Share

Bab 17

Penulis: Hazel
Kemudian, Abbas memberi isyarat mata kepada orang-orang di sekitarnya. Isyarat mata ini hanya bisa dipahami oleh para pria.

"Ya, ya, kami melihat Tirta ke sana tadi. Kami akan membawamu ke tempatnya kalau mau." Dengan begitu, beberapa orang ini bekerja sama untuk menipu Melati.

Mereka juga sangat tergoda dengan tubuh Melati selama ini. Tidak mungkin ada yang tahu kalau mereka menidurinya di tempat sepi begini. Selain itu, mereka merasa Melati tidak akan berani memberi tahu siapa pun tentang hal ini.

"Oke, aku ikut kalian." Melati lelah hingga kepalanya menjadi agak pusing. Dia hanya ingin segera bertemu Tirta, jadi tidak sempat memedulikan terlalu banyak hal.

"Kak Abbas, bukannya ini jalur yang dilewati Tirta?" tanya seorang pria bernama Enes dengan suara lirih. Dia meneruskan, "Kita mau melakukan hal penting. Akan gawat kalau ketahuan olehnya."

"Ada banyak bahan obat di Gunung Barat. Misi kita bukan hanya meniduri Melati, tapi juga memetik bahan obat. Kalaupun ketahuan, mana mungkin Tirta berani macam-macam. Dia hanya sendirian. Kalau dia berani melawan, kita nodai juga bibinya itu!" sahut Abbas yang tidak takut apa pun.

Ada banyak wanita cantik di Desa Persik, tetapi Ayu yang paling terkenal akan kecantikannya. Abbas sudah mengincarnya selama ini.

"Benar juga. Kamu memang cerdas dan kaya, wanita mana yang nggak jatuh hati melihatmu? Hehe!" Enes dan lainnya menggosok tangan mereka dengan tidak sabar.

"Jangan bicara omong kosong lagi. Jaga sikap kalian, jangan sampai Melati menyadari ada yang aneh. Kita bawa dia ke Gunung Barat dulu, lalu baru beraksi!" ujar Abbas sambil melirik Melati tanpa henti.

Abbas sungguh terangsang saat melihat payudara dan bokong Melati yang begitu sintal. Akan tetapi, mereka masih cukup jauh dari Gunung Barat dan masih ada banyak penduduk desa di sekitar sini. Abbas tidak ingin ketahuan sehingga hanya bisa menahan nafsunya. Selain itu, dia khawatir Melati kabur.

Sekitar sejam kemudian, mereka sampai di pedalaman Gunung Barat. Abbas dan lainnya akhirnya memperlihatkan tatapan cabul mereka. Semuanya mengepung Melati sembari tersenyum genit. Mereka yakin Melati tidak bisa kabur lagi.

"Kak Abbas, kenapa kalian berhenti? Apa Tirta ada di sekitar sini?" tanya Melati sembari terengah-engah. Sekujur tubuhnya penuh keringat. Dia bisa merasakan ada yang aneh dengan tatapan Abbas dan lainnya.

"Hehe. Melati, jangan pedulikan Tirta lagi. Kamu ingin bahan obat, 'kan? Kita bisa diskusikan hal ini. Kalau kamu membiarkan kami menidurimu, semua bahan obat yang sudah kami petik akan menjadi milikmu," ujar Abbas sambil menatap Melati lekat-lekat setelah menelan ludah.

"Benar, Melati. Kami rela memberikan semuanya kepadamu," sahut Enes dan lainnya yang tersenyum mesum.

Mereka sudah bernafsu sejak tadi sehingga tidak peduli pada bahan obat lagi. Untuk sekarang, yang ada di pikiran mereka hanya bersetubuh dengan Melati.

"Melati, kamu belum pernah merasakan nikmatnya bercinta, 'kan? Hari ini, kami akan membuatmu menjadi wanita seutuhnya. Kami jamin kamu akan puas!" Saat berikutnya, orang-orang itu sontak menjulurkan tangan untuk melepaskan pakaian Melati.

