Share

Bab 15

Author: Hazel
Namun, hati Tirta bergetar saat melihat bokong bulat Nabila. Pasti seru jika Nabila benar-benar mengompol saat bercinta dengannya.

Nabila masih muda, tetapi bokongnya hampir sebesar bokong Ayu. Siapa pun yang melihatnya pasti akan terpana. Apalagi, Nabila hanya memakai celana dalam yang basah sekarang. Kedua pahanya terpampang jelas, membuat Tirta tidak bisa mengalihkan pandangannya.

"Berengsek kamu, Tirta! Cepat keluar! Aku mau ganti celana!" Nabila buru-buru mengusir Tirta saat melihat pria ini menatapnya dengan mata terbelalak.

"Kak Nabila, kamu langsung pakai celanamu saja. Lagian, aku sudah melihat semuanya. Nggak perlu ditutup-tutupi lagi." Tirta terkekeh-kekeh.

"Tirta sialan! Kamu benar-benar nggak tahu malu! Beraninya kamu mengambil keuntungan dariku! Jangan salahkan aku bertindak kejam!" teriak Nabila. Saking murkanya, dia mengangkat kaki untuk menendang kemaluan Tirta.

"Astaga, benda ini nggak boleh ditendang sembarangan!" Tirta terkesiap hingga bergegas mengelak. Dia baru sembuh dari impotennya. Kalau cacat lagi karena tendangan Nabila, dia bisa nangis darah.

Alhasil, Nabila kehilangan keseimbangannya dan terjatuh dengan bokong menyentuh lantai. Dia pun kesakitan hingga meneteskan air mata.

"Berengsek! Siapa suruh kamu menghindar? Pantatku sakit sekali! Kamu menindasku!" maki Nabila.

Tirta mencebik. Pria mana pun akan menghindar kalau menghadapi serangan seperti itu. Meskipun demikian, dia tetap menghibur Nabila, "Sini, biar kupijat pantatmu. Kebetulan, aku baru belajar teknik memijat dari buku medis. Kujamin kamu nggak bakal sakit lagi nanti."

Selesai mengatakan itu, Tirta langsung menjulurkan tangan dan mulai memijat bokong Nabila. Nabila sontak memekik, "Ah! Kurang ajar! Singkirkan tanganmu! Kalau kamu menyentuh pantatku lagi, aku nggak bakal membimbingmu lagi!"

Nabila pun mendorong Tirta saking berangnya. Pada saat yang sama, dia merasa sekujur tubuhnya menjadi sangat nyaman sekaligus panas.

Tirta sama sekali tidak menghiraukan larangan Nabila. Mana mungkin dia rela melepaskan bokong indah ini? Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa.

Tirta menoleh, lalu melihat Agus memaki, "Kurang ajar! Tirta! Pantat siapa yang kamu sentuh? Aku akan memberimu pelajaran hari ini!"

Agus baru pulang dari rapat di kota. Dia merasa heran melihat Ayu duduk di lantai bawah. Sebelum sempat bertanya, dia sudah mendengar tangisan Nabila, bahkan putrinya ini mengatakan bokongnya sakit.

Agus sontak naik pitam. Berani sekali pemuda berengsek yang tidak punya masa depan ini menindas putrinya! Begitu naik, dia malah mendapati Nabila hanya memakai celana dalam, sedangkan Tirta mengelus pantat putrinya! Agus hampir jatuh pingsan saking terkejutnya!

"Pak Agus, kamu sudah salah paham. Aku nggak melakukan apa pun dengan Kak Nabila," jelas Tirta yang buru-buru melepaskan tangannya dan ketakutan hingga gemetaran. Dia tidak menyangka Agus akan melihat pemandangan ini. Memalukan sekali!

Sementara itu, Nabila buru-buru bersembunyi di dalam selimut dan tidak berani menampakkan diri. Dia bahkan berpikiran untuk mati sekarang!

"Kamu sudah melepaskan celana putriku, tapi masih bilang nggak melakukan apa pun? Hari ini, aku akan mengulitimu!" hardik Agus dengan wajah merah dan napas berat. Kemudian, dia menghampiri Tirta. Dilihat dari penampilannya, sepertinya dia ingin menghajar Tirta sampai setengah mati!

