Althea berseru, lalu mengendalikan gambar delapan trigam puncak tertinggi untuk menyerang Tirta. Pasir dan batu beterbangan di setiap tempat yang dilewatinya sehingga membuat orang kesulitan membuka mata.'Delapan trigram puncak tertinggi itu simbol paling misterius di dalam sejarah Negara Darsia yang panjang. Di dalamnya mengandung prinsip alam semesta dan teori satu menghasilkan dua, dua menghasilkan tiga, tiga menghasilkan segala sesuatu .... Warisan kepingan giok ini nggak biasa!' batin Tirta.Meskipun Althea baru mencapai tingkat pembentukan energi tahap ketujuh, firasat Tirta mengatakan kekuatan delapan trigram puncak tertinggi itu bisa melukai pesilat tingkat pembentukan energi tahap kesembilan.Namun, Tirta tidak takut dengan kekuatan delapan trigram puncak tertinggi itu. Dia tetap berdiri di tempat. Ketika serangan delapan trigram puncak tertinggi mendekatinya, Tirta baru mengerahkan sedikit kekuatan spiritual untuk melayangkan tinjunya.Krek! Delapan trigram puncak tertinggi
Walaupun Tirta hanya melancarkan serangan sekali, sekitar 6 orang langsung kehilangan kaki dan tangan. Bahkan tubuh mereka terpental.Para tetua energi internal tahap puncak yang dihormati benar-benar tidak ada apa-apanya bagi Tirta. Tentu saja Tirta juga tidak mengerahkan kekuatan spiritual sedikit pun.Sementara itu, di lereng gunung yang tidak terlalu landai berjarak ratusan meter dari tempat Tirta. Delapan tetua Sekte Mujarab baru turun dari gunung. Perhatian mereka teralih oleh suara jeritan histeris. Mereka berdiri di tempat sambil memandang ke depan.Hanya saja, jaraknya terlalu jauh. Jadi, mereka tidak tahu penyebab konflik. Mereka juga tidak maju terlalu dekat. Para tetua ini berkomentar."Apa yang terjadi di depan?""Sepertinya ada yang bertarung. Mau lihat nggak?""Terlalu banyak orang di sana. Kita nggak tahu jelas situasinya. Sebaiknya sekarang kita jangan bertindak gegabah dulu.""Kita tunggu di sini sambil amati situasinya dulu. Setelah mereka selesai bertarung, kita bar
Ekspresi Althea terlihat marah setelah mendengar perkataan Tirta. Kekuatan spiritual di dalam tubuhnya juga mulai bergolak. Althea diam-diam menyentuh kepingan giok di bagian pinggangnya dan marah-marah kepada Tirta.Sebelum Tirta sempat bicara, puluhan tetua berbagai sekte termasuk Sekte Kebebasan mulai bersiap-siap untuk melancarkan serangan. Mereka yang menganggap Tirta lemah berkomentar."Bu Althea, untuk apa kamu bicara omong kosong dengannya? Kita tangkap orang ini sama-sama dulu, lalu pelan-pelan interogasi dia tentang keberadaan muridmu.""Benar, tangkap dia dulu!""Tapi, kita harus sepakati dulu. Siapa pun yang berhasil memenggal kepala pemuda ini, 50 batu alami yang diberikan Sekte Abhra harus dibagi rata untuk keempat sekte."Bahkan banyak tetua yang mulai mengincar Elisa, Eira, dan Amaris. Mereka berebutan dengan ekspresi antusias."Tunggu dulu. Kita sampingkan dulu masalah memenggal kepala bajingan mesum itu. Aku lihat ketiga wanita itu terpaksa mengikutinya karena diancam
"Dilihat dari tatapan mereka, ada niat membunuh. Um, kemungkinan besar orang-orang ini datang untuk mencariku," gumam Tirta.Tirta bingung. Padahal dia hanya beristirahat setengah jam lebih setelah melakukan perjalanan saat tengah malam. Bisa-bisanya orang-orang ini menemukan keberadaannya!Jelas-jelas keempat kuda sudah ditempeli Jimat Pengendali Angin. Setidaknya mereka berpacu sejauh 400 kilometer semalaman. Bahkan Tirta tidak bertemu dengan siapa pun lagi di sepanjang perjalanan selain 20 orang lebih itu. Bagaimana caranya orang-orang ini menemukan Tirta?Amaris terkejut begitu melihat orang-orang yang datang. Dia berucap, "Ah ... Tuan Tirta, mereka itu anggota Sekte Kebebasan, Sekte Rembulan, Sekte Purnama .... Guru, cepat bangun ...."Sebelum Tirta sempat bicara, Amaris sudah membangunkan Eira dan bersembunyi di belakang Tirta."Kalian berdua sembunyi di lingkaran dekat Bi Elisa dan jangan keluar," perintah Tirta. Dia melihat Elisa yang sedikit terganggu. Tirta langsung membuat f
Mendengar perkataan Tirta, ekspresi Eira tampak kebingungan. Dia bertanya, "Tirta, apa ... yang ingin kamu lakukan?"Namun, Eira merasa sangat antusias sampai-sampai tubuhnya gemetaran. Tirta menyahut, "Simpel sekali. Nanti Kakak juga tahu."Tirta sangat senang. Dia merasa wanita dewasa memang berbeda. Padahal baru sehari, tetapi hubungan mereka sudah sampai di tahap seperti ini.Kelak setelah Tirta melatih Eira dengan baik, bukannya Eira sudah bisa menandingi siluman genit? Tirta tertawa.....Tirta tersenyum licik, lalu mengangkat dagu Eira dan berujar, "Kak, kenapa? Kalau kamu merasa nggak nyaman, langsung bilang saja. Lain kali kita baru coba lagi kalau ada kesempatan."Eira mendongak dan memandang Tirta. Bibirnya yang kecil terbuka. Eira membalas, "Nggak apa-apa, Tirta. Aku bisa tahan, kamu nggak usah khawatirkan aku ...."Amaris yang melihat di samping terus menghela napas dan memperhatikan dengan serius. Dia bergumam, "Guru ... menangis .... Tapi, sekarang guru terlihat sangat c
Melihat Elisa yang lemas, Tirta segera memeluknya dengan erat agar dia tidak kehilangan keseimbangan dan jatuh dari kuda. Tirta bertanya, "Bi Elisa, kamu nggak apa-apa, 'kan?"Selain itu, Tirta juga memasukkan kekuatan spiritual ke dalam tubuh Elisa untuk memulihkan tubuhnya yang kelelahan. Belasan menit kemudian, akhirnya Elisa bangun.Elisa mengamati kondisi di sekeliling. Dia merasa sangat familier. Namun, sekarang Elisa masih linglung. Pikirannya melayang. Jadi, dia tidak bisa mengingat apa pun.Setelah menenangkan diri sejenak, Elisa baru teringat keberadaannya sekarang. Dia memohon kepada Tirta, "Tirta ... sekitar 4 jam lagi ... kita sudah mau sampai di Sekte Mujarab .... Apa kamu bisa lepaskan aku? Biarkan aku istirahat .... Kalau nggak, aku nggak tahu bagaimana caranya menjelaskan setelah bertemu guruku ...."Tirta menanggapi, "Cepat sekali kita sampai. Oke, Bi Elisa. Aku nggak sentuh kamu lagi. Kamu istirahat sebentar, aku bantu kamu pakai bajumu."Sebenarnya Tirta masih belum