Share

Berobat

Author: Bun say
last update Last Updated: 2023-03-05 11:48:47

Berobat

"Maaf, saya mencoba untuk melihat wajahnya ya, Bu Aisyah.  Silahkan berbaring di sini." Seorang pria tampan bergelar dokter kecantikan tersenyum dan mempersilahkanku untuk berbaring di brankar. Saat ini aku sedang berada di sebuah  klinik kecantikan, saat Bu Indria membawaku ke tempat ini, untuk mengobati wajahku yang sudah sangat memprihatinkan. 

Sepertinya wanita itu kasihan kepadaku, apalagi setelah kujelaskan kisah hidupku tadi.  Katanya, dia tidak segan-segan mengeluarkan banyak uang karena meyakini jika aku akan menjadi seorang bintang setelah wajahku mulus.

 Apalagi ditunjang dengan kulitku yang putih, tinggi badan yang proporsional, bentuk tubuhku yang tidak berubah meskipun sudah melahirkan, ditambah penampilanku yang sebentar lagi akan Bu  Indria rubah, membuatnya optimis jika aku akan menghasilkan pundi-pundi rupiah. Meski itu juga adalah harapanku. 

Dokter itu kemudian mengambil sebuah alat yang diarahkan ke wajahku,  membuat seluruh apa yang tidak ada di wajahku terlihat sempurna, melalui layar kebiruan yang aku duga itu adalah sinar ultraviolet atau semacamnya.

"Bagaimana keadaan wajahnya, Dokter? Apakah Aisyah bisa sembuh, dan wajahnya bisa kembali mulus dan cantik?" tanya wanita yang duduk di sampingku.

Sebelum masuk tadi, dia mengatakan padaku jika klinik ini adalah langganan kaum sosialita dan sudah dipakai oleh para artis. Dan tentu saja aku percaya.

Pria yang bernama Dokter Hoki itu tersenyum kemudian kembali duduk di tempatnya, dan memintaku untuk duduk kembali di samping Bu Indria.

"Masalah di wajahnya cukup parah dan mulai terkena infeksi. Sepertinya dari kosmetik yang salah dan jerawat yang muncul memperparah kondisinya, hingga membuatnya infeksi seperti sekarang ini. Kita butuh perawatan ekstra dan biayanya tentu saja tidak murah. Bagaimana menurut Bu Indria?  Apa kita mau melanjutkannya?" tanya dokter yang tampan khas orang Chinese tersebut.

"Tidak masalah, Dokter. Lakukan apa saja, yang penting wajah Aisyah kembali mulus. Untuk urusan biaya, saya yang akan menanggungnya sendiri,"  ujar Bu Indria meyakinkan dokter itu yang langsung mengangguk-ngangguk. 

Setelahnya kemudian, dokter itu menjelaskan rincian biaya yang harus Bu Indria keluarkan untuk perawatan kulitku. Yang satu kali perawatannya saja bisa mencapai hampir 35 juta hanya untuk wajahnya saja. Dan itu tentu saja membuatku menganga dan tak percaya. Seumur hidup itu adalah biaya perawatan kecantikan termahal yang pernah  kudengar untuk sebuah perawatan kulit wajah. 

Namun sepertinya Indria terlihat biasa saja dan malah menanggapinya dengan anggukan dan senyum di bibirnya.

"Asal wajah Aisyah kembali cantik dan mulus, uang berapapun akan saya keluarkan. Lagi pula itu adalah aset dan Aisyah harus memperbaikinya dulu, sebelum dia menghasilkan pundi-pundi rupiah untuk saya." Bu Indria terlihat sangat santai ketika berbicara.

"Anda benar-benar pebisnis yang hebat, Bu Indria!"  ujar dokter itu sambil berdiri dan mengangsur tangannya yang langsung diraih oleh Bu Indria. 

Sementara aku terpaku di tempatku. Selama ini Mas Andra hanya memberiku uang sebanyak dua ratus ribu per minggu, untuk biaya kebutuhan dapur dan Diandra. Sedangkan untuk masalah kontrakan, serta token listrik, Mas Andra yang membayarnya.