"Pak, tenang dulu. Percaya padaku, aku benar-benar nggak berniat jahat!" jelas Tirta sambil mundur. Dia tidak ingin menggunakan kekerasan kepada Agus. Kalau memukul Agus, Nabila tidak mungkin menjadi pacarnya lagi untuk selamanya.

"Kalau begitu, jelaskan padaku, kenapa putriku nggak pakai celana dan kenapa kamu menyentuh pantatnya?" Agus tidak ingin mendengarkan penjelasan Tirta. Dia sudah mengangkat bangku, lalu hendak melemparkannya kepada Tirta.

"Pak, aku ... aku ... semua ini hanya salah paham!" Tirta merasa bersalah sehingga terbata-bata dan tidak tahu harus bagaimana menjelaskan.

"Berengsek! Besar sekali nyalimu! Beraninya kamu menindas putriku! Hari ini, aku akan memberimu pelajaran supaya kamu jera!" bentak Agus. Dia menjadi makin marah dan ingin melemparkan bangku di tangannya.

"Ayah, hentikan. Aku baru bangun dan nggak pakai celana. Aku nggak sengaja jatuh, lalu melihat Tirta naik, jadi menyuruhnya membantuku mengelus pantatku. Dia memang nggak berniat jahat padaku." Nabila buru-buru menjulurkan kepalanya dari selimut untuk menjelaskan. Dia khawatir Agus benar-benar menghajar Tirta hingga sekarat.

"Ya, ya, memang seperti itu." Tirta buru-buru mengangguk, lalu menatap Nabila dengan sorot mata berterima kasih.

"Nggak mungkin! Aku mendengar obrolan kalian tadi! Jangan-jangan dia mengancammu, jadi kamu membelanya?" tanya Agus. Dia tidak percaya pada penjelasan Nabila, melainkan makin mencurigai Tirta.

"Ayah, jangan berpikir sembarangan!" tegur Nabila. Begitu melihat tatapan Agus, dia langsung tahu apa yang dipikirkan ayahnya ini.

"Semua penduduk desa tahu Tirta cacat. Meskipun ada wanita telanjang di depannya, dia juga nggak bisa apa-apa. Mana mungkin dia berniat jahat padaku? Ayah, percayalah padaku. Aku nggak mungkin bohong. Turunkan bangku itu," ujar Nabila.

Agus masih tidak percaya, bahkan tidak bersedia menurunkan bangku itu. Dia bertanya, "Nabila, apa kamu baik-baik saja? Bocah ini menindasmu, tapi kamu malah membelanya?"

Selesai mengatakan itu, Agus memelototi Tirta dan membentak, "Kamu sudah cacat, tapi masih mau menindas putriku! Sudah bosan hidup, ya?"

Tirta sungguh kehabisan kata-kata. Dilihat dari penampilan Agus, sepertinya pria ini tidak akan rela sebelum memberinya pelajaran.

"Ayah, sudahlah. Jangan teriak-teriak lagi. Aku yang malu kalau didengar tetangga! Gimana aku bisa menikah nanti?" Selesai berbicara, Nabila bersembunyi di dalam selimut lagi dan menyeka air mata.

"Huh!" Agus juga berpikir demikian. Dia ingin putrinya menikah dengan pria kaya. Meskipun amarah belum mereda, dia tidak ingin memperbesar masalah ini lagi.

Agus memelotot sembari mengancam, "Cepat pergi! Kalau berani mengincar putriku lagi, aku akan menghajarmu sampai mati! Selain itu, kalau kamu berani membocorkan kejadian hari in, aku akan menyuruh orang menyegel klinikmu!"

"Pak, tenang saja. Aku nggak akan memberi tahu siapa pun." Tirta mengiakan, lalu buru-buru turun. Nabila sudah melindunginya, dia tidak mungkin marah pada Agus. Lagi pula, ayah mana yang tidak marah saat melihat ada pria yang menyentuh bokong putrinya?

