“Bagaimana kerjaan kamu disana, sayang? Apa semua berjalan baik?” tanya Abercio saat sedang video call dengan Cheryl yang sedang duduk di sofa ruang tamu apartemennya sambil memegang ponsel dengan salah satu tangannya.“Semua berjalan baik, mas sendiri gimana? Apa masih banyak pendemo yang menuntut naik gaji?” Cheryl balik bertanya memastikan jika keadaan Abercio juga baik-baik saja.“Tidak ada demo lagi, ini hanya tinggal memperbarui kontrak baru para buruh setelahnya semua akan berjalan sesuai kontrak baru yang berlaku. Maaf ya sayang aku belum bisa kembali ke Jakarta secepatnya. Karena masih ada beberapa hal yang harus segera aku selesaikan di sini.” ucap Abercio terlihat sedih dengan hubungan LDR sementara ini, padahal mereka baru saja memulai semuanya.Cheryl terkekeh melihat wajah Abercio yang terlihat bersedih, “Apa sih mas, nggak usah minta maaf juga. Kan mas disana juga kerja. Selain itu aku juga tidak ingin mas mengabaikan kerjaan mas hanya demi menemuiku.”“Ya aku merasa ng
‘Kalau penglihatanku yang salah, kenapa wanita itu masih terlihat mirip Cheryl? Apakah serindu itu aku dengannya? Sampai-sampai semua terlihat seperti dia.’ tatapan mata Abercio tertuju pada beberapa orang yang sedang menikmati makanannya di meja makan yang tidak jauh dari tempatnya duduk.Fokus Abercio hanya pada seorang wanita yang juga menikmati makanannya dan tidak banyak bicara seperti yang lain.Sebenarnya Abercio ingin sekali menghampiri rombongan tersebut, namun kini masih ada klien didepannya, sehingga Abercio harus mengurungkan niatnya.Abercio memberikan kode pada Ryan agar mendekat kearahnya, ia membisikkan sesuatu pada Ryan, tak lama setelah itu Ryan mengangguk lalu beranjak dari tempat duduknya meninggalkan meja makan. Entah apa yang diperintahkan oleh Abercio pada asisten pribadinya itu, yang jelas ini sepertinya sangat penting.Karena keterbatasan waktu, kini klien yang ditemui Abercio bermaksud mengakhiri pertemuan mereka kali ini dan berpamitan pada Abercio."Terimak
Tatapan gelap Abercio serta gemeretak giginya menandakan amarah besar siap meledak saat ini, “Jadwalkan dengan beberapa media untuk wawancara setelah masalah disini selesai. Aku ingin mengumumkan kalau dia adalah istriku.” ucap Abercio menoleh kearah Cheryl.“Sekaligus membungkam mulut wanita tua itu agar tidak macam-macam dengan istriku.” lanjutnya menoleh kearah Cheryl.“Hah?” seketika Cheryl melihat kearah Abercio. ‘Apa-apaan main umum-umumin aja, masalah dia sama Kiran aja belum kelar. Bagaimana mungkin umumkan hubungan kita ke publik? Mau kalau istrimu ini di cap sebagai pelakor?’ batin Cheryl mendengus kesal bersiap melayangkan protes.Cheryl yang masih dalam lamunannya memikirkan bagaimana Abercio tahu soal Bu Nita yang melabraknya beberapa hari lalu, kini ia justru dikejutkan dengan perintah Abercio pada Ryan barusan.Cheryl terbelalak tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar, begitu juga dengan bellboy dan manager yang berada di lift yang sama.‘Jadi nona ini adalah istr
"Aduh, aku lupa." gumam Cheryl saat ia teringat sesuatu."Bajuku kan ada di mobil orang yang menjemput di bandara tadi, gimana ini?" wajahnya mulai terlihat cemas, bagaimana tidak jika saat ini ia yang bersiap untuk mandi tapi melupakan jika dia tidak membawa baju ganti.Bagaimana dia bisa mandi tanpa punya baju ganti? Semua ini gara-gara Abercio yang menarik tangannya begitu saja keluar dari restoran. Kan begini jadinya, kalau sudah begini apa yang harus ia lakukan?Ditambah lagi Cheryl juga melupakan untuk memberi kabar pada rombongan sebelum meninggalkan restoran. Kini wajahnya benar-benar terlihat panik karena ia yakin jika mereka semua sedang mencarinya."Aku akan mencuci muka dulu saja, setelah itu aku akan menghubungi ketua team." monolog Cheryl, lalu dengan cepat dia hanya mencuci muka di wastafel dan menggosok gigi memakai sikat gigi yang disediakan pihak hotel.Setelah semua selesai dia tergesa-gesa keluar dari kamar mandi, Abercio menoleh saat terdengar suara pintu kamar ma
