Bahera bertanya dengan ekspresi masam, "Apa ... yang ingin kamu lakukan? Kenapa kamu menghalangiku?"Wajah Bahera memerah saat merasakan para penonton melihatnya dengan ekspresi penasaran dan terkejut.Tirta tertawa sinis, lalu menyahut, "Pak Bahera, kamu nggak usah berpura-pura bodoh di depanku. Sebelum kompetisi dimulai, jelas-jelas kita taruhan. Kenapa? Apa Pak Bahera mau mengelak?"Bahera menyeka keringat dingin di dahinya dan membalas, "Jangan bicara sembarangan. Aku sama sekali nggak mengenalmu dan nggak pernah bertemu denganmu. Mana mungkin aku taruhan denganmu? Cepat minggir, aku harus membereskan urusan penting."Tirta menyipitkan matanya dan menimpali, "Bagaimana kalau aku nggak mau minggir?"Aura Tirta sangat mengintimidasi sehingga suasana di sekitar sangat tegang. Orang-orang merasa sesak. Salah satu penonton berkomentar, "Jangan-jangan pemuda ini Tirta yang disebutkan orang Negara Martim dan Negara Yumai? Beraninya dia bicara begitu dengan Pak Bahera! Pemuda ini benar-be
Beberapa tahun yang lalu, situasi seperti ini tidak pernah terjadi. Sekarang orang Negara Kawria dihajar hingga melompat dari platform dan mengaku kalah. Pembawa acara yang tertegun bergumam, "Lagi-lagi ada tim yang mengaku kalah? Kelihatannya tahun ini anggota pasukan khusus Negara Darsia sangat kuat!"Dua wasit Negara Darsia berseru, "Kita menang lagi! Haha, pasti kali ini Negara Darsia yang memenangkan kompetisi!"Selain 2 wasit Negara Darsia, 6 wasit lainnya menunjukkan ekspresi masam. Mereka sama sekali tidak bicara. Semuanya pergi dan tidak ingin berlama-lama di tempat ini. Padahal hasil pertandingan belum diumumkan.Sebelum pergi, 2 wasit Negara Kawria menegur 10 anggota pasukan khusus mereka, "Dasar sekelompok orang nggak berguna! Kalian sudah menyia-nyiakan kerja keras negara untuk kalian!"Sepuluh anggota pasukan khusus Negara Kawria berniat membantah, tetapi mereka juga bingung. Mereka tidak mengerti kenapa tahun ini orang Negara Darsia begitu hebat.Saat ini, pembawa acara
Tirta mengedipkan matanya dan menyahut, "Aku tersenyum karena setelah tim Negara Darsia memenangkan kompetisi, aku bisa mencari presiden untuk memintanya menikahkanmu denganku."Tentu saja Tirta hanya mempermainkan Devika, tetapi Devika tidak tahu hal ini. Jantungnya berdegup kencang. Dia membalas dengan gugup, "Apa? Permintaanmu keterlaluan sekali. Nggak bisa, cepat ganti yang lain."Tirta tertawa, lalu menimpali, "Nggak ada gunanya kamu menolak. Presiden yang membuat keputusan. Justru aku mau meminta hal ini karena kamu melarangku."Devika yang cemas berbicara terbata-bata, "Jangan. Pokoknya kamu nggak boleh minta itu. Kalau kamu berani minta, aku ...."Tirta menyela sembari tersenyum, "Apa? Kamu mau menikah denganku?"Devika makin malu. Dia menceletuk, "Jangan harap! Kalaupun semua pria di dunia ini sudah mati, aku juga nggak akan menikah denganmu!"Saat bicara, Devika juga mendorong Tirta. Sementara itu, Tirta mengangkat alisnya seraya menanggapi, "Oh, ya sudah. Kalau Bu Devika men
Perkataan Tirta terdengar ambigu. Linda yang tidak paham bertanya dengan ekspresi bingung, "Tirta, kenapa malam ini kamu mau memberi Kak Devika pelajaran? Apa dia membuatmu marah?"Wajah Devika memerah. Tirta tertawa dan menyahut, "Benar, dia memang membuatku marah. Aku mau memberinya pelajaran sampai dia berteriak minta ampun kepadaku."Linda menanggapi lagi dengan tatapan polos, "Tirta, Kak Devika sangat baik. Kamu jangan memberinya pelajaran sampai dia berteriak ya?""Cih, Linda. Kamu nggak usah dengar omong kosongnya. Aku nggak akan biarkan dia memberiku pelajaran. Aku juga nggak akan berteriak. Kita lihat pertandingan saja, nggak usah pedulikan dia," timpal Devika dengan wajah memerah.Devika memelototi Tirta, lalu melihat ke arah platform pertandingan. Sebenarnya jantung Devika berdebar. Dia sedikit menantikan momen itu."Huh, cepat atau lambat aku akan memberimu pelajaran sampai kamu berteriak minta ampun," gumam Tirta. Kemudian, dia juga melihat ke arah platform pertandingan.K
Yang membuat semua orang terkejut adalah kelima orang Negara Raigorou tidak naik ke platform. Mereka langsung mengaku kalah.Alasannya karena orang Negara Raigorou tahu Tirta adalah penyelamat mereka. Setelah dibantu orang Negara Darsia, seharusnya mereka tidak naik ke platform untuk bertanding dengan orang Negara Darsia lagi.Pembawa acara mengernyit. Dia berpikir sejenak, lalu berkata, "Karena tim Negara Raigorou mengaku kalah, tim Negara Darsia mendapat tambahan 3 poin. Tim yang maju untuk pertandingan selanjutnya adalah ... Negara Darsia dan Negara Aftab."Begitu pembawa acara menyebut Negara Aftab, ekspresi pelatih mereka langsung berubah drastis. Dia mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi dan berteriak, "Tunggu dulu ... kami juga nggak mau bertanding dengan orang Negara Darsia! Kami mengaku kalah!"Keempat anggota pasukan khusus Negara Aftab juga tidak ingin mengikuti pertandingan. Mereka meminta ampun dengan suara keras, "Tim Negara Aftab mengaku kalah pada tim Negara Darsia!"
Bahera yang takut mati tidak berani melihat Tirta lagi. Dia duduk tegak dan menyeka keringatnya beberapa kali.Saat ini, pembawa acara sudah tersadar. Melihat kelima orang Negara Raigorou melompat turun dari platform, dia menenangkan dirinya sebelum berkata kepada mereka, "Kalian melompat turun dari platform pertandingan. Menurut aturan, itu berarti kalian mengaku kalah."Pembawa acara melanjutkan, "Jadi, kalian kalah dalam pertandingan ini dan Negara Martim yang menang. Negara Martim mendapat penambahan 3 poin dan Negara Raigorou mendapat pengurangan 3 poin ...."Ketika pembawa acara berbicara seperti ini, 5 orang Negara Martim yang masih hidup menunjukkan ekspresi masam. Lima anggota mereka sudah mati dan 5 orang yang masih hidup ketakutan setengah mati.Kemenangan seperti ini tidak membuat tim Negara Martim bangga. Bahkan, mereka merasa sangat dipermalukan.Bahkan 2 wasit Negara Martim juga berpikiran seperti itu. Sementara itu, orang Negara Raigorou tidak peduli dengan hasil pertan