Share

Bab 4- Cemburu

Sepeninggal Axel, Rayna memasuki kamar mandi dia butuh untuk menyegarkan tubuhnya. Setelah itu dia mencoba untuk mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menjaga dirinya jika ada hal buruk yang terjadi. Rayna membuka lemari dapur dan menemukan sebuah pisau kecil, lalu ia simpan di bawah bantal.

Rayna menghembuskan nafas lega lalu duduk di sofa sembari membuka gawainya. Tidak lama kemudian ada panggilan masuk dari ponselnya. Rayna menggeser tombol hijau dengan ragu.

'Rayna, kau kemana saja! aku berulang kali menelpon dan mengirimkan pesan, tetapi tidak satupun kau balas'

'Maafkan aku Luc!'

'Sekarang, kau ada dimana? kita bicara dan jelaskan padaku sekarang!'

'Maafkan aku Luc, aku tidak bisa bertemu lagi denganmu. Jangan hubungi aku lagi'

'Tapi,–'

Rayna segera mematikan panggilan teleponnya begitu saja, tanpa memperdulikan Lucas. Baginya itu sudah cukup. Ia tidak ingin membawa nama Lucas ke dalam permasalahannya saat ini dan membahayakannya. Rayna terlihat begitu gelisah dan frustasi. Dia beranjak berdiri berjalan kesana kemari berpikir. Sesekali ia menggigit kuku jadi tangannya.

Dia berjalan ke arah pintu, tetapi sayang pintu terkunci dari luar.

Sementara itu, dilobby apartemen Axel mendekati Calvin yang sudah menunggunya di bawah. "Aku akan pergi sebentar, kau awasi Rayna" perintahnya sembari menyerahkan kunci pintu apartemennya pada Calvin.

Calvin menganggukkan kepalanya sembari menyimpan kunci di saku jaketnya. Axel segera beranjak meninggalkan Calvin menuju mobilnya. Baru beberapa langkah ia berbalik lalu berkata, "Beli bahan makanan untuknya dan antarkan ke atas!" perintah Axel lagi sembari melempar beberapa lembar uang yang dia lipat.

Calvin menerima uang itu lalu segera beranjak ke minimarket seberang apartemen.

***

Lucas terlihat emosi memikirkan Rayna, sampai-sampai dia tidak bisa fokus dengan pekerjaannya.

"Dokter, pasien terakhir sudah menunggu Anda" kata perawat yang sudah berdiri di pintu.

Lucas mengusap wajahnya lalu menghembuskannya perlahan. "Suruh dia masuk" perintahnya sembari membetulkan posisi duduknya.

Perawat itu segera menutup pintu kembali, dan tidak lama kemudian terdengar ketukan pintu, lalu terbuka. Seorang perempuan mudah berwajah ayu berjalan menghampiri Lucas, lalu segera duduk setelah dipersilahkan.

Lucas berkerja di rumah sakit yang sama dengan Rayna. Jika Rayna adalah dokter bedah, Lucas adalah dokter gigi rumah sakit tersebut.

"Maaf dengan nona Clara, ada keluhan apa?" tanya Lucas sembari memeriksa dua lembar kertas yang ada ditangannya.

"Maaf dokter! Apakah anda mengenal dokter Rayna?" tanya Clara dengan tersenyum misterius.

Mendengar nama kekasihnya disebut, Lucas segera meletakkan kertas ditangannya lalu mengangkat wajahnya menatap Clara.

"Ya, anda siapa ya? Apakah anda mengenal dokter Rayna?" tanya Lucas dengan penasaran.

Clara menganggukkan kepalanya dengan halus sembari tersenyum menyeringai.

***

Terdengar suara kunci diputar, Rayna segera bangkit dari duduknya. Pintu terbuka, terlihat Calvin melangkah masuk dengan beberapa papaer bag besar dikedua tangannya.

"Astaga! Apa yang kau lakukan!" tanya Rayna sembari membantu Calvin yang tampak kewalahan. Rayna mengambil beberapa paper bag yang menutupi wajah Calvin.

"Axel memintaku untuk membeli bahan makanan, agar kau tidak kelaparan" kata Calvin dengan tegas tetapi terlihat ramah.

"Hmm,,,letakkan saja disitu" jawab Rayna cuek tanpa melihat Calvin. Calvin menatap Rayna yang berjalan kembali menuju sofa sembari menggelengkan kepalanya. Rayna kembali duduk dengan malas sembari menyandarkan tubuhnya.

