Share

Bab 2

Author: Dalilah
Sesaat kemudian, jari-jarinya dengan lembut menyentuh celanaku yang sudah basah, mengusapnya beberapa kali dengan gerakan menggoda, lalu tiba-tiba menyelusup masuk ke balik kain yang menutup tempat terlarang itu.

Aku tak mampu lagi menahan diri. Satu tanganku terulur ke belakang dan menggenggamnya sambil berkata pelan, “Nggak boleh ….”

Rasa malu dan sensasi yang mengguncang menyelimuti seluruh tubuhku. Meski tenagaku nyaris habis, aku tetap perlahan merapatkan kedua kakiku.

Aku benar-benar takut kehilangan kendali di dalam kereta yang penuh orang ini. Dalam kepanikan, tanganku tanpa sengaja menyentuh benda miliknya.

“Kenapa? Nggak tahan juga, ya?”

Aku reflek menarik tanganku, tapi sensasi sentuhannya malah membuatku terkejut. Padahal aku sudah bertahun-tahun di bidang ini dan pernah melihat banyak hal serupa, tapi tetap saja aku tercengang.

Aku benar-benar menyerah untuk melawan. Kepalaku terangkat dan dari mulutku keluar helaan napas yang berat, membiarkan pria itu melakukan sesukanya pada tubuhku….

Detik berikutnya, kereta tiba di stasiun. Karena arus penumpang yang naik turun, suasana di dalam kereta langsung menjadi kacau. Saat turun, aku menoleh di tengah keramaian dan akhirnya melihat wajah pria yang tadi di belakangku. Meski tubuhnya tertutup pakaian, otot-otot kencangnya tetap terlihat jelas.

Namun, yang paling menarik perhatianku adalah tonjolan mencolok di bagian bawah tubuhnya. Meskipun dia berusaha menutupinya dengan tangan, kerutan pada celananya yang tertarik tetap membuat imajinasi melayang jauh.

Setelah keluar dari stasiun, aku berjalan ke ruang praktek dengan langkah tertahan dan tubuh menegang. Ketika akhirnya suasana menjadi tenang, seluruh tubuhku serasa memanas dan saat itulah, aku benar-benar tak bisa menahannya lagi.

Setelah menutup pintu ruang praktek, berbagai adegan yang membuat wajahku memanas bermunculan di kepalaku. Seolah digerakkan oleh naluri, aku melangkah ke ruang pemeriksaan. Setelah melepas pakaian dan berbaring di ranjang, aku membiarkan diriku mengikuti arus hasrat yang menggebu, kedua kaki menekan kuat tangan yang gelisah….

Dalam pikiranku terus terbayang kejadian di dalam kereta tadi. Pria itu berkali lipat lebih menggoda dibanding suamiku, hanya dengan mengingatnya saja pikiranku langsung kacau dan hatiku berdebar tak menentu. Andai saja bisa merasakannya secara langsung….

Aku memasukkan jariku ke dalam mulut, napasku semakin berat. Setelah berguling-guling beberapa kali di atas ranjang, aku mulai memosisikan tubuhku dalam berbagai gaya, menikmati sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

Di tengah-tengah rasa yang menggebu itu, pintu ruang pemeriksaan tiba-tiba terbuka perlahan.

Saat itu, aku sedang tengkurap di ranjang, bokongku terangkat tinggi dan jariku menjulur dari bawah tubuh, menggenggam erat area lembap di antara kedua kakiku.

Yang lebih memalukan lagi, posisi bokongku yang terangkat itu tepat menghadap ke arah pintu.

Dan orang yang membuka pintu ruang pemeriksaan bukan orang lain, melainkan pria yang tadi sempat menggangguku di kereta bawah tanah!

Aku langsung terpaku karena terkejut, membeku dalam posisi itu.

Waktu seakan berhenti bergerak.

Dari celah di antara kedua kakiku, aku menatapnya dari atas ke bawah, memperhatikannya beberapa kali.

Penampilannya masih sama seperti tadi, hanya saja bagian yang sebelumnya mencolok di antara kedua kakinya kini tampak lebih tenang.

Suara dia menelan ludah terdengar jelas seiring gerakan di tenggorokannya yang naik turun. Suara kecil itu pun memecah keheningan yang nyaris membeku di ruangan.

“Maaf, seharusnya aku ketuk dulu sebelum masuk….”

