Share

Bab 4

Penulis: Island
Janji kencan yang Andrew maksud adalah mengajakku naik bianglala.

Aku memang sangat menyukai bianglala. Berkali-kali aku membayangkan duduk di sampingnya, melihat kota tempat kami tinggal dari ketinggian, lalu berciuman tepat saat bianglala mencapai puncak tertinggi.

Namun, Andrew fobia ketinggian. Aku pernah menyebutkannya sekali, lalu tak pernah memaksanya lagi.

Tak kusangka, saat aku sudah berniat pergi, dia malah mewujudkan keinginanku yang pernah terkubur.

“Terima kasih, Andrew,” ujarku dengan tulus.

Namun detik berikutnya, Selena datang sambil membawa popcorn dan berkata, “Eh, kebetulan sekali! Kalian lagi kencan? Enak sekali bisa berdua, nggak seperti aku, hanya bisa bermain sendirian.”

Nada suaranya berubah jadi sedih, lalu menatap Andrew dengan tatapan memelas.

Andrew tampak tak tega, “Kalau begitu, ikut main saja bersama kami.”

Senyumanku langsung menjadi kaku. Selena malah melirikku dengan tatapan menantang, lalu berkata, “Maaf, aku mengganggu kencan kalian.”

Andrew menoleh melihatku, seolah merasa ada yang salah, “Ivy, kalau kamu nggak mau, bisa bilang langsung padaku.”

Sungguh aneh, dalam dua hari ini Andrew tiba-tiba terbiasa meminta pendapatku. Tapi, aku sudah mati rasa.

Aku pun tersenyum sabar, lalu menjawab, “Nggak apa-apa, aku nggak keberatan. Justru malah lebih ramai.”

Mana mungkin aku menolak, nanti malah dituduh menyakiti anak yatim piatu.

Di dalam bianglala.

Andrew dan Selena berbincang begitu seru. Mereka cerita soal pasien di departemen mereka, menggosipi artis terbaru, bahkan sampai cara memasak sup jamur yang enak.

Aku pun tak bisa menahan diri dan bibirku menajam tipis.

Dibandingkan denganku, mereka berdua memang lebih mirip sepasang kekasih.

“Ngomongin sup jamur, Andrew, sup jamur yang kamu masak di rumahku waktu itu adalah sup terenak dalam hidupku. Aku iri sekali dengan Selena yang bisa minum sup seenak itu seumur hidupnya~”

Mendengar itu, wajah Andrew langsung menegang. Dia buru-buru menoleh melihatku, seperti ingin menjelaskan. Seolah takut aku salah paham, tapi aku sama sekali tak melihat ke arah mereka.

Aku sedang menatap keluar jendela bianglala, menelusuri kota yang sudah tujuh tahun menjadi tempat tinggalku.

Tiba-tiba, Selena berdiri di sampingku dan berkata, “Indah sekali pemandangannya, ‘kan? Aku paling suka naik bianglala. Waktu anjingku meninggal, aku sedih sekali sampai sempat kepikiran untuk bunuh diri. Demi menghiburku, Andrew mengajak aku naik bianglala.”

Aku sudah berusaha untuk tidak mendengar, tidak melihat dan tidak memikirkannya. Tapi, Selena terus saja mengusikku. Hatiku juga punya perasaan, tentu saja merasakan sakit yang luar biasa hebat.

Aku kira Andrew memaksakan dirinya untuk naik bianglala untuk menghiburku. Tak kusangka, ternyata dia sudah lebih dulu melakukannya untuk perempuan lain sebelumnya.

Selena malah menertawakan Andrew saat bercerita, “Kamu nggak tahu saja, waktu itu kakinya gemetar parah, badannya sampai bersandar ke aku. Aku belum pernah melihat dia sekonyol itu.”

Aku menundukkan pandangan. Kebetulan sekali, aku juga belum pernah melihatnya seperti itu.

Aku diam saja sejak tadi, membuat Andrew sedikit panik, “Kenapa? Perutmu sakit lagi? Atau takut?”

Aku menggeleng, “Aku lagi menikmati pemandangan.”

Andrew pun percaya jawaban asal itu. Dia kembali asik berbincang dengan Selena.

Begitu turun dari bianglala, Selena yang tadinya baik-baik saja, tiba-tiba jatuh bersandar ke tubuh Andrew, “Andrew, aku agak pusing.”

Andrew reflek menoleh ke arahku, lalu berusaha menjelaskan, “Sebenarnya Selena fobia ketinggian. Waktu aku naik bianglala dengannya dulu, itu karena kami sama-sama ingin melawan rasa takut….”

“Nggak perlu jelaskan, kamu antar dia pulang dulu saja.”

“Kalau begitu, tunggu aku di sini. Setelah mengantar dia pulang, aku bakal balik ke sini untuk mencarimu.”