"Ayo Aisyah  kita langsung ke lantai dua untuk diperiksa," ajak Bu Indria. Aku mengangguk pasrah menuruti keinginan wanita itu. Sementara Bu Indria menggendong Farel dan menyerahkannya kepada pengasuh yang sengaja dibawanya.

 Aku disuruh masuk ke sebuah ruangan yang sangat dingin dan mewah, di mana berbagai alat ada di sana. Ada beberapa orang juga yang tengah melakukan perawatan. Bahkan ada seorang wanita yang entah seperti sedang disuntik hidungnya agar lebih mancung atau semacamnya, entahlah. Aku hanya memperhatikannya sekilas, karena dokter wanita  itu mulai menyuruhku untuk berbaring, setelah aku memakai pakaian khas rumah sakit berwarna biru muda.

Setelah aku berbaring, entah apa yang mereka lakukan pada wajahku. Katanya itu di anastesi  atau apalah. Rupa-rupa alat dan krim bergantian memenuhi wajah dan setelahnya terasa kebas. Lalu entah seperti alat seperti apa, yang jelas wajahku tetap saja sakit. Seperti dicongkel dan itu membuatku terasa nyeri dan ngilu. Meskipun sebelumnya sudah diolesi dengan anastesi, namun rupanya rasa sakit itu terasa menusuk seperti ditusuk-tusuk jarum.

"Kamu tahan rasa sakitnya, Aisyah. Karena cantik itu perlu pengorbanan. Oke?"  ujar Bu Indria sebelum aku masuk ke ruangan ini tadi.

********

Perawatan itu membutuhkan waktu kurang lebih empat jam. Farel  beberapa kali menyusul, setelahnya kembali diraih oleh pengasuh yang sengaja dibawa oleh Bu Indria. Setelah selesai aku kembali ke rumah wanita itu.

"Ini obat dari dokter Hoki kamu diminum, agar nggak terlalu nyeri.  Dan salepnya oleskan ke wajahmu. Tapi ingat, jangan dulu terkena air kotor. Usahakan membersihkannya dengan air yang bening meskipun hanya untuk bagian wajahmu saja, agar kulitmu tidak semakin infeksi. Tadi itu dokter mengeluarkan nanah-nanah dan kulit mati dari  wajahmu. Jadi kamu harus hati-hati jika ingin kulitmu cepat sehat." Aku mengangguk mendengarkan ucapan Bu Indria barusan. Memang benar apa yang dikatakannya tadi sewaktu aku bangun setelah perawatan, banyak sekali kapas berwarna kemerahan dengan bau yang amis yang berasal dari jerawat jerawat di wajahku yang infeksi.

"Makasih, Bu Indria. Aku tidak tahu harus bagaimana membalasnya," ujarku sepenuh hati, karena memang aku tidak memiliki uang saat ini. Bahkan di rumah  beras pun hanya tinggal satu kali masak lagi. Entah jika Mas Andra besok tidak memberikan uang mingguan, aku akan makan apa selama seminggu ke depan. Tiba-tiba saja dadaku kembali sesak mengingat bagaimana pria itu memperlakukanku dan selingkuh di belakangku. Tapi lihat saja mas, setelah ini aku akan berubah dan aku  tak akan membiarkanmu memperlakukan aku bahkan menyelingkuhiku seperti ini.

Tekadku dalam hati, aku harus menjadi lebih baik seperti yang Bu Indria katakan. Cantik itu luka, dan  sebelum cantik, aku harus merasakan luka-luka di wajahku dan diobati sedemikian rupa. Sebelum akhirnya lahir kulit baru setelah penyembuhan.

******

Berjalan dengan kepala menunduk sambil menyelimuti wajah Farel dari teriknya sinar matahari menjelang sore ini. Kata dokter kulitku belum boleh terkena paparan sinar matahari secara langsung, dan aku harus berdiam dulu di dalam rumah. Tapi tak apa, ini adalah proses untukku menjadi cantik. Dan untuk urusan menjemur Farel, aku akan menjemurnya di bagian belakang, tepat di mana jemuran pakaian berada. 

Ketika aku hendak memasukkan anak kunci kepada lubangnya, ternyata pintu itu tidak dikunci. Bahkan motor Beat Mas Andra terparkir di depan kontrakan yang berjajar ini. Padahal ini masih siang. Apakah suamiku itu tidak bekerja? Entahlah aku tidak tahu. Namun yang jelas, sikapnya padaku pasti tidak akan pernah berubah.