Belum sempat aku bereaksi, pria itu buru-buru menutup pintu dengan wajah panik.

Aneh, padahal di kereta tadi dia sama sekali tidak bersikap seperti itu.

Sejujurnya, saat melihatnya barusan, aku justru merasa sedikit berdebar, bahkan sempat berharap dia akan masuk dan memperkosaku.

Baru saja aku menarik napas lega, pintu ruang pemeriksaan kembali terbuka. Saat aku menoleh kaget, ternyata yang masuk kali ini adalah suamiku. Dia berkata, “Rosie, kamu lagi apain? Cepat pakai bajumu….”

Hasrat yang sejak tadi belum tersalurkan membuat tubuhku yang telanjang langsung menempel manja di lengannya. Tapi, setelah beberapa kali godaan, suamiku sama sekali tidak menunjukkan reaksi.

“Rosie, jangan bercanda. Aku datang sama sahabatku, dia mau periksa. Cepat keluar dan periksa dia….”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dokter Cantik Spesialis Andrologi   Bab 10

    “Apa yang mau kamu lakukan?! Aku sudah pegang bukti nyata dan saksi, jangan coba-coba cari alasan! Beberapa hari lagi aku akan memberikan surat cerai padamu, tinggal tanda tangan saja!”Saat kembali ke kamar, Gino sudah tidak ada lagi, bahkan kopernya pun sudah dibawa pergi.Setelah suamiku mengatakan itu, aku hanya bisa duduk lemas di lantai kamar. Merenungkan semua yang terjadi dari awal sampai akhir, akhirnya aku sadar telah tertipu.Padahal semuanya sudah jelas, tapi aku malah memilih percaya pada Gino dan mengikutinya mencari suamiku.Kesalahan terbesarku adalah aku bahkan sampai tinggal satu kamar yang sama dengan Gino.Seketika, aku baru sadar. Aku telah masuk ke dalam jebakan yang mereka rancang bersama.Aku sangat menyesal, tapi aku tak bisa mengerti. Kenapa? Padahal selama ini hubungan kami baik-baik saja, kenapa suamiku tega melakukan ini padaku?Aku segera berkemas dan check-out dari hotel, lalu kembali ke kotaku. Awalnya aku ingin menemui suamiku dan menanyakan langsung, t

  • Dokter Cantik Spesialis Andrologi   Bab 9

    Usai bicara, Gino langsung menarikku ke dalam pelukannya.Tangan kasarnya menyusuri dadaku, lalu turun mengikuti lekuk tubuhku sampai akhirnya tiba di bokongku yang padat.Suara ‘plak’ yang nyaring terdengar dan dalam sekejap perasaan malu yang bercampur nikmat langsung memenuhi hatiku.Seketika, tubuhku terasa panas membara, seolah jiwaku hendak terlepas dari ragaku. Melihat aku menuruti semua gerakannya, Gino pun jadi semakin berani.“Kak, biarkan aku yang memuaskanmu….”Harus diakui, keahlian Gino dalam menyentuh jauh lebih hebat dibanding suamiku. Dalam sekejap saja, dia sudah berhasil membuatku kehilangan kendali.Hasrat yang telah lama kupendam pun dengan cepat bangkit sepenuhnya, membuatku sangat menginginkan seseorang untuk mengisi kekosongan itu.Gino seperti sopir yang sudah sangat berpengalaman, dengan mudah mengendalikan setiap gelombang kenikmatan dalam diriku. Tak butuh waktu lama, aku sudah larut dalam sensasi luar biasa yang membuatku nyaris kehilangan kesadaran.Seirin

  • Dokter Cantik Spesialis Andrologi   Bab 8

    “Kalau begitu, kak, kamu tahu nggak suamimu lagi dinas ke mana?!”Pertanyaan itu langsung membuatku terdiam. Iya juga, waktu suamiku pergi, dia tidak bilang akan ke mana.Kalau aku langsung menelepon dan menanyakannya, lalu ternyata suamiku memang sedang menyembunyikan sesuatu, dia pasti akan lebih dulu bersiap-siap. Saat itu, aku pasti tidak akan bisa mengetahui apapun….Setelah berpikir lama, Gino yang berdiri di samping akhirnya buka suara.“Kak, aku tahu suamimu dinas ke mana. Biar kutemani kamu ke sana….”Melihat ekspresinya yang terlihat jujur, akhirnya aku mengangguk setuju dengan enggan.Malam itu juga, aku dan Gino naik kereta cepat. Beberapa jam kemudian, kami tiba di sebuah kota yang asing bagiku.Sepanjang jalan, aku mengikuti Gino menyusuri kota yang tak kukenal ini.Setelah lebih dari satu jam perjalanan lagi, akhirnya kami sampai di sebuah hotel. Gino bilang suamiku sedang ada pertemuan bisnis di sekitar sini dan menginap di salah satu kamar di hotel itu.Setelah kami ch