Hanya saja, Tirta merasa cemas. Apakah Nabila masih akan membimbingnya belajar setelah kejadian ini? Bagaimanapun, dia sudah menindas Nabila hari ini. Jika Nabila tidak mau mengajarinya lagi, Tirta mungkin tidak bisa mendapatkan sertifikat!
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Ari Budi Wibowo
semakin seru cerita nya...mudah2an kebelakang semakin seru lagi
goodnovel comment avatar
Bamsadewo
semakin seru dan lucu cerita nya
goodnovel comment avatar
Setio Waspodo
eng ing eng sedikit perhatian
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1801

    Bahera yang dicecar banyak pertanyaan oleh Gaurav tampak tegang. Dia segera mencari alasan dengan mengatakan, "Pak Presiden, bukan begitu. Ini karena mereka bukan cuma berendam dan bermalas-malasan di lapangan pelatihan, bahkan melawanku. Jadi ...."Bahera menambahkan, "Aku memang belum menemukan bukti Pak Saba dan Pak Yahsva memberi instruksi kepada pemuda ini."Gaurav menyergah, "Kalau kamu belum menemukan bukti, berarti itu nggak benar. Lagi pula, aku yang mengizinkan anggota pasukan khusus berendam. Kamu malah langsung menyuruh master untuk melukai anggota pasukan khusus tanpa mencari tahu kebenarannya. Benar-benar keterlaluan!""Ini ...," ucap Bahera. Dia tidak bisa berkata-kata. Sudah jelas Bahera tidak menyangka ucapan Yahsva waktu itu memang benar.Gaurav membantah, "Tapi, Pak Bahera sudah banyak berkontribusi dan anggota pasukan khusus juga nggak terluka. Jadi, aku nggak akan mempermasalahkan hal ini lagi. Mengenai masalah cucumu, dia memang pantas merasakan akibatnya."Gaurav

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1800

    Bahera tanpa sadar mundur setengah langkah, lalu memandang Tirta dengan ekspresi marah dan berujar, "Ternyata kamu!"Bahera pernah melihat Tirta di video, jadi dia bisa mengenali Tirta. Namun, Tirta tidak pernah melihat Bahera. Hanya saja, dia merasa Bahera agak familier. Tirta bertanya, "Kenapa? Kamu kenal aku?"Bahera tertawa sinis, lalu menyipitkan matanya dan menyahut, "Tentu saja! Aku nggak mungkin melupakan tampangmu selamanya!"Tirta yang bingung bertanya, "Kamu punya dendam padaku?"Bahera membentak, "Aku punya dendam kesumat padamu!"Melihat situasi ini, Devika yang terkejut membatin, 'Gawat! Dilihat dari sikap Pak Bahera, dia pasti sudah tahu Tirta mencelakai Coby!'Devika takut Bahera mengadukan Tirta kepada ayahnya. Namun, dilihat dari kondisinya sekarang, hal ini tidak bisa dihindari lagi.Devika merencanakan dalam hati, 'Nanti aku suruh pria berengsek minta maaf kepada Pak Bahera di depan Ayah dan mengobati Coby. Semoga amarah Pak Bahera bisa reda.'Siapa sangka, masalah

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1799

    Akan tetapi, sebelum para dokter menyelesaikan ucapan mereka, Gaurav melambaikan tangannya untuk mengisyaratkan mereka keluar. Dia berkata, "Cukup. Pemuda ini sudah datang, kalian nggak usah obati lukaku lagi. Kalian keluar saja."Para dokter merasa tidak tenang melihat Tirta masih begitu muda dan tidak menghormati Gaurav. Salah satu dokter bertanya, "Pak Presiden, apa pemuda ini bisa menyambung tulang Bapak?"Gaurav menegaskan, "Pokoknya dia bisa mengobatiku. Ini nggak ada urusannya dengan kalian lagi.""Oke, Pak Presiden," sahut dokter.Setelah para dokter pergi, Gaurav bertanya dengan ekspresi bingung, "Tirta, kudengar kamu yang pelihara anjing hitam itu?"Sudah jelas Gaurav mendapatkan informasi dari seseorang. Tirta berpura-pura tenang saat maju dan menjawab, "Bisa dibilang begitu. Pak Presiden, kenapa?"Sambil bicara, Tirta menyambung tulang Gaurav dan memulihkan tulang yang remuk dengan energi spiritual. Seketika Gaurav merasakan sakitnya berkurang.Gaurav menyipitkan matanya da

