Share

Bab 16

Author: Hazel
Tirta akhirnya turun ke lantai bawah. Ayu sudah menunggunya di depan tangga sejak tadi. Raut wajahnya dipenuhi kecemasan.

"Bibi, sebaiknya kita cepat pulang." Sambil berkata, Tirta menggandeng tangan Ayu dan hendak membawanya ke luar.

"Dasar berengsek! Kamu begitu menginginkan wanita?" tegur Ayu sembari mencubit lengan Tirta dengan kesal. Dia sudah mendengar semuanya barusan. Hanya saja, dia kesulitan untuk menaiki tangga sehingga terpaksa menunggu di bawah.

Pada saat yang sama, Ayu telah memastikan bahwa Tirta memang sudah dewasa dan sudah bisa bernafsu. Ayu harus segera mengatasi masalah ini atau Tirta akan membuat masalah untuk dirinya sendiri!

"Bukan begitu, Bi. Kamu sudah salah dengar, aku nggak melakukan apa-apa kok," sahut Tirta yang bersikap keras kepala. Dia tidak ingin merusak citranya di hadapan Ayu.

"Jangan dibahas lagi. Aku akan memberimu pelajaran setelah sampai di rumah!" tegur Ayu dengan kesal.

"Kamu paling menyayangiku, mana mungkin tega memukulku," ujar Tirta sambil tersenyum setelah mereka keluar.

"Jangan mimpi! Kalau nggak memukulmu, kamu bisa membuat masalah besar!" Selesai mengatakan itu, Ayu menepuk bokong Tirta.

Tirta tidak merasakan sakit sedikit pun, melainkan merasa nyaman. Dengan nada nakal, dia berkata, "Bi, pukul lagi dong!"

Wajah Ayu sontak memerah mendengarnya. Dia merasa Tirta benar-benar menjadi nakal sekarang. "Kurang ajar! Kamu memang sulit dinasihati!"

"Sudah kubilang, kamu nggak mungkin tega memukulku," timpal Tirta. Ayu sungguh tidak berdaya menghadapinya.

Tidak berselang lama, mereka kembali ke klinik. Tirta sudah melupakan masalah di rumah Agus tadi. Begitu tiba di klinik, ekspresi Ayu tampak malu-malu. Dia buru-buru masuk ke sebuah ruangan dan mengunci pintu.

"Bi, kamu mau ngapain?" tanya Tirta dengan penasaran.

"Nggak ada. Kamu tunggu saja di luar, aku sebentar saja," jawab Ayu dengan lirih. Dia ingin berganti pakaian karena kepanasan.

Kemudian, Tirta duduk untuk menunggu pasien, tetapi tidak ada yang datang. Hal ini membuatnya agak kesal. Mungkin para penduduk sudah tahu klinik ini akan ditutup, jadi tidak mau datang lagi.

Kebetulan sekali, Ayu akhirnya keluar dari ruangan. Tirta bangkit dan berkata, "Bi, aku dengar besok akan ada rombongan pebisnis yang datang untuk membeli bahan obat dengan harga tinggi. Aku pergi ke gunung belakang untuk memetik bahan obat dulu, ya."

Ekspresi Ayu sudah terlihat normal sekarang. Ketika mendengar Tirta akan pergi ke gunung, dia pun berpesan, "Oke, hati-hati di jalan. Aku akan menunggumu pulang."

"Bibi juga hati-hati. Aku akan langsung pulang setelah selesai." Selesai mengatakan itu, Tirta segera mengambil keranjang obat dan keluar.

Tidak lama setelah Tirta pergi, Melati malah datang ke klinik. Dia merasa kecewa saat tidak melihat Tirta. Dia datang kemari hanya untuk mengingatkan Tirta datang malam ini.

Melati pun bertanya kepada Ayu, "Bibi, Tirta nggak ada di klinik, ya?"

"Ya, dia pergi ke gunung untuk memetik bahan obat. Kamu mencarinya karena pipa tersumbat, ya?" balas Ayu yang teringat pada ucapan Tirta pagi tadi.

Begitu mendengarnya, wajah Melati sontak memerah. Dia mengiakan. "Ya, pipanya belum selesai diperbaiki. Aku mau menyuruhnya datang ke rumahku, tapi dia lagi pergi. Kalau begitu, aku akan mencarinya nanti saja."

Melati teringat bahwa mertuanya akan pulang besok. Itu artinya, dia tidak punya kesempatan untuk bercinta dengan Tirta lagi. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk pergi ke gunung.

....

Desa Persik dikelilingi pegunungan dan sungai, ada banyak bahan obat liar di gunung. Setibanya di gunung belakang desa, Tirta mendapati ada banyak penduduk yang memetik bahan obat, bahkan semuanya sudah hampir dipetik habis. Jelas, kebanyakan penduduk sudah tahu tentang kedatangan rombongan pebisnis itu.