"Sebagian pengungsi ada di desa sebelah, karena tidak cukupnya tempat yang ada disini." seorang pemandu jalan menceritakan bagaimana kondisi yang ada di sana."Dan sebagian yang lain pada mengungsi ke tempat saudara mereka selama kondisi di sini belum stabil.""Banyak warga desa yang mengalami trauma akibat kejadian ini, ditambah lagi para petani mengalami gagal panen serta peternak juga ternaknya banyak yang mati sehingga membuat mereka bingung harus berbuat apa.""Beruntungnya banyak yang melakukan penggalangan dana serta mengirim bantuan kemari sehari setelah gunung berapi meletus sehingga ada pasokan makanan dan juga air minum untuk mereka konsumsi. Setidaknya itu bisa sedikit mengurangi beban mereka."Cheryl melihat sekeliling jalan yang mereka lalui, debu terlihat disetiap sudut tempat yang ia lihat. Bukan hanya di atap rumah para penduduk namun juga di daun-daun yang seharusnya berwarna hijau kini malah terlihat putih, bahkan banyak terlihat daun kering.Dalam kondisi begini m
“Lalu dimana tuan muda sekarang?” tanya dokter Ando melongok keluar untuk mencari keberadaan Abercio.Ryan memutar tubuhnya melihat kebelakang memastikan jika tuan mudanya masih ada di tempat. “Itu,” tunjuk Ryan ketika menemukan keberadaan Abercio yang sedang berjalan menuju kearah mereka.Dokter Ando pun melihat kearah telunjuk Ryan, ia bisa melihat Abercio berjalan dengan kedua tangan berada didalam saku celana. Memakai pakaian casual namun masih tidak meninggalkan kesan cool dan berwibawa disaat yang sama.Dokter Ryan yang tidak terbiasa melihat penampilan Abercio dengan pakaian santai merasa sangat kagum, memakai apapun seakan cocok di tubuh lelaki itu. Hanya saja dengan berpakaian santai seperti sekarang, ia terlihat lebih segar tanpa mengurangi kewibawaannya sebagai tuan muda.Dokter Ando segera memberikan kode pada yang lain untuk segera menghampirinya ke pintu untuk menyambut kedatangan orang nomor 1 di Danurendra group.Walaupun masih bertanya-tanya tujuan tuan muda itu datan
“Apa yang mas lakukan disini?” tanya Cheryl terkejut bercampur panik melihat Abercio berdiri didepan pintu kamar dengan posisi sebelah tangannya terangkat bersiap mengetuk pintu.Bagaimana ia tidak panik saat ia yang baru saja membuka pintu kamar dan berniat untuk keluar malah melihat laki-laki itu berdiri disana. Padahal jelas-jelas mereka saat ini sedang berada di penginapan tempat para rombongan dokter dan perawat berkumpul.Bagaimana kalau ada yang melihat? Apa yang semua orang pikirkan nanti? Cheryl melihat kearah belakang Abercio, disana ketua team melongokkan kepalanya sambil tersenyum kearah mereka, dengan canggung Cheryl membalas senyuman ketua team.Jantung Cheryl serasa ingin lepas dari tempatnya, ‘Apakah ketua team akan mencurigai kami?’“Mana koper kamu?” tanya Abercio seolah tak terjadi apa-apa, bahkan seakan dia tidak peduli jika ada yang melihat mereka sedang bersama.Cheryl memperhatikan seisi ruangan untuk memastikan tidak ada yang melihat kejadian ini, dilihat ketua
“Baiklah untuk malam ini aku akan mengalah padamu,” ucap Abercio yang pasrah saat Cheryl mengatakan alasannya untuk tetap tinggal di penginapan malam ini.Cheryl mengulum senyum bahagianya, tidak sia-sia dia dari tadi membujuk sang suami untuk menyetujui keinginannya. Karena sebenarnya Cheryl sangat capek hari ini, yang ia inginkan hanya segera beristirahat diatas kasur empuk tanpa ada yang mengganggu.Ya walaupun itu terdengar berlebihan, tapi memang itulah yang ia rasakan. Dari pagi dia perjalanan dari Jakarta ke Yogyakarta, belum lagi tadi meninjau lokasi bencana.Kalau di paksakan untuk ikut Abercio ke hotel yang jarak tempuhnya kurang lebih setengah jam perjalanan, pasti akan menguras tenaganya.“Makasih suamiku yang paling baik sedunia,” Cheryl tersenyum sambil tangannya melingkar di leher Abercio. Seakan tak tahu malu menunjukkan rasa sayangnya secara terang-terangan pada Abercio, dan itu membuat Abercio bahagia.Sedangkan tangan Abercio memeluk pinggang Cheryl, pandangan matan