Share

Bab 14

Author: Hazel
"Ibu, jangan buka dulu. Aku baru bangun ... belum pakai baju!" Nabila seperti rusa kecil yang ketakutan. Jantungnya berdetak kencang. Kalau sampai Betari melihatnya seperti ini, dia akan sangat malu.

Tanpa sempat mengganti celana dalam, Nabila langsung mencari celana untuk dipakai. Setelah beres, dia menghela napas dan berdeham. "Ibu, kamu sudah boleh masuk."

Terdengar suara pintu dibuka, lalu Betari melangkah masuk. Ketika melihat wajah Nabila merah, dia mengernyit sambil bertanya, "Ada apa denganmu? Kenapa wajahmu merah sekali? Kamu mengigau apa tadi?"

"Aku mimpi buruk," jawab Nabila dengan kepala tertunduk.

"Mimpi buruk macam apa yang bisa membuatmu mengigau seperti itu?" Betari tetap merasa aneh, tetapi tidak bertanya lagi.

Nabila merasa malu hingga kedua tangannya terkepal erat. Dia gugup hingga berkeringat. Kemudian, dia bertanya, "Bu, kenapa kamu mencariku?"

"Tirta dan bibinya datang membawa barang. Katanya mau berterima kasih padamu. Memangnya apa yang terjadi?" tanya Betari dengan heran.

Hari ini, Agus pergi ke kota untuk menghadiri rapat. Betari yang merasa bosan di rumah ingin keluar untuk bermain kartu dengan temannya. Ketika keluar, dia malah melihat Tirta dan Ayu menuju ke rumahnya dengan membawa barang. Mereka bilang ingin berterima kasih pada Nabila.

Betari tidak tahu apa yang terjadi, jadi menyuruh Tirta dan Ayu menunggu di lantai bawah. Sesudah itu, dia naik ke lantai atas untuk memanggil Nabila.

"Oh, kemarin aku jalan-jalan di desa. Aku melihatnya jatuh ke sungai, jadi menolongnya. Mungkin itu alasan mereka datang," jawab Nabila yang tidak bercerita secara rinci.

"Hah? Kamu turun ke sungai untuk menolongnya? Lain kali pura-pura nggak lihat saja, bahaya sekali lho!" tegur Betari yang memelotot. Dia memiliki kesan buruk terhadap Tirta. Makanya, dia langsung mengkhawatirkan keselamatan putrinya.

"Bu, kita berasal dari desa yang sama. Mana mungkin aku mengabaikannya begitu saja?" balas Nabila dengan agak kesal.

"Sudahlah, aku malas menasihatimu. Cepat turun dan usir mereka. Jangan sampai Tirta mengotori rumah ini. Terima saja pemberian mereka. Aku keluar dulu," pesan Betari. Dia sangat suka bermain kartu, bahkan Agus tidak bisa melarangnya. Badai sekalipun tidak akan bisa menghalanginya untuk bermain kartu.

Kemudian, Betari langsung turun. Nabila hanya bisa mengiakan dengan pasrah, "Aku sudah mengerti, Bu."

Ketika melihat Betari pergi, Nabila merasa sangat lega. Dia membuka lemari pakaian, lalu mencari celana dalam. Setelah menggantinya, dia baru akan turun ke lantai bawah.

Di lantai bawah, ketika melihat Betari turun, Tirta buru-buru bangkit dari sofa untuk bertanya, "Bibi, apa Kak Nabila akan turun?"

"Entahlah, jangan tanya aku. Kalau nggak mau tunggu, pulang saja sana," ujar Betari yang tidak ingin meladeni Tirta. Dia memalingkan wajah, lalu langsung keluar.

"Dasar gila, memangnya aku berutang padamu?" gumam Tirta dengan jengkel. Dia tentu tahu Betari meremehkannya. Namun, dia tidak ingin bersikap perhitungan dengan Betari karena wanita ini ibu Nabila.

