Home / Pendekar / Divine Power / Bab 18 – Pengorbanan yang Terakhir

Share

Bab 18 – Pengorbanan yang Terakhir

Author: Mineoyoo
last update Huling Na-update: 2025-01-26 21:00:07

Arka, Lira, dan Yuno berdiri di depan gerbang yang besar, dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno yang tampak begitu megah, namun menyeramkan. Gerbang ini bukan hanya batas antara dua dunia, tetapi juga batas antara kehidupan dan kematian. Setelah segala perjuangan, kemenangan mereka atas Raja Kegelapan, dan perjalanan panjang yang menguras jiwa, mereka akhirnya sampai pada momen yang menentukan.

Keseimbangan dunia sudah terguncang, dan meskipun ancaman terbesar telah hilang, dunia masih berada di ujung kehancuran. Arka merasa ada kekuatan yang tersisa di dalam dirinya, kekuatan yang telah ia kumpulkan selama perjalanan—kekuatan yang bisa membangkitkan kembali kegelapan atau memperbaiki dunia yang retak. Namun, ia tahu bahwa untuk menjaga dunia ini tetap seimbang, kekuatan itu harus dihentikan selamanya. Keputusan itu ada di tangannya.

Lira berdiri di sampingnya, wajahnya penuh ketegangan. “Kau pasti tidak akan pergi, kan? Kau tidak akan mengorbankan dirimu begitu saja,” kat

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Divine Power   Bab 19 – Keseimbangan yang Sempurna

    Setelah pengorbanan Arka, dunia perlahan pulih. Meskipun pertempuran melawan Raja Kegelapan telah usai, Arka, Lira, dan Yuno segera menyadari bahwa tugas mereka belum selesai. Kedamaian yang mulai kembali menyelimuti dunia hanyalah awal dari perjalanan baru. Keseimbangan sejati tidak datang dengan sendirinya—ia harus dijaga dengan penuh kesadaran dan usaha.Arka merasa ada perubahan mendalam dalam dirinya. Kekuatan ilahi yang selama ini ia miliki bukan hanya alat untuk bertempur atau memenangkan peperangan, melainkan bagian dari keselarasan yang lebih besar dengan dunia. Pengorbanannya membuka mata hatinya terhadap pemahaman baru—bahwa kekuatan ilahi dan kekuatan alam adalah dua sisi dari koin yang sama. Keduanya saling melengkapi, dan harmoni di antara mereka adalah kunci bagi keberlanjutan dunia. Arka kini melihat dirinya bukan lagi sebagai seorang pejuang semata, tetapi sebagai penjaga keseimbangan.Lira, yang selama ini berjuang melawan kehilangan dan r

    Huling Na-update : 2025-01-27
  • Divine Power   Bab 20 – Awal yang Baru

    Setelah segala yang mereka hadapi, dunia kini bernafas dalam kedamaian yang penuh harapan. Kekuatan gelap yang dahulu mengancam telah teratasi, dan meskipun bekas luka masih terlihat di beberapa sudut bumi, tanda-tanda pemulihan mulai bermunculan. Langit yang dulu kelam kini kembali biru, sementara angin membawa aroma bunga-bunga yang bermekaran. Dunia ini, yang pernah diambang kehancuran, kembali hidup.Arka, Lira, dan Yuno berdiri di atas bukit hijau, memandang lembah yang terbentang di depan mereka. Perjalanan mereka telah mengubah segalanya—tidak hanya dunia, tetapi juga diri mereka sendiri. Mereka bukan lagi hanya pahlawan yang dikenal karena keberanian, tetapi penjaga keseimbangan yang membawa simbol harapan bagi umat manusia.Namun, mereka sadar, tugas mereka belum selesai. Dunia, meskipun telah melalui masa-masa gelap, tetap penuh dengan ketidakpastian. Setiap sudutnya menyimpan potensi ancaman baru yang tak terduga. Tapi kali ini, mereka tidak gentar. Mereka t

