Share

7. Mbak Katini, janda penjual jamu

Amin berusaha fokus menambal ban motor customernya yan sudah menunggu dari pagi. Walau di tengah rasa melilit perut yamg sungguh membuatnya tak nyaman. Berkali-kali ia mengusap peluh yang bercucuran, padahal langit pagi masih nampak mendung. Wajahnya pun lama-kelamaan pucat, karena menahan mulas yang luar biasa.

"Bu, saya ke kamar mandi sebentar ya?" pamit Amin pada Ririn yang tengah duduk di kursi plastik sambil menimang puteri kecilnya yang terlelap.

"Mau ngapain? Lama gak?" tanya Ririn dengan polosnya. Entahlah, semenjak resmi menjadi janda, otaknya lama sekali mencerna sebuah kalimat.

"Saya mau liburan ke kamar mandi, Bu," sahut Amin yang diikuti gelak tawa. Kepalanya ia gelengkan, kemudian masuk ke dalam kamar mandi yang berada di belakang kios.

Ririn hanya mengangkat bahu, lalu kembali memainkan ponselnya. Melihat akun sosial media teman-teman dan para artis yang selalu ramai berita. Menunggu lima menit, sang montir belum juga keluar dari kamar mandi. Ririn memutuskan untuk berdiri, lalu berjalan mendekati ruang belakang bengkel.

Tak ada suara sama sekali, seperti tak ada tanda-tanda kehidupan di dalam kamar mandi sana.

"Bang, tidur?" panggil Ririn sambil memasang telinganya.

"Belum, Bu. Udah sana, di depan saja menunggunya. Jangan di sini!" teriak Amin dari dalam kamar mandi.

"Eh, jangan dijawab, Bang. Dosa loh, ngomong di dalam kamar mandi," kata Ririn lagi yang masih saja berdiri di depan pintu belakang.

"Ya, jangan ditanya kalau gitu," timpal Amin dengan wajah kesal di dalam sana.

"Ya udah, cepetan Bang. Saya buru-buru nih!" Ririn kembali ke depan, duduk di kursi plastik. Semenit kemudian, Dira yang terlelap dalam gendonganya pun terbangun. Lekas Ririn membuatkan susu untuk Dira, untunglah ia selalu membawa tumbler dan susu bubuk, berjaga-jaga bila Dira rewel atau kehausan. Namun, sayang sekali, Dira tak mau menyusu. Balita yang berusia sembilan belas bulan itu, malah ingin mengempeng ASI Ririn.

"Nini ... Nini ....," celoteh Dira sambil memegang dada mamanya. Ririn tak punya pilihan lain, dengan sangat terpaksa, ia membuka kancing baju kemejanya, lalu menyusui Dira. Tentulah ia menutup bagian dadanya dengan kerudung yang ia pakai.

Tak lama, Amin pun keluar dari tempat persembunyiannya. Tanpa menoleh pada kustomernya yang sedang menyusui, Amin langung saja berjongkok, membetulkan ban motor Ririn yang pecah. Untunglah tidak terlalu lama, karena tinggal merekatkan kertas alumunium pada bagian yang bocor.

"Assalamualaikum, Bang Amin. Minum jamu ndak?" tegur Mbak Katini yang sudah berdiri di depan bengkel, dengan bakul jamu di punggungnya.

"Eh, Mbak Katini. Saya libur dulu minum jamunya. Perut saya sedang gak enak," sahut Amin sambil menoleh pada Mbak Katini. Ririn pun ikut memperhatikan keduanya orang di depannya yang sedang bercakap-cakap.

"Udah ke dokter belum?" tanya Mbak Katini dengan nada khawatir, sambil menurunkan bakul jamunya di tanah. Kakinya melangkah maju untuk memastikan kondisi Amin yang katanya kurang sehat.

"Udah, Mbak, tapi masih mules aja," sahut Amin lagi, tanpa menoleh.

"Kelamaan jomblo itu, Bang." Mbak Katini tergelak, begitu pun Amin dan Ririn.