Tirta pun menggeleng, lalu pergi ke gunung lain. Beberapa penduduk tampak kebingungan melihat Tirta yang menuju ke arah lain.

"Tirta, semua orang memetik bahan obat di sini, ngapain kamu pergi ke Gunung Barat? Di sana ada banyak binatang buas lho. Kamu nggak takut?" Yang berbicara adalah seorang penduduk bernama Abbas. Dia membuka supermarket di desa. Bisa dibilang, dia cukup cerdas.

"Nggak apa-apa. Aku sudah pergi beberapa kali, nggak ada binatang buas kok. Semua itu cuma rumor untuk menakuti orang-orang," sahut Tirta tanpa berpikir sedikit pun. Kemudian, dia langsung menuju ke Gunung Barat.

"Dia sering memetik bahan obat di gunung, pasti tahu di sana terdapat banyak bahan obat. Dia bisa begitu berani pasti karena punya keyakinan! Cepat, kita ikuti dia!" ujar Abbas kepada para penduduk dengan lirih.

"Benar. Kalau dia nggak takut, kita juga nggak takut!" Karena bahan obat di sini sudah hampir habis, para penduduk desa pun diam-diam mengikuti Tirta.

"Eh, kalian lihat Tirta nggak?" Tiba-tiba, Melati yang sudah tiba di gunung bertanya karena melihat Abbas dan lainnya. Saking lelahnya, dia bercucuran keringat sampai bajunya basah dan menempel pada tubuhnya.

"Melati? Kamu juga datang untuk memetik bahan obat?" Begitu melihat Melati, mata Abbas sontak berbinar-binar. Dia sibuk mengamati tubuh wanita itu.

Melati jauh lebih cantik daripada istrinya. Kalau dia bisa menemukan kesempatan untuk meniduri wanita ini di tempat sepi begini, bukankah itu akan menjadi suatu kenikmatan yang hakiki?

"Ya, aku mau petik bahan obat. Kalian melihat Tirta nggak?" tanya Melati sambil melirik ke kanan dan kiri. Itu sebabnya, dia tidak memperhatikan tatapan Abbas.

"Kami melihatnya. Ayo, ikut aku. Aku akan membawamu menemuinya!" sahut Abbas yang tersenyum nakal sambil menggosok tangannya.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (10)
goodnovel comment avatar
Bamsadewo
bagus tambah penasaran ko habis mana kelanjutan nya
goodnovel comment avatar
ezziabrori777
lanjutan nya???
goodnovel comment avatar
Csippit Gaming
lanjutkan lagi aja
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1513

    "Benaran? Baguslah kalau Kak Farida suka. Nanti aku bisa coba variasikan supaya kamu bisa rasain rasa yang berbeda dan semakin seru."Tirta terkekeh-kekeh, meskipun matanya sesekali melirik ke arah Elisa dan Ayu yang baru saja naik ke lantai atas."Sudah, aku tahu kamu khawatir soal Bi Elisa, cepat ambil madunya dulu. Nanti kalau sudah selesai, kamu bisa menyusul dan temani dia. Kami juga belum benar-benar pulih, jadi nggak perlu terburu-buru, masih ada banyak kesempatan nanti."Farida berkata dengan lembut, mengecup pipi Tirta, dan menepuk dadanya dengan manja, mencoba menenangkan."Cepat, Tirta, kami tunggu di atas. Mari kita tuntaskan rasa penasaranmu itu." Naura berkata dengan wajah memerah. Setelah semua yang mereka alami bersama, kini dia memiliki aura keanggunan khas wanita dewasa. Hanya berdiri diam saja, sosoknya sudah mampu membuat Tirta refleks melirik."Tirta, malam ini kami nggak ingin mengganggu terlalu lama. Kamu temani saja Susanti, Agatha, dan Kak Melati. Kami hanya in

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1512

    Karena banyak orang di tempat itu dan Bella juga belum terlalu akrab dengan mereka, ucapan Tirta tadi membuat wajahnya memerah. Tanpa banyak bicara, dia buru-buru naik ke lantai atas.Setelah urusan dengan Bella dan Nabila selesai, kini tinggal Irene, Aiko, Arum, Naura, Ayu, dan lainnya. Tirta tak perlu menahan diri lagi. Tatapannya langsung dipenuhi gairah. Dengan senyuman nakal, dia berkata."Para wanita cantikku, gimana? Mau bareng nggak malam ini? Malam ini aku pasti kerja keras. Targetku adalah kasih kalian semua makan sampai kenyang!"Ucapan itu membuat pipi para perempuan itu langsung merona. Mereka tanpa sadar menelan ludah. Anehnya, mereka justru tidak merasa jijik terhadap kemaluan Tirta, malah merasa membutuhkannya dan menginginkannya.Yang mereka tidak ketahui adalah tubuh Tirta mengandung darah naga, ditambah energi spiritual dan kekuatan dari Mutiara Naga. Kemaluannya pun mengandung energi naga, dengan rasa istimewa dan secara alami menjadi sumber energi yang sangat menye