"Abbas, apa yang kalian lakukan? Cepat menyingkir! Aku mau cari Tirta!" Melati sungguh panik. Dia memungut ranting pohon dan mengayunkannya secara asal.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Suyantini AMK
aduh melsti
goodnovel comment avatar
Ilham Yani
sebut saja korban nya melati
goodnovel comment avatar
Setio Waspodo
walah dalam, gawat nih athor. tolongin dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1805

    Sekarang mereka juga tahu ternyata Alicia adalah anggota Black Gloves. Namun, orang pertama yang angkat bicara adalah Devika. Hal ini karena dia bisa merasakan Alicia memperhatikan Tirta.Devika berujar, "Hei, pria berengsek. Apa status wanita itu di Black Gloves? Apa hubungannya denganmu?"Tirta mengusap dagunya. Akhirnya, dia berbicara jujur, "Dia itu termasuk anggota inti Black Gloves. Tapi, aku juga nggak tahu jelas statusnya di organisasi itu. Mengenai hubunganku dengannya, dia itu bawahanku. Meski nggak mungkin berhasil, aku berencana manfaatkan dia untuk melenyapkan Black Gloves."Tirta tidak menganggap serius ucapan Alicia. Bahkan, dia ingin menanyakan lokasi anggota Black Gloves di ibu kota. Jadi, dia bisa langsung melawan mereka.Namun, Devika tampak terkejut setelah mendengar perkataan Tirta. Dia menanggapi, "Apa? Pria berengsek, apa kamu tahu Black Gloves itu organisasi terbesar di Negara Martim? Bahkan semua petinggi Negara Martim dikendalikan mereka! Kamu ... tiba-tiba in

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1804

    "Terserah kamu mau bilang apa. Kamu itu presiden, jadi semua omonganmu benar," timpal Devika. Dia tidak ingin berdebat dengan Gaurav.Bagaimanapun, Tirta sudah menampar Bahera di depan semua orang. Hal ini membuat sudah cukup meredakan kekesalan Devika.Shinta yang tidak bisa menahan rasa penasarannya maju dan bertanya, "Kak Tirta, tadi kamu beri Paman Gaurav jimat apa? Jimat pelindung ya? Apa kamu bisa beri kami beberapa lembar?""Memang termasuk jimat pelindung. Aku masih punya cukup banyak, kamu bagikan dengan Bu Marila saja. Mengenai cara pemakaiannya, nanti aku beri tahu kalian waktu senggang," sahut Tirta.Tirta juga tidak pelit. Dia langsung mengeluarkan belasan jimat terakhir dari Cincin Penyimpanan dan memberikannya kepada Shinta."Terima kasih, Kak Tirta," ujar Shinta. Dia yang penasaran memainkan jimat itu. Jika Marila tidak meminta kepadanya, Shinta tidak ingin membagikannya kepada Marila.Gaurav yang tiba-tiba teringat sesuatu berkata kepada Tirta, "Tirta, kemari. Kebetula

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1803

    "Kalau nggak, jangan salahkan aku bertindak kejam. Bagaimana pendapat kalian?" tegas Gaurav.Yang satunya adalah pejabat senior, yang satunya lagi adalah pemurni energi yang langka. Gaurav tidak ingin menghukum siapa pun, jadi dia hanya bisa menyelesaikan perselisihan mereka dengan cara seperti ini.Saba dan Yahsva yang bisa menebak maksud Gaurav mengernyit, tetapi mereka tidak berkomentar.Bahera diam-diam merasa lega dan berpura-pura murah hati saat berkata kepada Tirta, "Tirta, karena Pak Presiden sudah bicara seperti ini, aku nggak mau berdebat denganmu lagi. Lain kali kamu harus perhatikan, jangan asal tuduh orang tanpa bukti. Kalau nggak, jangan salahkan aku bertindak kejam padamu."Tirta mencibir dan menimpali tanpa sungkan, "Dasar tua bangka, kamu suka berpura-pura ya? Oke, nggak masalah. Hari ini aku ampuni kamu demi presiden."Tirta menunjuk pintu sambil melanjutkan, "Tapi, aku harus ingatkan kamu sesuatu, setelah keluar dari rumah presiden hari ini, jangan cari masalah denga