Aku menatap Andrew yang pergi dengan mobil, lalu tanpa ragu berbalik pergi.

Aku sudah terlalu sering menunggunya. Kali ini, aku tidak akan menunggunya lagi.

Aku memesan taksi dan pergi ke bandara. Di perjalanan, Andrew terus-menerus mengirimiku pesan.

[Ivy, bagaimana kalau kali ini kita menikah di bawah bianglala? Kamu pernah bilang kita akan berciuman di puncak tertinggi, lalu bertukar cincin di hadapan yang maha kuasa.]

Banyak pesan suaranya yang masuk, seolah ingin menggoyahkan tembok yang sudah kubangun dalam hatiku.

[Kamu sudah menyiapkan 66 kali pernikahan untukku. Kali ini, biarkan aku yang menyiapkan semuanya, ya? Aku ingin menjadikanmu pengantin paling bahagia di dunia.]

Aku tetap tidak membalas. Kekecewaanku sudah terlalu banyak, kepercayaanku padanya pun sudah habis.

Sebelum pesawat lepas landas, aku menerima pesan terakhir darinya.

[Fobia ketinggian Selena cukup parah, aku harus temani dia lebih lama. Kamu bisa pulang sendiri naik taksi?]

Dan terulang lagi.

Dia tidak akan pernah memilihku.

Untung saja, aku sudah terlalu sering terluka olehnya, sehingga aku cukup tenang dan mati rasa kali ini.

Pada akhirnya, aku membalas satu pesan terakhir, [Iya, jaga Selena baik-baik. Kalau perlu, bawa saja ke rumah, biar kamu bisa lebih mudah menjaganya.]

[Kita putus. Batalkan saja pernikahan ke-67 itu.]

Akhirnya, akulah yang membatalkan pernikahan untuk kali ini.

Mulai sekarang, kami pun tidak perlu bertemu lagi.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ditinggalkan 66 Kali, Kini Aku Pergi   Bab 8

    Aku kembali mendapat kabar tentang Andrew setahun kemudian.Lucy meninggalkan pesan, katanya Andrew tahu aku bergabung dengan tim dokter lintas batas. Dia bahkan sudah mengirimkan lamaran ke sana.Dia ingin mencariku.Aku menghubungi Lucy dan dia menceritakan banyak hal.Sejak aku pergi, Andrew jadi terbiasa minum alkohol.Padahal, dulunya dia adalah dokter bedah terbaik. Seharusnya punya masa depan cerah, tapi karena mabuk berlebihan, akhirnya dipecat oleh rumah sakit.Selena tetap bertahan di sisinya.Andrew yang tadinya sangat membenci Selena, sampai Selena tak punya pilihan lain dan meniru gaya berpakaianku, barulah Andrew memperbolehkannya tetap berada di sisinya.Sampai akhirnya, suatu malam Andrew mabuk dan mengira Selena itu aku, dari sanalah mereka mulai bersama.Namun sejak saat itu pula, hidup Selena menjadi mimpi buruk. Andrew sama sekali tidak mencintainya, dia hanya menjadikan Selena sebagai pengganti diriku.Mereka pernah berjanji untuk membuat surat nikah, tapi Andrew m

  • Ditinggalkan 66 Kali, Kini Aku Pergi   Bab 7

    Andrew seperti orang gila, terus berusaha menghubungiku.Dia menanyakannya pada semua temanku, tapi tak seorang pun tahu keberadaanku.Dia bahkan meminjam ponsel orang lain untuk meneleponku, tapi tetap sama, ponselku selalu dalam keadaan mati.Saat itulah, Andrew sadar. Demi benar-benar meninggalkannya, aku telah memutus semua kontak dengan siapapun.Hari-hari Andrew penuh keterpurukan. Dia hanya bisa tidur setelah menenggak alkohol.Selena mencoba memanfaatkan kesempatan, sering kali menawarkan perhatian, tapi Andrew menolaknya berkali-kali.Andrew bahkan mulai membenci Selena. Dalam hatinya, dia yakin kalau bukan karena Selena, kami pasti sudah menikah sejak awal dan dirinya juga tidak akan mengecewakanku sampai 66 kali.Selena tak bisa menerima sikap dingin Andrew dan setelah kembali ditolak, Selena pun menangis dan berteriak histeris, “Andrew, kok kamu malah menyalahkanku? Kamu masih nggak mau menghadapi isi hatimu sendiri? Kalau kamu benar-benar mencintai Ivy, mengapa kamu bisa