    Huling Na-update : 2025-01-28
  • Divine Power   Bab 21 – Bayangan Masa Lalu

    Kedamaian yang mereka perjuangkan akhirnya terasa seperti angin yang sepoi-sepoi, namun Arka dan Lira tahu bahwa kedamaian itu rapuh. Mereka telah mengalahkan Raja Kegelapan dan menyelamatkan dunia, tetapi suatu perasaan gelap yang tak bisa dijelaskan mulai merayap ke dalam hati mereka. Kekuatan ilahi yang mereka bawa, yang telah menyelamatkan dunia manusia, kini memanggil perhatian makhluk-makhluk dari dimensi yang lebih jauh, jauh lebih tua, dan jauh lebih berbahaya.Pada malam hari, Arka sering terjaga. Di antara bisikan angin dan gemerisik pohon-pohon, ia bisa merasakan sesuatu—sesuatu yang mengintai dari jauh, menunggu untuk memasuki dunia mereka. Bayangan yang samar mulai membayangi pikirannya, memunculkan kembali kenangan dan ketakutannya akan masa lalu yang belum sepenuhnya tuntas. Ia merasa seolah-olah ada yang mengamati, ada kekuatan yang jauh lebih kuat yang telah lama bersembunyi, siap untuk mengangkat topeng dan mengungkapkan dirinya.Lira pun merasakan ha

    Huling Na-update : 2025-01-29
  • Divine Power   Bab 22 – Dunia Paralel

    Setelah menerima petunjuk dari bijak tua itu, Arka dan Lira memutuskan untuk melangkah lebih jauh, mengikuti arahan yang mengarah pada sebuah dimensi paralel yang tersembunyi. Mereka tidak tahu apa yang mereka hadapi, tetapi satu hal yang pasti—ancaman yang lebih besar telah muncul, dan mereka tidak bisa mengabaikannya.Portal menuju dunia paralel itu berada di kedalaman hutan yang gelap, di tempat yang bahkan para penjaga alam pun enggan memasuki. Ketika mereka melewati ambang gerbang itu, mereka merasakan tarikan kuat yang membuat tubuh mereka terasa ringan seakan melayang. Dunia di depan mereka berbeda dari apa yang mereka kenal. Di sini, langit tidak biru; hanya kelabu, seakan menampung awan gelap yang terus berputar. Pohon-pohon layu dan tanah yang mereka pijak terasa rapuh. Dunia yang seharusnya damai, kini dilanda kekacauan dan kehancuran.Mereka berjalan perlahan, menyaksikan reruntuhan yang mengisahkan pertempuran panjang yang tak pernah berkesudahan. Kekuatan

    Huling Na-update : 2025-01-30
  • Divine Power   Bab 23 – Penguasa Waktu

    Setelah berhari-hari berlatih bersama para pemberontak di markas perlawanan, Arka dan Lira mulai merasakan perbedaan besar dalam kekuatan mereka. Di tengah reruntuhan dunia yang hancur ini, mereka belajar tidak hanya untuk bertarung, tetapi juga untuk beradaptasi dengan realitas yang selalu berubah. Setiap langkah mereka penuh dengan tantangan, dan setiap tindakan dapat memiliki dampak yang tak terduga pada masa depan.Arka merasa kekuatan ilahi yang ada dalam dirinya semakin kuat, tetapi ia juga menyadari bahwa untuk mengalahkan Penguasa Waktu, ia tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan fisik atau ilahi yang biasa ia gunakan. Ia harus menguasai konsep yang jauh lebih besar—waktu itu sendiri. Setiap keputusan yang ia buat akan berpotensi mengubah alur pertempuran dan bahkan takdir mereka. Dalam sesi latihan, ia merasakan tarikan kuat dari kekuatan waktu yang ada di dalam dirinya, tetapi kekuatan itu belum sepenuhnya ia kuasai. Arka tahu, suatu saat nanti, ia akan harus mengorb

    Huling Na-update : 2025-01-31
  • Divine Power   Bab 24 – Hancurnya Waktu

    Pertempuran menuju gerbang kerajaan Penguasa Waktu berlangsung penuh dengan distorsi yang membingungkan. Arka dan Lira berjuang melawan pasukan bayangan yang bisa mengubah bentuk dan bergerak melintasi dimensi. Setiap langkah mereka seolah dipenuhi rintangan yang mengancam untuk menghapus keberadaan mereka, sementara waktu itu sendiri mulai mempermainkan mereka, seolah berusaha menghancurkan segala sesuatu yang mereka perjuangkan.“Ini lebih dari sekadar pertempuran fisik, Arka,” kata Lira, sambil menyeka darah di pelipisnya. “Ini adalah pertempuran dengan waktu itu sendiri. Kita harus berhati-hati.”Arka merasakan perasaan yang sama. Seiring mereka semakin dekat dengan gerbang kerajaan, distorsi waktu semakin kuat. Setiap kali mereka bergerak, mereka merasa seolah-olah melangkah mundur atau terjebak dalam lingkaran tak berujung. Waktu itu tidak hanya mengelilingi mereka, tetapi juga mulai mengubah mereka—mengubah takdir mereka.Saat mereka tiba di gerbang keraj

