"As you wish, Mr Marcho yang terhormat!" balas Livy geram dan kemudian berbalik menuju mobil.Marcho pun mengikuti langkah Livy dan kembali membukakan pintu untuk istrinya. Kini keduanya sudah berada di mobil yang akan mengantarkan mereka pulang“Tuan, bukankah saya istri yang tidak Anda pertimbangkan sama sekali?” tanya Livy membuka pembicaraan di antara mereka."Yap, tepat sekali!""Berarti saya diperbolehkan untuk menjalin hubungan dengan pria lain, dong!"Penuturan Livy barusan membuat hati Marcho sedikit tercubit. "Tidak bisa!" jawabnya dengan tegas."Mengapa?""Jangan membuat Hizkiel sakit hati karena melihat mommy nya memiliki hubungan dengan pria lain!" jawab Marcho dengan tegas."Lagi pula apa kata orang nanti jika ternyata Nyonya Marcho justru memiliki selingkuhan di luar sana!""Emm, saya juga tidak akan menjalin hubungan secara terang-terangan. Saya akan menyembunyikan hubungan itu dari siapa pun!"balas Livy lagi membuat emosi Marcho seketika tersulut."Lakukan saja sesuka
Kehadiran Randy kali ini membuat Marcho sedikit gusar, terlebih ia belum mengetahui siapa sebenarnya pria yang kini berbicara dengan istrinya.Pintu lift pun terbuka dan keduanya kembali meneruskan obrolan mereka berdua."Maaf, Randy! Keadaanku saat itu benar-benar sedang di ujung tanduk dan mengharuskan aku pergi tanpa meninggalkan jejak sedikit pun!" balas Livy.Randy pun mendekatkan dirinya dan hendak memegang kedua bahu Livy. Namun cepat-cepat Marcho menarik Livy ke dalam pelukannya."Siapa laki-laki ini, sayang?" tanya Marcho yang membuat langkah Randy terhenti.Randy menatap Marcho sejenak dan beralih menatap Livy, "Jadi benar kata Tante Widya jika kau sudah menikah, Livy?"Pertanyaan Randy membuat Livy bingung harus menjawab apa. Hingga pada akhirnya Livy hanya bisa menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Randy barusan."Emmh, kenalkan ini Randy!" ucap Livy sambil menunjuk ke arah Randy."Dan Randy, kenalkan ini suamiku, Marcho!"Marcho langsung mengulurkan tangannya
Tanpa Marcho sadari, ucapannya itu membuat hati Livy berdenyut nyeri. Ia merasa usahanya kali ini sama sekali tidak bernilai di mata Marcho."Sebenarnya bukan mantan kekasih, Tuan. Karena saya juga belum memutuskan hubungan kami secara resmi!" jawab Livy dengan nada yang cukup pelan, namun terdengar begitu jelas di telinga Marcho."Apa maksudmu, Livy?!" tanya Marcho dengan geram sambil mengunci tubuh istrinya di dinding lift.Tatapan tajam Marcho kali ini membuat Livy merinding ngeri. Untung saja pintu lift segera terbuka dan Marcho langsung membuat jarak di antara keduanya."Kau harus mempertanggung jawabkan semua ini di kantor!" tegas Marcho."Di kantor? Bukankah kita akan menuju ke sekolah Hizkiel?" tanya Livy yang sama sekali tidak dijawab oleh Marcho.Marcho lebih memilih diam dari pada menanggapi pertanyaan Livy kali ini. Dia tidak ingin Livy tahu jika dia hanya memberikan alasan klise yang tidak sebenarnya untuk segera undur diri dari ruangan meeting.Meskipun di ruangan meetin
Dor! Dor! Dor!Livy menggedor pintu apartemen 234 sembari merapikan penampilannya yang saat ini sudah seperti “wanita lugu yang sedang hamil 5 bulan” sungguhan.Hari ini, dia akan membalaskan dendam sahabatnya yang diselingkuhi tunangannya dengan perempuan tak tahu diri! "Cari siapa, ya?" Seorang wanita cantik yang tampak sebaya dengan Livy muncul.Dia yakin ini selingkuhan dari tunangan sahabatnya!"Mark ada?" Livy langsung berakting.Wanita di depannya tampak mengangguk meski bingung. "Ada. Kalau boleh tahu, kamu siapa dan ada kepentingan apa, ya?" "Aku Livy. Aku datang ingin meminta pertanggung jawaban dari Mark yang telah membuatku hamil!" "Apa?!”Livy mengangguk sambil mengusap perutnya yang sedikit membuncit.Dipasangnya ekspresi sesedih mungkin, bagai wanita yang ditinggalkan setelah dihamili.Padahal, dia sedang menahan tawa saat membayangkan pacar sahabatnya yang tukang selingkuh itu akan ditinggalkan!"Kamu serius hamil sama abangku?" Deg!ABANG?Bukankah ini tempat sel