  • Ditinggalkan 66 Kali, Kini Aku Pergi   Bab 6

    Keesokan harinya.Ponsel Andrew berdering.Mabuknya belum sepenuhnya hilang, tapi Andrew tetap memaksakan diri bangun. Begitu melihat pangilan itu bukan dariku, dia kembali kecewa dan langsung melempar ponselnya!Namun, dering ponselnya terus berbunyi.Dengan kesal, dia pun mengangkatnya. Dari balik telepon, terdengar suara lembut Selena, “Andrew, kenapa kamu belum datang bekerja? Tadi pasien nomor 8 berani mencubit pantatku, aku takut….”Andrew langsung menutup telepon. Di seberang sana, Selena terbengong. Andrew yang biasanya berhati lembut, tak pernah menolak permintaan tolongnya.Mungkin karena tak bisa menerimanya, Selena terus menghubungi Andrew berulang kali.Andrew kembali mengangkatnya, kali ini dia menjawab dengan kesal, “Kalau ada masalah, pergi cari kepala perawat. Jangan semua hal harus dilemparkan padaku!”Untuk pertama kalinya, Andrew menolak Selena. Andai aku masih ada, aku pasti akan senang setengah mati.Sayangnya, aku sudah pergi. Hubungan kami sudah tidak mungkin ke

  • Ditinggalkan 66 Kali, Kini Aku Pergi   Bab 5

    Saat sedang memasak untuk Selena, Andrew menerima pesanku dan dia langsung membeku di tempat.Tujuh tahun berpacaran, aku tidak pernah sekalipun mengucapkan kata putus, karena aku sangat menghargai hubungan ini lebih dari siapapun.Andrew sudah membatalkan 66 kali pernikahan kami, sedangkan aku hanya membatalkannya satu kali, tapi matanya langsung berkaca-kaca, panik dan gila-gilaan mengirimiku pesan.Tentu saja, aku sudah memblokirnya. Pesan-pesannya pun tak berhasil terkirim.Selena baru selesai mandi dan keluar dari kamar mandi, dia berkata, “Andrew, lagi melamun apa? Daging kamu sudah gosong! Aku darah rendah, bisa nggak kamu lebih serius memasaknya~”Andrew tidak menjawab, Selena pun masuk ke dapur dan melihat pesan putus dariku. Sekilas, matanya menunjukkan rasa senang yang tak bisa disembunyikan, “Ivy sudah gila? Kok dia malah minta putus? Mana ada laki-laki yang lebih baik dari kamu di dunia ini?”Selena pun berinisiatif memeluk Andrew untuk menghiburnya, rambutnya yang masih b

  • Ditinggalkan 66 Kali, Kini Aku Pergi   Bab 4

    Janji kencan yang Andrew maksud adalah mengajakku naik bianglala.Aku memang sangat menyukai bianglala. Berkali-kali aku membayangkan duduk di sampingnya, melihat kota tempat kami tinggal dari ketinggian, lalu berciuman tepat saat bianglala mencapai puncak tertinggi.Namun, Andrew fobia ketinggian. Aku pernah menyebutkannya sekali, lalu tak pernah memaksanya lagi.Tak kusangka, saat aku sudah berniat pergi, dia malah mewujudkan keinginanku yang pernah terkubur.“Terima kasih, Andrew,” ujarku dengan tulus.Namun detik berikutnya, Selena datang sambil membawa popcorn dan berkata, “Eh, kebetulan sekali! Kalian lagi kencan? Enak sekali bisa berdua, nggak seperti aku, hanya bisa bermain sendirian.”Nada suaranya berubah jadi sedih, lalu menatap Andrew dengan tatapan memelas.Andrew tampak tak tega, “Kalau begitu, ikut main saja bersama kami.”Senyumanku langsung menjadi kaku. Selena malah melirikku dengan tatapan menantang, lalu berkata, “Maaf, aku mengganggu kencan kalian.”Andrew menoleh

  • Ditinggalkan 66 Kali, Kini Aku Pergi   Bab 3

    Andrew menarikku keluar dari ruang pimpinan, wajahnya penuh keluhan dan berkata, “Ivy, kamu mengambek lagi denganku? Sampai kapan kamu bisa sedikit lebih dewasa? Membatalkan pernikahan dua hari lalu juga bukan keinginanku. Selena datang sebagai tamu untuk memberi selamat pada kita, tapi dia malah alergi sampai sesak napas dan pingsan. Masa aku nggak boleh peduli sama dia?”Aku tetap tenang dan menjawab, “Aku nggak marah, memang seharusnya kamu menjaganya.”Andrew terdiam, menatapku sambil bergumam, “Kenapa tiba-tiba jadi pengertian begini? Kalau nggak marah, kenapa harus mengundurkan diri?”“Karena aku sudah menemukan pekerjaan baru yang benar-benar aku suka.”Aku belajar kedokteran bertahun-tahun demi bisa menolong orang yang kesulitan, jadi aku sangat bahagia bisa bergabung menjadi dokter lintas batas.Namun, tiba-tiba wajah Andrew memuram, dia menambahkan, “Kamu nggak boleh mengundurkan diri sekarang. Selena baru saja alergi di hari pernikahan kita sampai membatalkan pernikahan. Kal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status