Bagaimanapun, jika Tirta berhasil meniduri Nabila, Betari akan menjadi ibu mertuanya. Kalau Betari meremehkannya lagi, Tirta akan menyiksa Nabila di ranjang!

Setelah memikirkan ini, Tirta merasa jauh lebih lega. Mereka menunggu sesaat, tetapi Nabila masih tidak turun sehingga Tirta mulai merasa cemas.

"Bi, kamu tunggu aku di sini. Aku coba panggil Nabila," ucap Tirta.

"Ya, bicara yang sopan sedikit dengannya," pesan Ayu.

Tirta menaiki tangga sambil membalas, "Aku mengerti, Bi."

Saat ini, Nabila baru mengeluarkan celana dalam berwarna merah muda dengan pola kartun. Dia masuk ke selimut untuk menggantinya. Setelah Nabila melepaskan celana dalamnya, terlihat Tirta menerobos masuk ke kamarnya.

Raut wajah Nabila seketika tampak malu dan marah. Dia membentak, "Tirta sialan, siapa suruh kamu masuk ke kamarku! Cepat keluar!"

"Matahari sudah begitu terik, kenapa kamu masih berbaring di ranjang? Aku dan Bibi Ayu sudah menunggu dari tadi lho!" sahut Tirta. Dia bukan hanya tidak pergi, melainkan berjalan masuk dengan ekspresi nakal.

"Bukan urusanmu! Cepat pergi! Jangan mendekat!" seru Nabila dengan panik. Jika Tirta tahu dirinya mengompol, pria ini pasti akan mentertawakannya. Selain itu, Nabila pasti sudah menendangnya jika bukan karena sudah melepaskan celananya.

Namun, Tirta tidak tahu apa-apa. Dia duduk di atas ranjang Nabila dan berkata, "Kak Nabila, terima kasih sudah mengajariku. Aku jadi bisa mempelajari banyak buku medis berkat dirimu."

Selesai mengatakan itu, Tirta seperti mencium suatu aroma. Dia mengendus-endus, lalu bertanya sambil mengernyit, "Kenapa aku seperti mencium sesuatu?"

"Berengsek, jangan sembarangan bicara! Cepat keluar!" pekik Nabila dengan malu sekaligus kesal. Air matanya hampir berlinang.

"Hm?" Tirta menatap ekspresi Nabila yang panik dan kedua tangannya yang menggenggam selimut dengan erat seperti sedang menutupi sesuatu. Dalam sekejap, dia sontak membelalakkan mata dan bertanya dengan tidak percaya, "Kamu ngompol, jadi malu untuk turun?"

Nabila tidak tahan lagi. Dia berteriak sembari menangis, "Kenapa memangnya kalau aku ngompol? Kamu sudah senang? Kamu sudah puas?"

Saking emosional, Nabila sampai menyibakkan selimut untuk menunjukkan ranjangnya yang basah. Tirta berkata, "Eee ... ngompol bukan masalah besar. Aku nggak mungkin membocorkan hal ini."

Tirta kehilangan minat untuk menikmati pemandangan indah itu karena melihat ekspresi Nabila yang begitu sedih. Dia hanya bisa menghibur.

"Semua ini salahmu! Kalau nggak ada kamu, aku nggak bakal ngompol! Akan kugigit kamu!" hardik Nabila yang merasa makin kesal memikirkannya. Dia membuka mulutnya, lalu menggigit bahu Tirta sambil menangis.

"Apa hubungannya denganku?" tanya Tirta tanpa sadar. Meskipun Nabila menggigitnya dengan kuat, Tirta tidak merasakan sakit sedikit pun. Dia hanya merasa geli dan nyaman. Hanya saja, dia tetap berpura-pura kesakitan.

"Semalam aku mimpi kamu meniduriku, jadinya aku ngompol! Pokoknya semua ini gara-gara kamu!" pekik Nabila sambil memelotot.