"Mas kamu sudah pulang?" tanyaku menatap pria itu yang tengah duduk sambil menonton TV. Dan seperti biasanya, bukannya menjawab, pria itu tetap saja asik tanpa memperdulikan pertanyaanku. 

Tak ingin banyak pikiran, langsung saja aku masuk ke kamar dan membaringkan Farel di sana. Saat aku keluar kamar untuk mengambil wudhu, mata kami bertatapan sekilas dan Mas Andra langsung membuang muka ke arah lain.

"Ya ampun, makin menjijikan saja itu mukamu,"  gumamnya namun masih bisa terdengar dengan jelas olehku. 

Mungkin sekarang menjijikan, Mas. Tapi nanti wajah ini akan menjadi aset penting untuk menarik rupiah yang sangat banyak. Dan  akan kupastikan kau akan menyesal pada saat itu.

 Aku tersenyum dalam hati, tanpa  memperdulikan lagi sikapnya kepadaku. Yang jelas ini adalah awal  perubahan dariku menuju masa depan yang lebih baik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ditinggalkan Karena Burik   Akhir Segalanya

    Bab 33 Akhir Segalanya Berjalan dengan mengendap-ngendap, aku masuk ke rumah yang belakangan ini menjadi tempat tinggalku bersama dengan Aisyah. Berharap wanita itu tidak mengetahui kepergianku ke rumah Anisa. Bahkan dengan keadaanku yang seperti ini, rasanya aku enggan untuk berbicara dengan wanita itu untuk sementara waktu, karena pasti Aisyah akan mencecarku dengan berbagai pertanyaan."Dari mana kamu, Mas?" Deg! Suara Aisyah terdengar dari balik pintu. Wanita itu menatapku dengan penuh selidik."Aku–" Sial. Aku tak sempat memikirkan alasan dari mana kepergianku, apalagi dengan keadaanku yang terluka seperti ini akibat ulah si Malik tadi. Aisyah pasti curiga."Jangan katakan jika seseorang membegalmu lagi di jalan, karena alasan itu sudah basi untukku, Mas." Duh, bagaimana ini. Sangat sulit mencari alasan di saat aku tidak bisa berpikir jernih."Eh, tadi aku bertemu dengan teman, tak disangka dia mar

  • Ditinggalkan Karena Burik   Pria Asing

    Bab 32 Pria Asing Seketika ibu melongo. Saat aku dan Aisyah menatap wajahnya dengan serius. Seperti tengah mencari alibi, wanita itu masam-mesem dengan matanya yang melirik ke sana kemari."Eh itu–""Sudahlah, Bu. Tidak usah berbohong lagi. Ayah mertua juga sebenarnya sudah sehat. Jadi sebaiknya ibu bawa pulang saja daripada terus-terusan tinggal di rumah sakit, kan tidak enak," ujar Aisyah lagi. Ada raut nada tidak suka dari penjelasannya barusan. Mungkin wanita itu kecewa karena oleh ibuku yang terus membohonginya. Sedangkan aku juga tidak bisa berbuat apa-apa karena ini murni adalah kesalahan ibu.Tidak dapat berkata-kata lagi, Ibu akhirannya membungkam mulutnya. Setelahnya kuajak dia menemui dokter untuk mengajak ayahku pulang. Sepanjang perjalanan Aisyah tidak bersuara. Ibu juga sepertinya merasa malu kepada wanita itu. Saat melewati restoran Padang kesukaannya wanita itu hanya bisa menelan ludah

