Aku hanya mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Ku tak ingin melihat tante, bahwa aku ingin menangis. Aku hanya bisa menunduk agar dia tak melihat air mataku yag akan menetes.
“Hanif itu yah ga tau di diri sekali, Apa kamu tidak menasehati nya mba? Semua ini salah. Apa salah rina pada hanif? Ini pasti salah hanif,” ucap tante membelaku.“Eh sofi, apa mata kamu buta? Lihat dia! Kenapa kamu nyalahin aku dan hanif? Kamu lihat dia, semua yang ada padanya adalah sebuah kesalahan,” ucap mama mertua dengan nada tinggi.Aku mendekati tante sofi dan ku coba agar tante sofi tak bertengkar dengan mama mertuaku. Namun aku melirik anakku abhi yang terlihat ketakutan melihat para nenek nya ribut. Aku pun berbisik dan berkata pada anakku, “Abhi, kamu temani kresna lagi makan ya sayang sekalian kamu makan juga, abhi bisa ambil nasi dan makan sendiri?” ucapku pada anakku abhi.“Tapi ma, abhi takut mama di sakiti lagi sama nenek ma,”jawabnya.“Engga sayang, mama gak papa, nanti mama nyusul abhi dan kresna ya, udah sana abhi ke meja makan aja ya,”“Iya ma,” jawab abhi lalu dia pun berjalan menuju ke meja makan menemani adiknya.“Gak ada yang salah dari rina? Dia istri yang baik dan seorang ibu yang baik. Ku rasa kesalahan nya ada padamu mba, kamu sebagai ibunya hanif seharusnya bisa meluruskan dia ke jalan yang benar. Kamu ibu yang buruk mba. Kamu kenapa malah membiarkan dan mendukung dia. Aku gak nyangka hanif bisa setega ini pada rina. Dia bukan keponakan ku, dia pasti orang lain,”“Apa! Kamu berani mengatakan aku ibu yang buruk? Tau apa kamu tentang Ibu? Lihat dirimu, apa kamu seorang ibu? Nikah aja belum. Dasar kamu perawan tua!” ucap mama mertua menghina tante sofi juga.“Gak papa mba, aku gak nikah pun gak papa dari pada punya mertua sama suami yang kaya kamu dan anak kamu itu, Ayo rina biar dia sendiri saja yang menyiapkan acara nya, gak tau diri sekali kamu mba? Udah numpang buat acara di rumah orang, nyuruh-nyuruh tuan rumah, Ingat mba, udah tua. Gak nyangkas sekali aku punya mba seperti kamu,”“Eh kamu! Dasar gak tau di untung yak amu sofi? Kamu gak ingat dulu waktu kecil kamu aku rawat? Udah tua gini ga ada berterima kasih sekalipun. Jangan macam—macam yak amu sofi,”“Merawat apanya? Dulu kan kamu hanya menjaga ku saja sementara bapak dan ibu kerja. Itu aja semua pekerjaan rumah aku yang kerjakan. Jangan sok menuntut deh mba!” jawab tante sofi dengan santai.“Kamu ini kurang ajar sekali ya sofi! Kamu berani macam-macam dengan kakakmu?”“Macam-macam bagaimana mba? Seharusnya kamu yang jangan macam-macam. Yang seharusnya ingat itu kamu mba! Gak tau diri! Kamu punya anak laki tapi gak diajari moral dengan baik! Ayo rina.” ucap tante sofi menarik tangan ku.“Rina kalau kamu ikut dengan sofi, akan aku pastikan anak-anak akan tetap tinggal di sini, hanya kamu yang akan pergi, dan aku pastikan hanif akan ku suruh cepat menceraikan kamu,”“Mama bilang apa sih ma? Aku, aku gak bisa hidup tanpa anak-anakku ma?” ucapku.“Mba! Tega sekali sih kamu? Kamu itu sebagai orangtua seharusnya bisa menasehati anakmu dong mba, bukan malah memprovokasi, apalagi melihat hanif sudah berani bawa wanita lain ke rumahnya. Aku jadi curiga kalau kamu yang sengaja buat Hanif dan rina sampai begini,”“Memang kalau iya kenapa? Aku memang sudah gak sudi punya menantu seperti dia! Sekarang dia itu pantasnya jadi pembantu, Lihat dia tidak mencerminkan menantu yang baik. Kalau sudah seperti ini, dia pasti sudah gak pernah di sentuh oleh hanif lagi. Beda dengan Mira, dia itu walau sudah janda dan punya anak tapi dia pandai merawat tubuh, karir nya juga cemerlang, beda dengan si burik ini baru punya 2 anak aja udah mundur malah jadi ibu rumah tangga, Jadi jelek tuh,” ucap mama membanding-bandingkan ku.