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1802

    Mendengar ucapan Tirta, ekspresi semua orang berubah drastis. Sudah jelas mereka tidak menyangka ada masalah seperti ini terjadi. Pantas saja Tirta tidak ingin menerima permintaan maaf Bahera.Sementara itu, kebencian Bahera pada Tirta makin mendalam setelah mendengar Tirta tidak menganggap penting statusnya sebagai pejabat senior dan hanya menganggapnya orang biasa. Tirta benar-benar meremehkan Bahera.Gaurav berkata seraya mengernyit, "Tirta, apa omonganmu tadi benar? Pak Bahera pernah berencana membunuh keluargamu dan semua orang terdekatmu?"Walaupun berbicara dengan Tirta, tatapan Gaurav tetap tertuju pada Bahera. Tirta menceritakan keseluruhan kejadiannya, "Memang benar. Sore ini, Pak Bahera mengutus anggotanya ...."Tirta melanjutkan, "Aku ceritakan semua ini bukan karena ingin meminta Pak Presiden menegakkan keadilan untukku. Aku cuma ingin menunjukkan aku nggak bertindak tanpa alasan jelas."Saat Tirta bicara, Bahera terus memelototinya. Dia ingin mencincangnya. Setelah Tirta

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1801

    Bahera yang dicecar banyak pertanyaan oleh Gaurav tampak tegang. Dia segera mencari alasan dengan mengatakan, "Pak Presiden, bukan begitu. Ini karena mereka bukan cuma berendam dan bermalas-malasan di lapangan pelatihan, bahkan melawanku. Jadi ...."Bahera menambahkan, "Aku memang belum menemukan bukti Pak Saba dan Pak Yahsva memberi instruksi kepada pemuda ini."Gaurav menyergah, "Kalau kamu belum menemukan bukti, berarti itu nggak benar. Lagi pula, aku yang mengizinkan anggota pasukan khusus berendam. Kamu malah langsung menyuruh master untuk melukai anggota pasukan khusus tanpa mencari tahu kebenarannya. Benar-benar keterlaluan!""Ini ...," ucap Bahera. Dia tidak bisa berkata-kata. Sudah jelas Bahera tidak menyangka ucapan Yahsva waktu itu memang benar.Gaurav membantah, "Tapi, Pak Bahera sudah banyak berkontribusi dan anggota pasukan khusus juga nggak terluka. Jadi, aku nggak akan mempermasalahkan hal ini lagi. Mengenai masalah cucumu, dia memang pantas merasakan akibatnya."Gaurav

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1800

    Bahera tanpa sadar mundur setengah langkah, lalu memandang Tirta dengan ekspresi marah dan berujar, "Ternyata kamu!"Bahera pernah melihat Tirta di video, jadi dia bisa mengenali Tirta. Namun, Tirta tidak pernah melihat Bahera. Hanya saja, dia merasa Bahera agak familier. Tirta bertanya, "Kenapa? Kamu kenal aku?"Bahera tertawa sinis, lalu menyipitkan matanya dan menyahut, "Tentu saja! Aku nggak mungkin melupakan tampangmu selamanya!"Tirta yang bingung bertanya, "Kamu punya dendam padaku?"Bahera membentak, "Aku punya dendam kesumat padamu!"Melihat situasi ini, Devika yang terkejut membatin, 'Gawat! Dilihat dari sikap Pak Bahera, dia pasti sudah tahu Tirta mencelakai Coby!'Devika takut Bahera mengadukan Tirta kepada ayahnya. Namun, dilihat dari kondisinya sekarang, hal ini tidak bisa dihindari lagi.Devika merencanakan dalam hati, 'Nanti aku suruh pria berengsek minta maaf kepada Pak Bahera di depan Ayah dan mengobati Coby. Semoga amarah Pak Bahera bisa reda.'Siapa sangka, masalah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status