Baru satu detik dia mendaratkan tubuhnya di sofa, telepon apartemen berdering. Rayna segera menghampiri dan mengangkatnya. Sementara Calvin nampak tidak peduli, ia fokus pada bahan makanan yang sedang ia rapikan ke dalam lemari es dan lemari dapur.

'Halo'

'Maaf nona Rayna, ada yang mencari Anda seorang laki-laki'

Dahi Rayna berkerut, terlihat berpikir.

'Siapa yang mencariku?'

'Dia bilang Lucas, bisakah dia bertemu dengan anda?'

'Bisa saya bicara dengannya?

'Silahkan' jawab Security sembari memberikan gagang teleponnya pada Lucas.

'Apa yang kau lakukan disini Luc?! darimana kau tahu jika aku disini?'

'Itu tidak penting! Aku hanya ingin bicara denganmu, aku akan ke atas!'

'Tidak!!! jangan aku yang akan turun ke bawah menemuimu! diam dan jangan kemana-mana."

Rayna terlihat panik, dia melihat Calvin tidak memperhatikannya. Dengan cepat dia meraih mantelnya lalu segera berlari keluar dengan mengendap-endap. 'Sial! Apa yang dilakukannya disini! Bagaimana mungkin Lucas bisa tahu jika aku disini' gumamnya dalam hati sembari melangkah dengan terburu-buru.

Rayna mempercepat langkah kakinya dengan sedikit berlari. Sesampainya dibawah, dia segera mendekati Lucas lalu menarik lengannya seraya berkata, "Apa yang kau lakukan disini hah?! Cepat pergi dari sini! Aku akan menjelaskannya padamu tetapi tidak sekarang!" kata Rayna sembari membawa Lucas keluar apartemen.

"Tidak!! Aku butuh penjelasanmu sekarang Rayna" jawab Lucas sembari mencekal tangan Rayna agar melepaskan lengannya.

Rayna terlihat khawatir dan cemas bercampur takut. "Pergilah! Lucas pergilah" kata Rayna sembari mengatupkan kedua tangannya memohon.

Lucas semakin menatap tajam Rayna, tangannya mencengkeram lengan Rayna. "Kenapa kau lakukan ini hah?! Apakah kau akan menikah? dengan siapa kau akan menikah Rayna!!" bentak Lucas dengan menahan emosi.

"Tenanglah aku akan menjelaskan padamu, tapi setelah itu kau pergi dari sini" kata Rayna menyerah. Lucas mencoba untuk tenang, dia menatap Rayna lalu membawanya ke sebuah kursi yang berada di samping Apartemen.

Sementara itu, Calvin baru menyadari jika Rayna tidak ada di tempat, terlihat panik. "Sial!! kemana dia?" ujarnya panik sembari mencari ke seluruh penjuru ruangan. Calvin segera mengambil langkah seribu beranjak keluar. Matanya dia edarkan untuk mencari keberadaan Rayna. "Gawat bisa mati aku, jika sampai dia kabur" ujarnya pada diri sendiri.

Begitu sampai di bawah, Calvin melihat Rayna bersama dengan Lucas. Dengan sigap, dia segera meraih gawainya lalu menelpon Axel.

'Ada apa Cal?'

'Ax, maafkan aku. Aku melihat Rayna sedang berbicara dengan seorang pria di samping apartemen'

'Sial! apa yang kau lakukan hingga dia bisa keluar? Awasi terus!! Aku akan segera sampai!"

Calvin mematikan panggilan telepon sembari menatap tajam Rayna mengawasinya. Tidak berapa lama kemudian, mobil Arthur datang dan berhenti di samping apartemen. Dengan cepat, dia segera turun dengan wajah memerah menahan marah. Tanpa pikir panjang Axel menarik Rayna dengan kasar.

Rayna dan Lucas terperanjat. Rayna terlihat takut, sedang Lucas berusaha untuk menyelamatkan Rayna dengan meraih lengan Rayna yang bebas.

Axel menatap tajam Lucas dengan dingin. "Lepaskan dia" perintah Axel dengan tegas.

"Kau siapa? dia kekasihku! jangan berani menyakitinya!Lepaskan dia!!" kata Lucas sembari mengepalkan tangannya hendak memukul Axel.

"Pergilah Luc, kumohon cepat pergilah" pinta Rayna dengan khawatir.