“Begini nih pemikiran orang kolot kaya kamu mba! Berfikir kalau yang paling penting adalah penampilan. Mba, Kamu membanding-bandingkan rina dengan wanita itu memangnya kamu atau wanita itu adalah manusia yang sempurna? Ingat mba! Di dunia ini tidak ada yang sempurna! Sadar! Setan di ikuti terus ya jadi gini!” ucap tante sofi dengan menohok.“Kamu ini keterlaluan sekali sofi!” Ucap mama dengan marah dan tangannya akan menampar tante sofi.Dengan menangkap tangan mama, tante sofi pun membela ku lagi,”Dengar ya mba? Aku masih menghormati kamu sebagai kakak dan sebagai orang yang lebih tua, tapi maaf kalau untuk kejadian seperti ini, aku akan membela rina mba! Dia itu ponakanku dan sampai kapan pun akan jadi ponakan ku,” ucap tante sofi.“Ponakan? Hanif lah yang ponakan kamu! Sok sekali jadi pahlawan kamu sofi, wanita macam rina tak pantas di perlakukan menantu olehku,”“Udah lah, aku cape menasehati kamu mba, ayo rina!”“Hei jangan bawa dia pergi ya! dia harus membereskan gelas, piring dan lainnya.”“Kerjakan sendiri mba! Ayo rina, kita tinggalkan saja dia,” ucap tante lalu menarikku ke kamarku.Aku menunduk Ketika melewati mama mertuaku, di sisi lain entah kenapa aku agak takut akan hal yang akan mama lakukan padaku.“Rina, tante minta maaf atas semua perlakuan mertua kamu itu, tapi aku tak menyarankan mu untuk memaafkan dia, dia sangat pantas untuk di rukyah. Kenapa di jadi kejam begini padamu? Sejak kapan? Rina, duduk dan coba ceritakan yang jujur tentang perlakuan hanif dan mertua kamu itu padamu? Dari awal sampai sekarang dia ucapkan talak itu jangan ada yang terlewat,” ucap tante sofi dengan memegang tangaku.“Cerita nya panjang tante,” jawabku begitu saja.“Ceritakan saja rin, tante akan coba membantu kamu,”“Iya tan, jadi awal perubahan mas hanif itu dari 2 …” jelasku.Sedang ku coba menjelaskan semua kejadian yang terjadi padaku selama ini pada tante sofi, tiba-tiba saja kami mendengar keributan di luar.Prang …“Apa itu?” ucap tante sofi.“Tidak tau tan, seperti suara piring pecah,”“Coba kita keluar,” ucap tante mengajakku keluar dari kamarku.Kami pun keluar dari kamarku dan berjalan ke arah sumber suara itu, ku lihat mama mertua sedang memarahi dan menjewer telinga abhi dan kresna, mereka menangis, ku lihat di samping mama mertua juga ada wanita itu. Kami pun mendekati mereka, tante dengan sigap melepaskan tangan mama mertua yang sedang menjewer telinga kedua anakku.“Lepas mba!” serut ante sofi.“Apa sih kamu sof, ikut campur terus? Sepi ya hidupmu? Lebih baik kamu pulang sana, atau cari laki-laki terus nikah biar gak sepi hidup mu,”“Kalau mba gak mau aku ikut campur, jangan kasar mba, ini cucu kamu. Astaga, kesalahan apa sih yang anak-anak ini buat sehingga kamu memperlakukan mereka seperti ini?”“Heh sofi! Anak-anak rina ini memang pantas di jewer, mereka dengan sengaja menyemprotkan saos di baju Mira! Lihat ini bajunya ini mahal, Ini baju harganya 15 juta,” ucap mama mertua dengan marah.“Abhi memang benar kamu yang melakukan itu?” tanyaku.Ku lihat abhi menunduk, itu berati memang benar kalau anakku yang melakukannya. Aku melihat baju yang wanita itu pakai. Ada banyak bekas saos yang anakku semprotkan pada baju itu.“Rina, kamu tenang aja, Baju itu bukan seharga 15 juta, tapi cuma 450 ribu saja, kamu bawa anak-anak kamu ke kamar mu dulu rin, biar masalah ini tante yang bereskan,” ucap tante sofi padaku.“Tapi tante, abhi ..”“Rina, bawa saja mereka sekarang,” ucap tante lagi dengan serius.“Oke tante,”Aku pun menggandeng anak-anakku dan berjalan menuju ke dalam ke dalam kamarku.~Bersambung …(Di dalam kamar)“Sayang, duduk di sini. Mama ingin bicara pada kalian,” ucapku dengan menyuruh kedua anakku duduk.