  • Ditinggalkan Karena Burik   Pria Tidak Bertanggung Jawab

    Bab 31 Pria Tidak Bertanggungjawab Kuparkirkan mobilku di halaman. Motor Mas Andra masih ada di sana seperti tadi pagi. Berarti pria itu tidak pergi kemanapun seharian ini. Begitu pintu terbuka, pria itu sudah menodongku dengan keberadaannya. Mengagetkan sekali."Assalamualaikum," ucapku. Terlihat pria itu senyam-senyum sendiri seperti menginginkan sesuatu."Aisyah, kamu sudah pulang? Ayo duduk sini." Bukannya menjawab salamku, pria itu malah mengajakku duduk di sofa. Dari raut wajahnya saja sudah kelihatan jika dia memiliki maksud lain."Ada apa Mas?" Kuikuti kemauannya. Dan bersiap mendengar maksudnya. Padahal aku ingin segera bertemu dengan Farel."Aisyah, tadi ibu minta uang  lima belas juta. Kamu tahu kan jika mas sedang sedang cuti sekarang. Sedangkan waktu itu uang mas dipake sama kamu sebanyak empat puluh lima juta. Jadi, bisa kan kamu ngasih dulu ke ibu. Nanti jika mas udah kerja

  • Ditinggalkan Karena Burik   Bingung

    Bab 30Rasa kesal memenuhi pikiranku. Uang di atm-ku pasti sisanya tidak jauh dari 30 juta. Jika aku harus memberikannya kepada ibu untuk pengobatan ayah, tentu nilainya akan kembali berkurang setengahnya. Sedangkan aku entah kapan kembali bekerja, mengingat sekarang aku juga pasti sedang dikejar-kejar oleh anak buahnya Pak Darma. Bahkan saat ini aku tidak tahu kabar Malik lagi, karena pria itu tidak juga menghubungiku. Ingin menghubunginya terlebih dahulu, namun aku sadar kesalahanku semalam yang meninggalkannya pergi.Kini harapanku tinggal Aisyah saja satu-satunya. Dia kan mulai bekerja, pasti gajinya juga cukup besar. Apalagi seorang model dibayar per kontrak baru disetujui."Andra!" Suara ibu terdengar melengking."Ya, Bu." Aku beranjak dan mendekat ke sumber suara. Wanita itu sudah rapi. Di ruang tengah, ibu memakai kerudung panjang dengan tas yang tersampir di lengannya."Ibu mau ke rumah sak

  • Ditinggalkan Karena Burik   Terasa Asing

    Bab 29Terasa AsingHari pertama kembali kepada Aisyah. Semuanya terasa begitu asing bagiku. Semalam tidak ada hubungan intim antara kami berdua, karena sesuai  poin dalam isi perjanjian, aku harus menahan diri untuk tidak menggaulinya selama dua bulan lamanya. Dan sebagai seorang pria yang memiliki libido tinggi, rasanya hal itu seperti hukuman untukku. Tapi, aku akan berusaha untuk tetap sabar meskipun jika aku kebelet,  bisa saja aku pergi diam-diam kepada Anisa sebagai pelampiasan.Pintu kamar mandi terbuka pelan, setelahnya Aisyah keluar dari walk in closet dengan pakaiannya yang sudah rapi. Tampak Anggun mengenakan gamis berwarna pink dengan kerudung berwarna fanta. Melirik sekilas ke arahku, kemudian wanita itu segera membuka pintu kamar dan beranjak ke meja makan membantu Mbak Iin menyiapkan sarapan pagi.Aku ikuti langkahnya dengan perasaan lesu. Sepertinya kembali padanya bukan ide yang baik, mengi

  • Ditinggalkan Karena Burik   Babak Belur

    Bab 28Babak Belur "Andra, cepat kau datang ke gudang sekarang juga!!" Kuabaikan perkataan Aisyah. Sekarang bukan waktunya untuk berdebat dengannya, meskipun poin-poin yang tertulis dalam lembaran kertas tadi mengusik pikiranku. Tega sekali wanita itu memberikan syarat yang sulit untuk kulakukan, jika aku ingin kembali hidup dengannya.Dalam pandangan tajam wanita itu, aku segera berlalu, menyambar kunci motor yang terletak di atas meja ruang tamu, lalu mengendarai kendaraan hitam milikku itu. Kendaraan yang kubeli dari hasil sesuatu yang tidak sesuai dengan penghasilanku sebagai pekerja di kantor dengan posisi rendahan.Hanya sepuluh menit sampai di tempat yang dituju. Di sana Malik tengah menunggu. Rekanku itu tidak sendiri. Ada lima orang pria yang tampak berdiri menunggu kedatanganku dengan tidak sabar."Ada apa ini? Apa yang kau lakukan kepada temanku?!"  ucapku saat melihat wajah Malik yang babak belur. Waj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status