Ting!Pintu lift terbuka bersamaan dengan Mark yang sudah babak belur.Puas, Livy pun langsung keluar dan menuju ke tempat parkir.Setidaknya, ada pencapaian yang diperolehnya hari ini: memukul Mark!Gadis itu pun segera menyalakan mesin motornya, Livy langsung melesat pergi meninggalkan apartemen.Hanya saja, bayangan masalah antara dirinya dan Marcho membuat Livy menghela napas panjang."Sepertinya, aku harus mencari pekerjaan baru kali ini!" gumam Livy dalam hati.***“Kamu kenapa?”Begitu tiba, Livy tampak datang dengan wajah mengenaskan, Cintya mengerutkan kening bingung."Aku sudah berhasil bikin Mark Lim babak belur!" "Bagus, dong! Kalau perlu, sampai mati sekalian karena aku sudah gak sudi lagi punya calon suami kayak dia!" balas Cintya berapi-api mengingat pernikahannya yang akan digelar 2 bulan lagi harus berakhir seperti ini hanya karena Mark selingkuh di belakangnya.“Terus kenapa kamu lesu begini?”"Tadi, aku sempat salah masuk ke apartemen orang."Cerita Livy kali ini m
Hah?"Tentu saja! Jadi Hizkiel tidak akan kesepian lagi karena nanti akan ada mama baru dan juga calon adik di perut mama yang akan menemani Hizkiel!" Belum sempat Livy menjawab, Mila yang baru saja tiba di ruangan itu sudah menimpali ucapan bocah bernama Hizkiel."Oh, iya. Kemarin kita belum sempat berkenalan, ya. Habisnya, Kakak ipar sudah pergi saat kita kembali ke Apartemen!"Mila mengulurkan tangannya ke arah Livy, "Kenalkan, aku Mila, adiknya Bang Marcho!"Livy memaksakan senyumnya dan membalas uluran tangan Mila. “Ha–halo? Aku Livy.”"Tak usah tegang begitu, kakak ipar. Asal kau tahu saja, kau adalah penyelamatku!” ucap adik atasannya itu dengan mata berbinar."Setelah kalian menikah, aku bisa segera kembali ke London dan meneruskan kuliahku di sana tanpa khawatir dengan keadaan abang dan juga keponakanku di sini!"Livy hanya bisa menghela napas panjang, mendengar ucapan Mila.Kini dia tau kenapa Marcho sampai mengajaknya menikah.Ternyata, masalah ini benar-benar sudah meleba
‘Apa aku kabur saja, ya?’Di dalam mobil, Livy terus saja berpikir bagaimana caranya agar bisa melepaskan diri dari Marcho. Dia bahkan sampai tidak sadar jika sedari tadi Marcho diam-diam memperhatikannya."Jangan pernah berpikir untuk melarikan diri dariku, Livy!" gertak Marcho seolah ia sangat tahu apa yang sedang Livy pikirkan saat ini.Lamunan wanita itu sontak sirna."I–itu sangat tidak mungkin Tuan Marcho! Bukankah bodyguard Anda sangat banyak? Jadi mana mungkin saya bisa melarikan diri!" balas Livy, cepat.Marcho hanya tersenyum miring. "Baiklah. Untuk sekarang, kuharap kau menyiapkan jawabanmu dengan benar. Mommy pasti akan banyak bertanya tentangmu!” “Jangan lupa untuk menjawab setiap pertanyaannya dengan 'jujur’!" tambah Marcho lagi masih fokus ke arah jalanan kota."Siap Tuan!""Tuan? Siapkan panggilan khusus untukku!" titahnya mendadak membuat Livy menghela nafasnya panjang."Iya, Tuan. Ini sedang saya pikirkan bagaimana saya harus memanggil Tuan, nanti!""Dasar lemot! P
Livy kini sudah duduk terpaku di hadapan Marcho, menantikan hukuman apa yang akan ia dapatkan kali ini. Tatapan dingin Marcho yang seperti mampu membekukan siapa pun yang dilihatnya, membuat Livy terus menundukkan kepalanya. Entah kenapa kali ini keberanian Livy sirna begitu saja, saat ia kembali berhadapan dengan bosnya sendiri. "Ke mana perginya keberanianmu tadi, Livy?!" tanya Marcho menghardik wanita yang sudah mempermainkannya hari ini. Livy hanya diam tidak menjawab pertanyaan Marcho kali ini. Jika dibilang takut, tentu saja ia sangat takut. Terlebih tatapan Marcho saat ini seperti hendak mengunyahnya habis-habisan tanpa sisa. "Jangan diam saja dan jawab pertanyaanku!" gertak Marcho. "Aku sama sekali tidak suka diacuhkan!" lanjutnya lagi.Mendengar itu, Livy pun mulai mengangkat kepalanya dan memberanikan dirinya menatap Marcho yang saat ini sedang diselimuti dengan amarah. "Keberanian saya masih disimpan untuk memperhitungkan kembali dengan baik bagaimana saya bisa melari