melari
Tanpa menunggu jawaban, Marcho langsung berjalan keluar dan mengunci pintu dari luar.Melihat itu, Livy menahan gemetar di tubuh, terlebih kala pria itu terdengar menelpon asisten pribadinya-Fredy. Apa mereka sedang mempersiapkan proses penangkapannya?Tidak!Livy menggelengkan kepalanya berkali-kali. Dia tak mau mendekam di dalam penjara yang dingin dan menakutkan itu."Aku harus kabur secepatnya sebelum Marcho sadar!" batin gadis itu dalam hati.Sementara itu, Marcho kini tengah berada di ruang kerjanya di apartemen itu. Dia tersenyum penuh kemenangan, saat melihat dokumen yang baru saja di kirimkan oleh asistennya. Sesuatu yang bisa dia gunakan untuk menaklukkan Livy! Livy adalah anak dari seorang bos pertambangan. Setelah Ayahnya meninggal dunia, Ibunya menikah lagi. Tapi tanpa sepengetahuan sang Ibu, Ayah tirinya seringkali bertindak tak senonoh padanya hingga membuat Livy memutuskan untuk kabur dari rumahnya. Dia melihat jam tangannya kemudian beranjak untuk menemui Livy di
Selama ini, Livy sudah menutup identitas dirinya rapat-rapat. la tidak mau mamanya tahu keberadaannya dan menjemputnya secara paksa untuk kembali ke Mansion Utama yang sangat ketat dengan peraturan.Bukan hanya itu sebenarnya, yang sangat Livy takutkan adalah jika ia harus kembali bertemu dengan papa tirinya yang selalu saja mencari celah untuk menggodanya. Kini Livy mulai bimbang harus memilih yang mana. Jika ia menolak masuk ke kandang harimau yang disediakan oleh Marcho, mau tidak mau ia harus kembali ke kandang buaya dan siap untuk diterkam papa tirinya kapan pun dia mau. "Saya akan menandatangani surat perjanjian itu..." ucap Livy memotong kalimatnya membuat Marcho tersenyum penuh kemenangan. "Tapi, saya tidak mau mengandung anak Anda, Tuan Marcho!" jelas Livy dengan tegas. "Sayangnya kau tidak bisa mengubah surat perjanjian yang sudah aku buat, Livy!" balas Marcho tidak mau kalah. "Apa sebegitunya kah Anda menginginkan saya mengandung anak Anda, Tuan Marcho?" tanya Livy yang