    Huling Na-update : 2025-02-01
  • Divine Power   Bab 25 – Kekuatan yang Terbagi

    Setelah kemenangan mereka atas Penguasa Waktu dan pemulihan dunia paralel, Arka dan Lira kembali ke dunia asal mereka, namun kedamaian yang mereka harapkan terasa berbeda. Dunia memang aman, tetapi ada kekosongan yang tidak bisa mereka hindari—sesuatu yang mereka rasakan dalam setiap langkah mereka. Kekuatan ilahi yang dulu mereka miliki kini terasa terbagi. Arka merasa kekuatan yang dulu mengalir bebas dalam dirinya kini terkikis, seolah sebagian darinya telah hilang selamanya. Lira, di sisi lain, merasakan kekuatan yang ada dalam dirinya kini lebih terkekang, terbatas oleh batasan yang belum ia pahami sepenuhnya.

    Huling Na-update : 2025-02-02
  • Divine Power   Bab 26 – Ujian Kebijaksanaan

    Beberapa waktu setelah kemenangan mereka, Arka dan Lira mulai merasakan perubahan yang tak terelakkan. Meskipun dunia mereka selamat dari ancaman besar, kedamaian yang mereka perjuangkan tampak semakin rapuh. Di banyak tempat, para pemimpin yang mereka bantu untuk membawa perdamaian kini mulai bertindak dengan cara yang egois. Mereka lebih fokus pada keuntungan pribadi dan kekuasaan daripada menjaga keseimbangan yang telah mereka jaga bersama-sama.Arka dan Lira tidak bisa tinggal diam. Mereka sadar bahwa kekuatan yang mereka miliki tidak lagi bisa digunakan untuk menghukum atau mengalahkan siapa pun. Kekuatan mereka kini lebih berfokus pada kebijaksanaan—untuk menuntun dunia menuju jalan yang benar, bukan memaksakan perubahan dengan cara kekerasan.Mereka memutuskan untuk melakukan perjalanan ke berbagai kerajaan dan kerajaan-kerajaan besar yang telah mereka selamatkan, berusaha berbicara dengan para pemimpin dan rakyat, mengingatkan mereka akan tanggung jawab mereka

    Huling Na-update : 2025-02-03

Pinakabagong kabanata

  • Divine Power   Bab 104 - Kegelapan Yang Tak Pernah Tidur

    Kabut hitam menjalar cepat, melahap jalan-jalan Eterna seperti gelombang yang haus akan cahaya. Jeritan ketakutan menggema di udara saat penduduk kota berlarian mencari perlindungan. Bangunan-bangunan yang baru saja dipulihkan retak kembali, seakan dinding-dindingnya menyerap penderitaan dari masa lalu.Di tengah kekacauan itu, Arka, Lira, dan Daren berdiri tegak, menghadapi sosok berjubah hitam yang masih tersenyum penuh rahasia.“Kalian sudah berjuang sejauh ini,” katanya, suaranya nyaris seperti bisikan yang mengalun di udara. “Tapi kalian masih belum mengerti.”Arka mempererat genggaman pedangnya. “Berhenti bicara dalam teka-teki! Apa sebenarnya yang kau inginkan?”Penjaga itu mengangkat tangannya, dan bayangan-bayangan yang menggeliat di tanah mulai membentuk sosok-sosok yang familiar. Wajah-wajah dari masa lalu. Musuh-musuh yang telah mereka kalahkan dalam pertempuran sebelumnya—pemimpin pasukan gel