"Itu hanya mimpi! Aku nggak melakukan apa-apa kok!" Tirta cukup terkejut mendengarnya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (11)
goodnovel comment avatar
Veby romy Rambing
mimpi aseek
goodnovel comment avatar
Achmad Thamrin
kalau ga percaya baca saja pasti terperdaya karena pesonanya....
goodnovel comment avatar
Tanpar Ahay
lanjuttttt
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1945

    Sekelompok orang yang berpikiran seperti ini segera mengejar Tirta dan lainnya. Pemimpin mereka berteriak, "Berhenti!"Swoosh! Dua puluh orang lebih mengepung Tirta dan lainnya. Cahaya obor menerangi kegelapan malam. Tampak orang-orang itu mengeluarkan pedang mereka yang memancarkan cahaya dingin.Melihat tindakan orang-orang itu, Eira yang berwajah tua sedikit panik. Dia bertanya, "Bapak-bapak sekalian, ada apa kalian cari kami lagi?"Tangan gemuk Amaris yang disembunyikan di lengan bajunya yang panjang gemetaran. Dua gadis dengan bibir merona dan gigi putih berjalan keluar dari kerumunan. Mereka bersikap sangat sungkan pada Elisa yang berubah menjadi pria.Salah satu gadis bertanya pada Elisa, "Pak, dari mana kamu dapatkan kucing putih yang kamu gendong ini?"Mendengar pertanyaan mereka, Elisa langsung menebak mereka pasti curiga dengan kucing putih ini. Setelah melihat Tirta sekilas, Elisa menjawab dengan ekspresi tenang, "Aku memelihara kucing ini sejak dia kecil. Namanya Jade. Ada

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1944

    Pantas saja Tirta meremehkan mereka. Bahkan dia malas bertindak karena tidak ingin menghabiskan waktu.Sementara itu, para pria yang berjaga di pintu masuk memperhatikan Eira dan Amaris yang tampangnya sudah berubah. Hanya saja, pria mana pun tidak akan tertarik pada tampang Eira dan Amaris sekarang. Mereka mengamati tampang keduanya dengan bantuan cahaya obor.Salah satu pria mengkritik, "Cih, wanita rendahan! Kenapa ada wanita yang begitu jelek? Benar-benar merusak pemandangan!"Orang-orang itu membandingkan tampang Tirta dan lainnya dengan lukisan di tangan mereka. Namun, tidak ada yang sesuai dengan tampang Tirta, Elisa, dan Amaris. Bahkan ada tambahan satu orang lagi.Hanya saja, pemimpin sekelompok orang itu tetap merasa 4 orang aneh ini mencurigakan. Dia mengambil obor, lalu maju dan bertanya dengan tegas, "Tunggu! Untuk apa kalian datang ke kecamatan malam-malam begini? Kalian datang dari mana? Selain itu, kalian mau pergi ke mana?"Eira yang berwajah tua segera maju dan berpur

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1943

    Tirta segera membantah, "Nggak, Bi Elisa! Kamu sama sekali nggak jelek, malah sangat menawan! Aku rasa begini saja, nanti kamu berpura-pura menjadi putra keluarga kaya yang keluar untuk jalan-jalan!"Kemudian, Tirta berucap kepada Eira dan Amaris, "Aku yang jadi pengawal. Kalian berdua jadi bawahan yang melayani Bi Elisa."Eira menyahut, "Boleh, aku nggak masalah."Amaris membalas, "Aku juga nggak masalah."Mereka lanjut berjalan ke dalam kecamatan. Sementara itu, Tirta yang berubah menjadi pria paruh baya dengan wajah dipenuhi bekas jerawat merangkul pinggang Elisa. Dia berjalan sambil diam-diam membelai tubuh Elisa.Di tengah kegelapan malam, wajah Elisa memerah. Untung saja, Eira dan Amaris berjalan di depan. Jadi, mereka tidak melihat tindakan Tirta. Kalau tidak, Elisa pasti menepis tangan Tirta.Elisa mengeluh, "Tirta, bukannya kamu mau menjadi pengawal? Mana ada pengawal yang berani membelai tubuh putra keluarga kaya?"Tirta yang tidak tahu malu berbisik, "Hehe ... Bi Elisa, maks