“Mamaa …” panggil anakku kresna seperti ketakutan.Dengan menghela nafas, aku pun berkata padanya, “Sayang, mama hanya ingin tau apa benar yang menyemprot saos dari botol ke baju tante itu adalah kalian? Sayang, coba jujur pada mama, kenapa kalian seperti ini? Apa mama pernah mengajari kalian jahil seperti ini?” “Maaf ma, ini salah abhi bukan salah kresna ma. Abhi hanya tidak suka bibi itu datang ke rumah kita ma. Tadi bibi itu mencubit lengan abhi ma, bibi itu jahat,” ucap abhi.“Mencubit? Maksud nya bagaimana sayang? Kenapa bisa-bisa nya mencubit?” tanyaku lagi.“Iya ma, bibi itu jahat matanya meloto ke kresna ma, kresna takut sembunyi di belakang kakak,” lanjut kresna menjelaskan. “Iya maksud mama itu, kok bisa tiba-tiba mencubit itu bagaimana awalnya?” “Nenek pertama datang ma ke dapur, terus bibi itu tiba-tiba berbicara dengan nenek kalau mama akan di usir dari s
Kami yang mendengar suara mas hanif menjadi saling menatap dan bingung akan hal yang membuat marah mas hanif. “Ayo rin, coba kita keluar saja, kita lihat pasti mertua kamu menyuruh hanif pulang atau bahkan wanita itu yang cepuin hal ini ke hanif,” ucap tante menganalisa.“Tidak tau tan, coba lihat saja bagaimana dia,” jawabku dengan singkat.Aku dan tante sofi pun berdiri dan keluar dari kamarku, dari kejauhan aku melihat mas hanif yang berdiri melotot ke arahku dengan kedua tangannya di pinggang nya. Semakin dekat, aku melihat mama mertua dan wanita itu duduk di sofa dengan melirik dan meremehkan ku. Aku dan tante sofi berhenti, mas hanif menyuruhku agar mendekatinya. “Kemari!” ucapnya. “Kenapa mas? Kamu mau apakan aku dengan wajah penuh kemarahan seperti itu? Apa salahku mas?”Mas hanif makin melotot dan berjalan mendekati ku, semakin dekat dan semakin dekat denganku. Setelah dia sudah berdiri di hadapan ku, ku melihat matanya yang penuh kebencian padaku. Aku tak menyangka mas ha
“PAPA!” teriak anakku dan berlari mendekatiku.Kami semua menengok ke arah anak ku abhi yang terlihat marah pada papa nya. Anakku berlari lalu berkata lagi, “Papa jahat … Jangan sakiti mama, Papa udah berubah, Papa gak sayang lagi sama abhi, Jangan dekati mama,” ucap abhi dengan berteriak lalu dia mencoba meninju perut mas hanif. Namun karena abhi masih kecil tentu dia kalah, kedua tangan nya di cengkram oleh mas hanif. Aku dan tante sofi mencoba melepaskan tangan mas hanif dari tangan anakku, namun tidak berhasil. “Kamu masih kecil! Lebih baik kamu kembali ke kamar mu dan belajarlah agar tidak menjadi bodoh seperti ibu mu, sana!” bentak mas hanif.“Gak mau! Papa yang seharusnya belajar! Belajar memperlakukan istri papa dengan layak,” jawab anakku abhi.Mas hanif mendekat lagi pada abhi, dia mengayunkan tangannya kepadanya. Abhi bukan nya menghindar malah makin menantang papa nya. “Tampar pa! papa tau, hal yang papa lakukan pada mama dan abhi dan juga kresna adalah dosa besar. Kata
“Mira,” panggil mama mertua pada wanita itu.Mereka saling menatap dan saling mengkode sesuatu. Ku merasa itu hal yang buruk. Dan benar saja, wanita itu dan mama menerobos ku, membuka semua lemari beserta laci-laci di lemari bajuku dan di meja riasku. Mereka tak tau kalau kotak itu sudah aku masukan kedalam koper. Karena mereka sibuk mencari kotak perhiasanku, aku menyeret kedua koperku dan keluar dari kamarku. Setelah keluar dari kamarku, ku lihat mas hanif yang sedang duduk di sofa sendirian. Dia menatapku, lalu dia berkata padaku, “Aku akan berbaik hati memberikan sebagian hartaku untuk kedua anakku, Dan setiap bulan aku akan memberikan bantuan untuk anakku. Tapi kamu, jangan mengharapkan apapun dariku,” ucapnya.Aku terus bejalan tanpa menatap matanya lagi. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu? Berbaik hati? Bukan kah itu memang kewajibannya? Abhi dan Kresna kan juga anak-anak nya. Tapi tanpa bantuan dari mas hanif pun aku akan terus berusaha mencukupi semua kebutuhan anak-anakk