  • Divine Power   Bab 103 - Pertempuran di Gerbang Eterna

    Dia mengalirkan energinya ke dalam tanah, menghubungkan dirinya dengan Eterna. Lira dan Daren mengikuti, menyatukan kekuatan mereka.Sebuah ledakan cahaya perak meledak dari kota, meluas ke seluruh medan perang.Dan tiba-tiba… waktu berhenti.Musuh terhenti dalam gerakan mereka, pedang dan sihir membeku di udara.Langit gelap kembali bercahaya.Di depan mereka, sosok penjaga terakhir muncul kembali. “Kalian akhirnya mengerti.”Arka mendongak. “Kami tidak bisa terus bertarung. Kami harus menunjukkan bahwa keseimbangan bukan hanya impian.”Lira menambahkan, “Kami akan mengubah dunia… bukan dengan perang, tetapi dengan membangun ulang dari awal.”Penjaga itu tersenyum. “Maka biarlah dunia ini lahir kembali.”Dengan kata-kata itu, cahaya menyelimuti segalanya.Dan dunia berubah.Saat mereka membuka mata, mereka berdiri di temp

  • Divine Power   Bab 102 - Membangun Sebuah Dunia

    Arka menghunus pedangnya, berdiri di gerbang Eterna saat pasukan dari dunia lama mulai berkumpul di kejauhan.“Kita sudah mengubah dunia,” katanya. “Sekarang, kita harus melindunginya.”Lira berdiri di sampingnya, lingkaran sihirnya berpendar perak.Daren mengeluarkan belatinya dan menyeringai. “Sepertinya kita belum selesai bertarung.”Di cakrawala, bayangan pasukan mulai mendekat. Dunia yang baru telah lahir. Namun perjuangan untuk menjaganya baru saja dimulai.Ketika fajar merekah di ufuk timur, mewarnai langit dengan semburat merah darah. Di kejauhan, pasukan dari dunia lama berkumpul, bagaikan badai yang siap menghancurkan Eterna.Arka berdiri di puncak tembok kota, matanya mengamati gerakan musuh. Bendera-bendera berkibar tinggi, membawa lambang cahaya mutlak dan kegelapan total. Di tengah barisan mereka, para ksatria berjubah putih berdiri dengan senjata bercahaya, sementara

  • Divine Power   Bab 101 - Fondasi Dunia Baru

    Angin sejuk berembus melewati reruntuhan kota saat Arka, Lira, dan Daren berdiri di hadapan makhluk-makhluk bayangan yang kini perlahan mulai menemukan bentuk mereka. Beberapa dari mereka tampak lebih manusiawi, sementara yang lain masih bergetar dalam wujud yang belum stabil. Mata mereka bersinar perak, seakan mencerminkan dunia yang telah berubah.Salah satu makhluk itu melangkah lebih dekat. Tubuhnya yang sebelumnya tampak seperti kabut hitam kini mulai memadat, membentuk sosok seorang pria tinggi dengan rambut panjang keperakan dan jubah yang berkibar. Matanya menatap langsung ke arah Arka, Lira, dan Daren, penuh rasa ingin tahu dan kehati-hatian.“Kami telah tidur begitu lama… terjebak dalam kegelapan tanpa akhir. Kini, kami bangun dalam dunia yang asing. Kalian yang mengubah segalanya. Kalian… siapa?”Lira menelan ludah. Bagaimana mereka harus menjelaskan semua ini?Arka melangkah maju, suaranya man

  • Divine Power   Bab 100 - Dunia Baru

    Ia menatap mereka bertiga dengan kagum. “Kalian adalah yang pertama memahami bahwa keseimbangan bukan tentang dominasi, tetapi tentang penerimaan.”Daren menghela napas. “Lalu… apa yang terjadi sekarang?”Sang Penjaga menatap bola kristal yang kini perlahan menjadi transparan. “Dunia akan berubah. Kalian telah mematahkan siklus pertempuran abadi ini.”Arka melihat ke arah bola kristal. Ada sesuatu yang baru di dalamnya—sebuah cahaya yang lembut, bukan hanya emas atau hitam, tetapi perak, warna yang menggabungkan keduanya.Lira menyentuhnya. “Jadi… ini adalah keseimbangan yang sesungguhnya.”Sang Penjaga tersenyum. “Ya. Dan sekarang, tugas kalian adalah menjaganya.”Di luar kuil, langit berubah. Matahari dan bulan bersinar berdampingan, menciptakan dunia baru yang tidak lagi dibagi antara terang dan gelap.Dan bagi Arka, Lira, dan Daren—perjalanan mereka baru saja dimula