  • Dokter Cantik Spesialis Andrologi   Bab 7

    “Gino… aku menyetujuimu… tapi kamu harus janji, ini rahasia kita berdua, nggak boleh bilang ke siapa-siapa. Kamu juga harus cepat… setelah malam ini, kita jangan bertemu lagi….”Gino buru-buru mengangguk, bibirnya menyentuh tubuhku dengan hati-hati, seperti ingin menelanku sekaligus.Namun, dia malah berubah pikiran.“Kak, bagaimana kalau kita ke kamar saja? Di sini kurang nyaman….”Mendengar itu, aku langsung waspada.Untuk mencegah maling, kamera di ruang tamu dan kamar biasanya selalu menyala.Jika suamiku melihat rekaman dan tahu ini, bisa jadi masalah besar….Namun, Gino tidak peduli. Dia menggendongku dan berjalan keluar dari kamar mandi.Setelah beberapa kali menolak dengan kata-kata, akhirnya aku sampai harus menggigitnya.“Aah~”Terdengar suara kesakitan, barulah Gino mau melepaskanku. Kemudian, dia berbalik dengan tatapan marah.“Dasar jalang, aku sudah berbaik hati mau memuaskanmu, kamu malah menggigitku! Dasar nggak tahu terima kasih!”“Sialan! Kalau bukan karena dia kasih

  • Dokter Cantik Spesialis Andrologi   Bab 6

    Diselimuti uap panas yang memenuhi udara, tanpa sadar aku menggigit bibir, kedua kaki saling menjepit erat, sementara satu tanganku secara reflek bergerak ke bawah.Sudah lama aku tidak melepaskan diri sebebas ini. Di sekelilingku, uap air membungkus tubuhku, wajahku perlahan memerah dan napasku semakin terengah-engah. Sebuah kenikmatan langka yang sungguh sulit ditemukan.Namun, tetap saja ini masih jauh berbeda dibandingkan dengan sentuhan seorang pria. Terlebih saat hasrat dalam diriku benar-benar terbangkitkan. Seiring gerakan jari-jariku yang semakin cepat, rasa hampa di dalam hatiku terasa makin membesar, seolah siap menelanku bulat-bulat.Aku merasa seperti teracuni, belum pernah sebelumnya aku merasakan gairah yang begitu menggebu.Tepat saat aku larut dalam keadaan tak terkendali, pintu kamar mandi perlahan terbuka sedikit.Uap telah memenuhi ruangan membuat pandanganku samar. Aku sama sekali tak menyadari ada yang aneh.Sampai akhirnya, seorang pria tiba-tiba muncul di hadapa

  • Dokter Cantik Spesialis Andrologi   Bab 5

    Biasanya, aku pasti senang melihat begitu banyak pasien datang. Itu berarti pemasukan bertambah dan pekerjaan terasa lebih bermakna. Tapi entah kenapa, hari ini aku merasa agak kewalahan.Setelah duduk melayani pasien selama dua jam tanpa jeda, Gino keluar dari kamar mandi dengan wajah penuh kelelahan. Tangan kanannya terkulai lemas, bahkan untuk membuka pintu saja seolah tak punya tenaga.Aku benar-benar terpana. Umumnya, seorang pria bisa bertahan lebih dari sepuluh menit saja sudah tergolong hebat. Tapi, dia bisa dua jam tanpa henti….Begitu Gino keluar dari kamar mandi, dia masih berniat ikut antre lagi. Saat itulah aku baru sadar, Gino datang ke sini untuk berobat.Namun, begitu melihat ruangan yang sudah penuh orang, dia langsung berbalik pergi.Setelah Gino pergi, pikiranku langsung melayang ke mana-mana. Perasaan hampa dalam hati tiba-tiba membesar dan beberapa kali aku bahkan merasa seperti kehilangan semangat hidup….Malamnya saat pulang ke rumah, rasa lelah yang begitu kuat

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status