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1942

    Amaris yang penasaran mendekati Tirta dan bertanya, "Tuan Tirta ... kamu buat jimat apa?"Tirta menyahut tanpa mengangkat kepala, "Nanti kamu juga tahu."'Tirta selalu sangat serius setiap melakukan sesuatu. Benar-benar memesona,' batin Eira. Wajahnya memerah saat melihat ekspresi Tirta yang serius.Eira mengamati sekeliling. Dia berharap bisa menemukan Rumput Vitalitas lagi dan mengonsumsinya. Dengan begitu, dia bisa berhubungan intim dengan Tirta lagi.Tak lama kemudian, Tirta membuat 8 lembar jimat. Elisa mengenali kegunaan 2 jenis jimat itu. Dia bergumam, "Ini Jimat Pengubah ... ini Jimat Pengendali Angin ...."Tirta membagikan Jimat Pengubah dan Jimat Pengendali Angin kepada ketiga wanita itu. Dia juga menjelaskan kegunaan kedua jimat itu kepada Eira dan Amaris, "Benar. Jimat Pengubah bisa mengubah paras, bentuk tubuh, dan suara seseorang. Dengan begitu, kita nggak usah khawatir diserang oleh yang melihat kita."Tirta melanjutkan, "Nanti kalian tempel Jimat Pengendali Angin di tub

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1941

    Setelah mengenali identitas Alfred dan mendengar nada bicaranya yang yakin, sebagian pasukan Negara Kawria dan Pasukan Ninja Violet Negara Yumai berwaspada. Sebagian lagi berbicara dengan ekspresi sinis."Biarpun kamu itu salah satu ketua Black Gloves Negara Martim, juga nggak ada hubungannya dengan kami.""Kami nggak perlu bekerja sama denganmu. Kita andalkan kemampuan masing-masing untuk menangkap Tirta!""Benar! Trik Black Gloves dari Negara Martim memang hebat, tapi Pasukan Ninja Violet dari Negara Yumai juga nggak lemah!""Kita nggak perlu kerja sama. Kamu cari orang lain saja!"Beberapa orang dari pasukan Negara Kawria dan Pasukan Ninja Violet Negara Yumai maju. Mereka mengabaikan ucapan Alfred, lalu menyusup ke vila Keluarga Hadiraja.Alhasil, begitu masuk ke arah 5 kilometer, tiba-tiba mereka menunjukkan ekspresi kesakitan seperti mengalami trauma yang luar biasa. Tubuh mereka lemas dan mereka mendadak jatuh ke tanah.Orang Negara Kawria yang tersisa dan Pasukan Ninja Violet ya

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1940

    Sagara juga bertekad untuk melenyapkan Keluarga Gomies. Tentu saja, Sagara baru berani berteriak marah setelah Yudha pergi. Dia kembali bertarung dengan kedua wanita selama 2 detik.Sesudah itu, Sagara langsung berteriak kepada orang di luar, "Pengawal, utus anggota 10 kali lipat lebih banyak untuk menyusup ke Negara Darsia! Bunuh Tirta! Kalian harus berhasil dan nggak boleh gagal! Cepat pergi!"....Di area sekitar 5 kilometer dari vila Keluarga Hadiraja yang terletak di ibu kota. Whoosh! Pasukan pertama Negara Kawria dan Negara Yumai datang untuk membunuh Tirta.Mereka bersiap-siap menyusup ke rumah Keluarga Hadiraja secara diam-diam saat larut malam. Pasukan Negara Kawria berjumlah sekitar 50 orang lebih, semuanya sudah menjalani transformasi gen. Kemampuan rata-rata mereka di atas master.Bagi orang-orang di dunia fana, bisa dibilang ini adalah pasukan tak tertandingi biarpun mereka tidak memakai senjata.Sementara itu, Negara Yumai mengutus Pasukan Ninja Violet. Mereka adalah pasu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status