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1798

    Devika mengangkat alisnya dan bertanya, "Kenapa? Kamu terlihat terpaksa, apa kamu nggak mau pergi?"Tirta sengaja menggoda Devika, "Bukan begitu. Aku lagi pikir nanti mau beri tahu presiden hubungan kita atau nggak."Devika membalas, "Jangan bicara sembarangan ... memangnya aku punya hubungan dengan pria berengsek sepertimu? Kalau kamu bisa jaga omonganmu, cepat obati ayahku. Kalau nggak bisa, kamu tetap di sini saja!"Ekspresi Devika terlihat kesal. Dadanya yang berisi naik turun. Hal ini karena ucapan Tirta membuat Devika malu untuk menghadapi Marila. Namun, Marila sama sekali tidak bereaksi.Justru Shinta yang terus memandangi Tirta dan Devika. Dia mulai berpikiran macam-macam, 'Ini baru berapa hari ... tapi, Kak Tirta sudah meniduri Kak Devika yang menyukai wanita?'"Kenapa kamu begitu emosional? Apa aku nggak boleh bercanda?" timpal Tirta. Dia mengangkat bahunya, lalu berjalan keluar dari vila terlebih dahulu.Devika membalas seraya memelotot, "Mana ada yang bercanda seperti itu?

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1797

    Devika menganga saking kagetnya. Bagaimanapun, dia tidak pernah melihat anjing yang bisa bicara. Devika juga tidak pernah mendengarnya.Pada saat yang sama, Devika memikirkan suatu kemungkinan. Dia bergumam dengan ekspresi bingung, "Selain itu, ternyata baju yang dipakai anjing hitam itu milik Tirta? Apa tadi anjing hitam yang menabrak ayahku?"Selain itu, anggota Badan Perlindungan Negara yang menangkap "pembunuh" juga masuk ke ruang tamu. Mereka terkejut melihat situasi ini. Seketika mereka tidak berani maju.Salah satu anggota Badan Perlindungan Negara menceletuk, "Sudah kubilang tadi, itu bukan pembunuh, tapi anjing hitam yang bisa bicara. Nggak disangka, aku memang nggak salah lihat! Bukannya hewan nggak boleh jadi siluman lagi setelah negara berevolusi? Jangan-jangan dia memang siluman anjing?"Melihat Devika yang tertegun, Tirta berpura-pura menunjukkan simpati dan juga kemarahannya saat berkata, "Bu Devika, kebetulan kamu datang. Pelaku yang melukai ayahmu itu anjing sialan ini

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1796

    Kemudian, Tirta menahan anjing hitam dan meninjunya berkali-kali. Terdengar suara hantaman beruntun.Anjing hitam menggonggong dan berujar, "Aku juga nggak sengaja! Pemuda berengsek, kalau kamu terus pukul aku, jangan salahkan aku bermusuhan denganmu!"Teriakan histeris anjing hitam bergema di ruang tamu. Dia terus menggerakkan keempat kakinya. Namun, dia tidak terluka.Saba dan Yahsva melihat anjing hitam itu tidak biasa. Ekspresi mereka terlihat khawatir. Saba berucap, "Anjing hitam ini begitu kuat. Apa nyawa presiden terancam setelah ditabrak anjing hitam ini?"Selain itu, mereka juga ingat sebelumnya Tirta membicarakan tentang anjing hitam ini saat menelepon di lapangan pelatihan.Berbeda dengan Saba dan Yahsva yang khawatir, Shinta malah sangat tertarik pada anjing hitam. Dia menceletuk, "Bu Bella, aku baru pertama kali melihat anjing yang bisa bicara. Apa kamu tahu cara Kak Tirta melatihnya?"Bella melihat anjing hitam yang dihajar sampai wajahnya berkerut dan keempat kakinya ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status