Kami semua duduk di sofa ruang tamu besama-sama. Jantung ku jadi berdegup kencang karena aku belum memberitahu megenai masalahku ini. “Oh ya, sofi. Kapan kamu pulang ke sini?” tanya papa basa-basi.“Tadi pagi sampai, langsung ke rumah rina, untung saja aku datang kalau tidak …” “Kalau tidak? Memang nya kamu kenapa rina?” tanya papa lagi.“Pah …” panggilku.“Hem? Kenapa? Ada apa? Ceritakan pada papa,” ucap papa padaku.“Pa, Rina dan mas hanif sudah memutuskan bercerai pa,” ucapku dengan jujur.“Hah? Bercerai? Kok bisa? Kalian ada masalah apa sehingga memutuskan untuk bercerai?” tanya papa lagi.“Biar saya jelaskan dulu ka, begini intinya hanif yang salah bukan rina, dia tiba-tiba datang suruh rina tanda tangan surat perceraian,” jelas singkat tante.“Kok bisa tiba-tiba? Masalah nya apa?” “Mas hanif meninggalkan rina karena rina sudah gendut, jelek, dan gak cantik pa, Rina juga sudah gak tahan lagi dengan perlakuan mas hanif sekarang, seperti jijik pada rina,” jelasku sambil menahan
“Maa … Aku hanya ingin semua ini cepat berakhir ma, Rina merasa kalau melakukan itu menambah beban saja, biarkan Allah yang balas maa …” ucapku.“Sebaiknya kamu masuk ke kamar kamu rina dan beristirahatlah. Setidaknya tidur bisa membuatmu melupakan sejenak kesedihanmu, Biar anak-anakmu dengan mama saja,” ucap mama padaku.“Biar aku yang antar rina ka ke kamarnya,” sahut tante sofi.“Baiklah,” “Ayo rin,” ajak tante sofi. Dengan merangkulku, tante sofi menemani ku sampai masuk kedalam kamarku. “Rina, tidurlah walau sebentar, Jangan lupa pikirkan mengenai ajakan ku rina. Aku akan menunggu jawaban kamu,” ucap tante sofi lalu dia pun pergi dari kamarku. Setelah tante sofi pergi, aku pun merebahkan tubuhku di tempat tidurku. Dengan memandang langit-langit, aku dengan singkat membayangkan semua hal indah yang terjadi di hidupku agar ku tak teringat akan mas hanif lagi. Namun setelah itu aku malah teringat akan semua kenangan indah ku bersama nya dulu. Air mataku menetes lagi, namun aku l
Disaat yang bersamaan, Aku mendengar suara anak-anakku yang sedang berlari menuju padaku. “Eh jangan lari-lari nanti jatuh,” ucap tante sofi.“Engga nek, tenang aja hehehe. Sini adek duduk,” ucap anakku abhi.“Duduk sayang, kalian sudah makan?” tanyaku.“Sudah maa, mama keliatan sedikit bugar, abhi seneng hehe,” “Iya sayang, maaf ya kalau mama sempat bikin abhi khawatir?” jawabku dengan mengelus rambut abhi.“Iya mama,” ucapnya lalu memelukku. “Mama, mama enggak ikut itu sama eyang?” tanya anakku kresna menunjuk ke arah luar.“Engga sayang, lagian sudah mau selesai itu,” “Hihi, tadi kresna sama kakak ikut ma, banyak tante yang kasih ini ma,” ucap anakku kresna memperlihatkan banyak lembaran uang padaku.“Eh, kok pada kasih uang itu sih sayang? Kenapa?” tanyaku heran pada kedua putra ku.“Gak papa ma, ini cuma pada gemes sama kresna,” sahut anakku abhi.“Oh begitu, ya sudah di simpan ya sayang. Di tabungan kresna dimana? Taruh saja di situ oke? jadi suatu hari kalau kresna pengen m
Ku berfiikir apa yang papa katakan itu memang benar. Aku takut anak-anak ku kaget akan lingkungan dan kondisi di sana, lebih baik jika anak-anakku disini sampai mereka lulus dari sekolah mereka. “Ya sudah besok lagi saja kita bicarakan kalau belum menemukan titik temu, Rina kalau kamu ragu masih ada banyak sekali waktu tenang saja ya. Ayo sekarang lebih baik kita makan malam saja,” ucap mama.“Rina baru aja makan ma .. masih sangat kenyang hehe,” ucapku.“Ya sudah, yang belum makan ayo makan malam sekalian, Rina kamu suapi saja anak kamu,” “Tidak eyang, abhi sama kresna tidak mau disuapi mama, kami punya tangan dan tangan ini untuk kami makan sendiri, biarkan mama istirahat saja katanya besok mau diet kan?” ucap abhi anakku.“Ya ampun, cucu eyang pinter banget sih? Ini pasti turunan dari mama nya kan? Ih eyang gemes liat kamu bicara nya seperti orang dewasa, haha” ucap mama menarik-narik pipi anakku abhi.“Hihihi, Abhi memang mirip mama eyang …” jawab anakku dengan gemas.“Kresna ju