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1511

    "Benar, Tirta! Apa yang kami bilang barusan jangan cuma masuk telinga kanan keluar telinga kiri! Kalau dalam sebulan aku dan Susanti belum juga hamil, siap-siap aja, kamu bakal kena akibatnya!" Suara Agatha terdengar sesaat kemudian."Tirta, aku mau mandi dulu. Kamu pikirkan baik-baik ya! Malam ini kalau nggak sampai tujuh kali, jangan harap aku mau tidur sama kamu lagi!" Melati malah lebih blak-blakan. Sesudah mengelap tangannya, dia langsung naik ke lantai dua menuju kamar mandi."Uhuk, uhuk .... Susanti, Kak Agatha, dulu kalian nggak segila ini lho. Kenapa sekarang malah jadi segila ini sih?" Tirta tidak bisa berkata apa-apa lagi. Saat menoleh, selain Melati yang naik ke lantai atas, para wanita lain berdiri berjejer di ruang tamu. Tatapan mereka penuh hasrat seperti ingin dipuaskan oleh Tirta.Membayangkan adegan sensual yang pernah terjadi sebelumnya, napas Tirta mulai memburu. Terakhir kali mereka gila-gilaan ramai-ramai, Tirta sampai tidak ingin bangun dari tempat tidur."Sudah,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1510

    Irene tampak agak gugup saat berhadapan dengan Bella."Kamu nggak perlu tegang begitu. Aku bukan sedang menginterogasimu kok. Nanti kita bakal jadi sahabat yang baik. Harus sering-sering ngobrol ya," ucap Bella sambil tersenyum."Kalau begitu, aku panggil kamu Kak Bella saja seperti Nabila ya?" Irene akhirnya mulai tenang dan berkata demikian dengan lega."Tirta, punya anak itu urusan besar, kenapa kamu nggak bilang dari awal ke aku? Kalau Nabila nggak ngomong, aku nggak akan tahu lho!" Begitu perkenalan selesai, Ayu langsung mendekat dan menyalahkan Tirta."Benar! Apalagi Nabila masih muda dan sifatnya ceroboh. Gimana kalau terjadi apa-apa yang bisa membahayakan bayinya? Itu 'kan ...." Farida juga menambahkan, walaupun di akhir kalimatnya dia tidak melanjutkan."Bi Ayu, Kak Farida, aku juga baru tahu, benaran. Kalau aku tahu lebih awal, pasti langsung aku kasih tahu kalian," timpal Tirta sambil menggaruk kepala.Namun, saat berkata begitu, matanya tak sadar melirik ke arah Elisa. Kare

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1509

    "Tirta, coba kamu bilang, gimana caranya Nabila bisa hamil? Kamu diam-diam tidur bareng dia setiap hari tanpa sepengetahuan kami ya?"Melihat Nabila tidak bisa memberi penjelasan yang masuk akal, Melati langsung maju dan menjewer telinga Tirta sambil menginterogasi.Melati masih ingat jelas ketika Tirta pernah bilang ingin minum susunya. Dia juga ingin Tirta minum sepuas-puasnya dan setiap malam tidur dalam pelukannya.Namun, sampai sekarang dia belum hamil. Kini mendengar Nabila yang usianya lebih muda sudah hamil, tentu saja Melati merasa sangat khawatir."Nggak kok, Kak Melati. Aku nggak terlalu sering tidur sama Kak Nabila, hampir sama kayak kalian. Aku juga nggak nyangka dia bisa hamil," kata Tirta dengan nada tak berdaya."Tirta! Jangan bohong deh! Kalau soal hamil, tentu saja makin sering makin besar kemungkinannya! Kamu pasti diam-diam tidur sama Nabila setiap malam.""Aku nggak mau tahu. Pokoknya dalam satu bulan, kamu juga harus buat aku hamil! Kalau nggak, jangan sentuh aku