"Mau saya pijat ndak? Nanti setelah tutup bengkelnya saja," rayu Mbak Katini dengan suara mendayu-dayu. Amin terdiam, susah payah ia menelan salivanya, saat Mbak Katini menawarkan pijatan.

"Gak usah, Mbak. Nanti juga sembuh, terimakasih."

"Pijatan saya mantul loh, Bang Amin," ujar Mbak Katini lagi dengan penuh semangat. Amin berusaha menolak dengan cara halus, sambil mengurut dadanya. Ya Allah, kapan hamba punya istri, biar gak digoda terus sama para janda. Amin bermonolog. Karena Amin tak menggubris, Mbak Katini akhirnya pergi dari sana dengan wajah cemberut.

"Mbak, Mbak!" panggil Amin, saat langkah Mbak Katini semakin jauh.

"Tadi aja gak mau, sekarang panggil-panggil. Gak konsisten," gumam Mbak Katini sambil mengulum senyum di balik punggungnya. Hatinya bersorak dengan gembira, saat Amin terus saja memanggilnya.

"Apa sih, Bang?" Mbak Katini berbalik, dengan wajah merona dan malu-malu menatap Amin yang menggelengkan kepala.

"Ini loh, bakul jamunya ketinggalan," tunjuk Amin pada bakul jamu yang masih bertengger manis di atas tanah, depan bengkelnya. Lagi-lagi Ririn terbahak, Amin pun ikut menahan tawa. Ada saja kejadian konyol, padahal masih pagi. Dengan serampangan, Mbak Katini berjalan kembali mengambil bakul jamunya, tanpa menoleh pada Amin. Dengan lihai, ia menggendong kembali bakul jamunya, tanpa melihat pada Amin dan seorang wanita yang tengah menyeringai menatapnya.

"Lucu juga ya, Bang," komentar Ririn masih dengan tawanya.

"Bingung saya, Bu. Para janda demen banget sama saya. Padahal saya nggak ganteng, nggak kaya. Entah apa yang membuat para janda itu terpesona pada saya," terang Amin panjang lebar, membuat Ririn menaikkan sebelah alisnya.

"Saya nggak tuh!" ujar Ririn sambil memutar bola mata malasnya. Amin tergugu, ia mengira wanita di depannya ini memiliki suami, ternyata janda juga.

"Oh, Ibu Janda juga. Saya kirain ada suami."

"Suami saja nikah lagi, trus saya ditinggal. Makanya saya males sama laki-laki, Bang."

"Oh, kasian. Sabar, Bu. Semoga mendapat jodoh lagi yang baik dan dewasa," ujar Amin tulus. Ririn hanya tersenyum, lalu mengangguk.

"Apalagi anak baru satu. Pasti banyak yang mau, Bu," ujar Amin lagi, berusaha memberikan semangat.

"Anak saya tiga, Bang." Ririn terkekeh geli, apalagi ekspresi montir di depannya nampak terkejut, bagai melihat setan.

"Oh, banyak." Amin menyeringai, sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Bang Amin, nanti sore mau nemenin Jihan ke toko buku gak?" suara wanita yang ia cintai, tiba-tiba saja muncul di depan bengkel, sambil mengulas senyum sangat manis.

"Mau dong. Habis magrib ya?" Amin mengiyakan dengan hati bersorak gembira. 

Jihan pun bersorak gembira di dalam hati. Nanti malam, ia bebas belanja aneka novel dan alat tulis, karena pasti Bang Amin dengan senang hati mantraktirnya.

****

~Bersambung~


Comments (3)
goodnovel comment avatar
Irfan Edytia
memang ada wanita seprti itu, dan seperti nya si penulis emang pernah menghadapi wanita seperti jihan itu wkwkwk
goodnovel comment avatar
Ida
Jihan jahat Smoga amin cepet sadar kl dia cmn diporotin ama jihan
goodnovel comment avatar
TISYAMAN
Gimana ceritanya bakul jamu yg ketinggalan Mbuaaakkkkk 😭
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status