Share

Bab 5– Rumah Mewah

Rayna duduk disamping Arthur begitu saja tanpa menunggu tanggapan dari Arthur. "Jika tidak keberatan aku akan mengobati lukamu" kata Rayna sembari membuka kotak obat.

Axel menatap tajam Rayna tanpa bersuara tetapi dia segera membuka kaos yang dikenakannya. Axel tersenyum kecut, lalu memalingkan wajahnya. "Kau sungguh aneh, dokter" ucapnya penuh dengan teka teki.

Rayna mendongakkan kepalanya keatas sembari menatap Axel tidak mengerti. Dia menghela nafas berat, "maafkan aku" ucapnya lirih sembari membersihkan luka Axel.

Setelah selesai Rayna memberikan obat untuk Axel. "Minumlah obat ini" perintah Rayna sembari memberikan obat menyodorkannya kepada Axel.

Axel menatap obat itu sesaat lalu mengalihkan pandangannya. "Tidak!! tidak perlu!" balas Axel dengan dingin.

"Aku memaksa tuan Axel, ambil!! dan minumlah" pinta Rayna sekali lagi dengan tegas.

Axel berdecih lalu berkata dengan sinis,"kau belajar banyak dariku ternyata" ujarnya sembari meraih obat dari tangan Rayna dengan terpaksa. Dengan malas Axel memasukkan obat ke mulutnya lalu meminum segelas air putih yang sudah di sediakan Rayna sejak tadi.

"Ganti bajumu! kita pergi, aku tunggu kau di luar!" perintah Axel sembari bangkit dari duduknya dan kembali mengenakan kaosnya.

Rayna kembali menatap Axel dengan heran. "Kau mau membawaku kemana lagi?" tanya Rayna memasang wajah ingin tahu.

"Lakukan saja apa yang kuminta dan jangan banyak bertanya!" ujarnya sembari menatap Rayna dengan tajam.

"Tidak ada bajuku disini Axel!" tanya Ana dengan heran. Seenaknya Axel memintanya mengganti pakaian, sedang Rayna dibawa ke apartemen ini dengan tangan kosong dia tidak membawa apapun. Rayna hanya membawa pakaian yang membalut tubuhnya dan juga ponsel.

"Lihatlah di lemari, pilih yang kau mau semua sudah di siapkan" kata Axel menatap Rayna lalu segera beranjak meninggalkannya dengan mulut membeo. 'Astaga, ada orang aneh macam seperti dia' gumam Rayna menghela nafas sembari menepuk jidatnya sendiri.

Dengan segera Rayna mengganti bajunya lalu segera beranjak keluar menyusul Axel yang sudah menunggunya.

Melihat Rayna mendekat Axel yang bersandar pada mobilnya segera masuk ke dalam mobil. Rayna mengikuti Axel masuk ke dalam mobil dengan wajah malas. "Kau mau membawaku kemana lagi, tuan?" tanya Rayna dengan bersungut-sungut.

"Kemanapun aku mau dan aku tidak butuh persetujuanmu!" jawab Axel dengan singkat. Rayna mengehela nafas kesal, dia mengalihkan pandangan matanya ke luar jendela. Sungguh dia tidak mengerti harus bagaimana lagi, semakin lama dia semakin merasa tersiksa. Hidupnya diatur, kebebasannya dikekang.

"Sebenarnya apa yang kau mau dariku? kau menyelamatkanku dari kematian tetapi kau membunuhku secara perlahan" kata Rayna melayangkan protes. Axel tidak bergeming, dengan wajah datarnya dia fokus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Melihat expresi Axel yang demikian Rayna memilih untuk diam dan mengalihkan pandangan matanya ke luar menatap jalanan kota yang nampak lengang.

Sementara itu di depan Rumah sakit tempat Rayna bekerja Liana menunggu kedatangan Mark.

"Bagaimana? apa kau sudah mencari dan menanyakan keberadaan Rayna kepada yang dokter yang lain?" tanya Mark pada Liana ketika berada di depan Rumah sakit.

Liana menggelengkan kepalanya terlihat putus asa. "Mereka menjawab yang sama, terakhir mereka melihat Rayna keluar rumah sakit menaiki ambulance karena ada kecelakaan" kata Liana kemudian.

Mark berkacak pinggang tampak berpikir, kalau mengedarkan seluruh pandangan matanya memeriksa setiap penjuru hingga fokus keatas sebuah tiang dan atap rumah sakit. "cctv, ya cctv, kita perlu memeriksa cctv" ujarnya lalu segera bergegas berlari masuk ke dalam dan diikuti oleh Liana.

Mark menuju keruang control room untuk mengecek cctv dan memastikan apa yang sebenarnya terjadi pada Rayna. Namun, di tengah lorong dia bertemu dengan Misyel. "Mark, ada apa kau disini? kenapa wajahmu terlihat begitu cemas?" tanya Misyel dengan tersenyum ramah.

"Ah, dokter. Kapan terakhir kau melihat Rayna?" tanya Mark tanpa menjawab pertanyaan Misyel.

Mendengar pertanyaan Mark, Misyel menatapnya dengan bingung, ditambah lagi Mark terlihat cemas dan panik. "Ada apa? Apakah ada yang terjadi pada Rayna?" tanya Misyel ingin tahu.

"Jadi begini, Rayna belum kembali sejak kemarin dan aku baru menyadarinya. Aku menghubunginya tetapi tidak tersambung. Aku khawatir, terjadi sesuatu padanya" kata Mark menjelaskan.

Misyel menutup mulutnya, terkejut. "Astaga, Mark maafkan aku harusnya kemarin aku yang pergi. Namun, karena aku sedang tidak enak badan Rayna yang menggantikanku" ujarnya dengan wajah penuh penyesalan.

"Its okey, sekarang aku akan mengecek cctv. Mudah-mudahan bisa terlihat, permisi" kata Mark lalu segera beranjak meninggalkan Misyel.

***

Mobil Axel berbelok di sebuah rumah mewah dengan halaman yang cukup luas. Rumah berukuran besar dengan bernuansa serba putih itu dihiasi dengan gerbang besi yang berdiri kokoh yang menjulang tinggi.

"Selamat datang di neraka, dokter" ucap Axel membuat bulu kuduk Rayna tiba-tiba berdiri.

Axel segera melepas sabuk pengamannya, lalu turun dan diikuti Rayna yang berdiri mematung dengan mata berkedip-kedip penuh tanda tanya.

"Mulai sekarang kau akan tinggal disini, nona" kata Axel lalu beranjak melangkah sembari menarik tangan Rayna.

Rayna tidak ada pilihan lain, dia tidak ada waktu untuk melayangkan protes. Dia berjalan melangkah mengikuti kemana Axel akan membawanya.

Sementara itu di dalam, sudah terjadi kebehohan. Hulya, assisten rumah tangga di rumah ini berlari ke taman belakang.

"Nyonya, nyonya..." teriaknya sembari lari tergopoh-gopoh.

"Ada apa Hulya? kau berteriak-teriak seperti orang kebakaran jenggot" jawab seorang perempuan yang berwajah angkuh.

"Nyonya, itu di luar saya melihat tuan Axel pulang bersama dengan seorang perempuan cantik" lapor Hulya pada Letisya, mama Axel.

"Perempuan?!" ujarnya lirih sembari mengangkat sebelah alisnya tampak berpikir. Setelah itu, ia bangkit berdiri menuju ke depan untuk melihat dan memastikan apa yang Hulya katakan dengan wajah penasaran.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status