Share

Bab 20. Pecah Telur

"Sakit, Buk," ucapnya sambil masih terisak. Di tunjukkan jarinya kepadaku. Ternyata ada serpihan kayu yang masuk ke jarinya.

"Aduh! Sakiiit!" teriakkan saat tak sengaja tersenggol.

"Oalah, telusupen ya. Sini sama Bibik saja!" sela Bik Sari langsung mengajak Alif duduk di dekatnya. Dia ke luar sebentar dan kembali sambil membawa tangkai daun pepaya, sepertinya memetik di sebelah rumah.

"Sudah jangan menangis, Cah Bagus. Bibik obati, tidak sakit kok!" ucapnya dengan sabar, aku memperhatikan apa yang dilakukan. Kemudian dia meneteskan getah pepaya di jari Alif dan menaburkan garam di atasnya.

"Nanti kayunya akan ke luar sendiri. Ini resep dari simbahku," jelasnya kepadaku.

"Terima kasih ya, Bik." Aku terharu dengan perlakuannya. Di perantauan ini, kami dikelilingi orang-orang yang baik dan menyayangi kami.

"Iya. Podo-podo. Kalian ini saudaraku di sini. Jangan sungkan," ucapnya dengan merangkul Alif yang sudah tidak menangis lagi.

*

"Mas Bowo, makanannya sudah matang," ucapku setelah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status