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1508

    Yasmin memanyunkan bibirnya, lalu refleks bersembunyi di belakang Bella."Gadis kecil nakal ini memang pantas dihukum. Apa pun berani dia ucapkan sekarang." Namun, Bella tidak memanjakan Yasmin dan menegurnya dengan nada berceramah."Huhuhu .... Kak Nabila ... mereka semua nggak suka sama aku lagi ...." Tidak ada pilihan lain, Yasmin pun mendekat ke sisi Nabila dan mulai mengadu sambil menangis."Mereka nggak suka sama kamu ya? Nggak apa-apa, aku juga nggak suka kok! Siapa suruh kamu ini nggak bisa jaga omongan? Biar kamu kapok!" Nabila menyilangkan tangan dan mencebik."Hmph! Bibi Ayu, aku kangen banget sama Bibi! Lama nggak ketemu, Bibi kangen nggak sama aku nggak?" Karena Nabila juga tidak membelanya, Yasmin pun kesal dan mengentakkan kakinya. Kemudian, dia langsung melompat ke pelukan Ayu sambil bertingkah manja."Kangen dong, tentu saja kangen. Tapi, sekarang Bibi mau bicara sebentar sama gurumu dan Bu Bella. Kamu tunggu di sana sebentar ya. Nanti Bibi nyusul kamu."Ayu tersenyum,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1507

    Saat di perjalanan, Tirta sudah lebih dulu menggunakan ponsel Nabila untuk memberi tahu Ayu dan Bella bahwa mereka akan ikut pulang bersamanya.Saat ini, vila itu terang benderang, dengan sosok-sosok wanita cantik yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Ada yang sedang menyiapkan makanan, ada pula yang membersihkan vila, semuanya tampak harmonis.Pemandangan seperti ini adalah sesuatu yang Tirta impikan selama ini. Kini, akhirnya mimpi itu menjadi kenyataan, bahkan dia berhasil membawa Bella kembali.Ditambah lagi, kini Nabila sedang mengandung. Bisa dibilang, kebahagiaan datang bertubi-tubi."Bi Ayu! Bi Elisa! Kak Melati! Kak Irene! Susanti! Kak Farida! Kak Arum! Bu Naura! Aiko! Kak Nia! Kak Agatha!"Seketika, gelombang emosi yang tak tertahankan menyeruak di dada Tirta. Dia pun berteriak ke dalam vila, "Ayo keluar! Pacar kalian sudah pulang!"Teriakan Tirta ini disertai aliran energi spiritualnya sehingga suaranya sangat lantang. Terutama kalimat terakhirnya, sepertinya bisa terde

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1506

    Hal itu sudah tertunda cukup lama. Tirta berpikir, akhir-akhir ini sebaiknya lebih sering menemani Susanti, Agatha, dan Irene.Dia juga berencana mencari kesempatan untuk membawa Ayu, Elisa, dan Bella pergi bersama sekali."Tirta ... kita sudah sampai mana ya? Tadi aku merasa sulit sekali bernapas, seperti ada yang menutupi mulut dan hidungku dengan handuk."Begitu memasuki formasi besar dan sampai di alun-alun Desa Persik, Nabila yang baru sadar langsung menarik napas dalam-dalam.Gumaman itu memotong lamunan Tirta."Aku juga, tiba-tiba merasa sesak napas, dada terasa sangat berat ...." Tak lama kemudian, Bella juga membuka matanya, terbangun, dan perlahan menyesuaikan napasnya."Kak Nabila, Bella, mungkin karena jendela mobil tertutup terlalu lama, jadi udara di dalam mobil jadi tipis, makanya kalian merasa sesak napas. Tapi, kita hampir sampai rumah.""Kalau kalian masih merasa nggak enak badan, nanti setelah bertemu bibiku dan yang lain, langsung mandi dan istirahat saja." Tirta se

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1505

    Yasmin tidak memahami ucapan Tirta. Dia melihat sekilas stoples madu di tangannya, lalu memandang Tirta dan bertanya dengan ekspresi bingung, "Kenapa harus menunggu sampai ada kesempatan? Kakak Guru, bukannya sekarang aku bisa mencicipinya sampai puas?"Tirta berkata, "Ini ... Yasmin, karena kamu sudah bertanya, aku harus menjelaskan padamu alasan kamu nggak boleh mencicipinya sampai puas sekarang dan harus menunggu sampai ada kesempatan. Alasannya karena madu bukan makanan pokok meski sangat manis.""Madu cuma bahan pelengkap dan harus dikombinasikan dengan bahan makanan berkualitas tinggi. Setelah dioleskan sampai rata, kamu baru bisa menikmati madu sepuasnya!" lanjut Tirta.Penjelasan Tirta terkesan ambigu. Bagaimanapun, Nabila dan Bella berada di dalam mobil. Jadi, dia tidak mengungkapkannya dengan jelas.Yasmin yang tidak terlalu paham bertanya lagi saking penasarannya, "Kakak Guru, jadi apa itu bahan makanan berkualitas tinggi?""Hehe, bahan makanan berkualitas tinggi itu ...," u

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status