  • Divine Power   Bab 99 - Rahasia Yang Disembunyikan

    Saat tangan mereka menyentuh bola kristal, ledakan cahaya perak memenuhi ruangan. Tubuh mereka terasa ringan seolah melayang, dan dalam sekejap, mereka terlempar ke dalam ruang tanpa batas—gelap, luas, dan sunyi.Lira membuka matanya dan mendapati dirinya berdiri di atas permukaan reflektif, seakan melangkah di atas air yang tidak beriak. Namun, tidak ada langit di atasnya, hanya kehampaan yang berpendar samar.“Arka? Daren?” panggilnya.Suara langkah mendekat, dan dari kejauhan, dua sosok muncul. Arka dan Daren. Namun ada sesuatu yang berbeda.Mereka bertiga berdiri dalam keheningan, saling menatap. Kemudian, dari bayangan yang berpendar di bawah mereka, muncul dua sosok lain. Salah satunya berselubung cahaya keemasan, sementara yang lain adalah kegelapan pekat yang seakan menyerap semua cahaya di sekitarnya.“Kalian telah datang sejauh ini.”Suaranya menggema, berasal dari dua so

  • Divine Power   Bab 98 - Pelindung Lama

    Saat cahaya dan kegelapan mereda, mereka berdiri di dalam sebuah aula luas. Dinding-dindingnya berlapis kristal transparan, memantulkan bayangan mereka yang tampak berbeda—kadang bercahaya seperti bintang, kadang gelap seperti malam tanpa bulan. Lantai di bawah mereka berupa lingkaran besar dengan pola rumit yang berpendar perlahan, seolah menunggu sesuatu untuk diaktifkan.Di tengah ruangan, sebuah altar berdiri. Dan di atasnya, mengambang tanpa penopang, terdapat sebuah bola kristal yang bercahaya dengan warna perak.Lira menatapnya dengan takjub. “Itu… inti keseimbangan?”Sang penjaga mengangguk. “Bukan sekadar itu. Ini adalah sisa dari kekuatan yang pernah digunakan untuk menciptakan dunia ini. Cahaya dan kegelapan yang tak terpisahkan, yang dulu dipisahkan oleh mereka yang takut akan keseimbangan.”Arka melangkah mendekat, tetapi tiba-tiba, ruangan bergetar. Dari bayangan di sudut-sudut ruangan, soso

  • Divine Power   Bab 97 - Jalan Ketiga

    Arka, Lira, dan Daren berdiri di tanah yang asing. Langit di atas mereka bukanlah biru cerah maupun kelam gulita, melainkan perpaduan warna ungu dan emas yang berpendar lembut, seolah dua kekuatan besar tengah berdansa dalam harmoni yang rapuh. Di sekeliling mereka, hamparan daratan terbentang dengan lanskap yang tidak mereka kenali—pepohonan bercahaya dengan dedaunan perak, sungai berkilauan yang mengalir seperti cermin cair, dan di kejauhan, sebuah kuil raksasa menjulang dengan arsitektur yang tampak seperti perpaduan antara keagungan cahaya dan misteri kegelapan.“Kita… di mana?” gumam Daren, suaranya bergetar.Sang penjaga, yang kini berdiri di dekat mereka tanpa jubahnya yang berkelebat, tampak lebih jelas. Sosoknya tinggi, dengan rambut perak yang berkilauan seperti bintang. Matanya berpendar dalam dua warna—satu keemasan, satu hitam pekat.“Kalian berada di persimpangan,” jawabnya. “Tempat yang berada di luar

  • Divine Power   Bab 96 - Pilihan Takdir

    Saat itu juga, gerbang batu di hadapan mereka bergetar dan mulai terbuka, memperlihatkan cahaya keemasan yang menyilaukan di baliknya.Mereka telah membuktikan diri. Mereka telah memahami bahwa kegelapan bukanlah sesuatu yang harus dihancurkan, tetapi sesuatu yang harus diterima sebagai bagian dari keseimbangan.Dengan langkah mantap, mereka melangkah melewati gerbang, menuju rahasia yang telah lama tersembunyi dalam kedalaman ini.Saat mereka melangkah lebih dalam, mereka menemukan diri mereka berada di sebuah lorong yang diterangi oleh kristal bercahaya. Cahaya dari kristal-kristal itu terasa aneh—bukan hanya menerangi, tetapi juga mengisi udara dengan energi yang berdenyut seperti detak jantung.Di ujung lorong, sebuah ruangan lain terbuka. Di tengahnya, ada sebuah singgasana batu besar dengan sosok berjubah hitam duduk di atasnya. Wajahnya tersembunyi dalam kegelapan, tetapi matanya bersinar seperti b

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status