Lucas melayangkan pukulan ke wajah Axel, tetapi berhasil di tangkis. Axel membalas memukul wajah Lucas beberapa kali pukulan hingga hidungnya berdarah. Rayna hanya bisa berteriak meminta Axel untuk berhenti. Air matanya tumpah, Rayna terlihat begitu khawatir melihat kondisi Lucas yang sudah rubuh ke lantai.

"Tolong, tolong panggil Ambulance" teriaknya kepada kerumunan orang yang kebetulan berada di sekitar karena penasaran melihat kegaduhan.

Axel dengan cepat menarik kasar Rayna membawanya kembali masuk ke apartemen. Sesampainya di sana, Axel segera melempar Rayna diatas ranjang lalu mengunci pintu. Dengan mata dan wajah yang memerah diselimuti amarah, Axel menindih tubuh Rayna. Tangannya memegang leher Rayna mencekiknya, "Kau berani bermain-main dengan ku dokter?!" bisiknya dengan tegas, membuat Rayna ketakutan.

Rayna berusaha berontak tetapi sayang, kekuatannya tidak bisa menandingi kekuatan Axel. Rahang Axel terlihat menegang karena emosi lalu berkata, "Kau adalah milikku, dokter!!"

Cengkeraman tangan Axel di leher Rayna semakin kuat, membuat Rayna panik karena susah bernafas. Axel terlihat hilang kendali akibat amarah hingga ia tidak menyadari apa yang dia lakukan menyakiti Rayna.

"Lepaskan Aku!!!" pinta Rayna dengan suara tercekat sembari berusaha untuk melepaskan diri tetapi percuma saja. Kekuatan Axel semakin kuat, Rayna semakin terjepit. Tidak ada pilihan lain, Rayna menggapai bantal mencari pisau kecil yang ia simpan di bawah bantal. Setelah, dengan susah payah akhirnya Rayna menemukannya dan tanpa pikir panjang ia menghunus pisau itu ke pinggang Axel.

Axel terperanjat tubuhnya pun luruh ke samping Rayna berbaring tetapi masih sadarkan diri.

Rayna segera berdiri menatap kedua tangannya yang berlumuran darah dengan ketakutan. Air matanya mulai menetes membasahi pipinya.

"Astaga,,,! Apa yang sudah ku lakukan?" rengek Rayna dengan frustasi.

Axel menatap Rayna tajam dengan disertai senyum sinis, lalu berusaha bangkit sembari memegang luka bekas tusukannya. "CK,,, kau sungguh hebat dokter?" ujarnya sembari berdiri lalu mendekati Rayna.

Axel masih bisa bangun berdiri mendekati Rayna. Tangannya mencekal pergelangan tangan Rayna yang masih memegang pisau. "Ayo, tusuk aku!! hmm?!" ujarnya sembari mengarahkan pisau ke bagian dada kirinya.

"Hentikan Axel, kumohon lepaskan" teriak Rayna sembari terisak dengan wajah ketakutan bercampur panik.

"Ada apa Rayna? apa kau takut?? hmm?!" cercah Axel menarik tangan Rayna agar menusuk dadanya.

"Tidak, tidak maafkan aku, maafkan aku! lepaskan aku Axel lepaskan." Rayna meronta sembari menarik tangannya, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Axel.

"Kamu hanya gelap mata dan kamu bisa membunuhku Rayna?! Ayo lakukan!! kau tidak takut bukan, ayo, selesaikan!!" perintah Axel dengan rahang mengeras matanya berkaca-kaca.

"Lepaskan Axel, lepaskan aku mohon" ujar Rayna dengan penuh permohonan tangisnya semakin terisak.

Axel melepas cengkeraman nya. Rayna menatap tangannya yang memegang pisau dengan penuh darah. Wajahnya panik ketakutan lalu segera membuang pisau ditangannya. "Ya Tuhan, Astaga apa yang kulakukan? maafkan aku Axel maafkan aku, tekan lukanya, ayo tekan lukanya." kata Rayna dengan bingung tampak frustasi.

Rayna meraih tangan Arthur lalu diarahkannya untuk menutup lukanya. "Ada apa Rayna? kau tidak ingin membunuhku?" tanya Axel menatap Rayna dengan sendu.

"Tidak, tidak aku hanya menjadi gelap mata dan tidak bisa mengendalikan diriku. Astaga, aku akan mengobati lukamu." ujarnya sembari beranjak ke dapur mencari kotak p3k membuka seluruh lemari yang ada.

"Apa yang kau lakukan Rayna? sekarang kau akan menolongku hmm?!" ujar Axel sembari meraih kembali tangan Rayna yang berlumuran darah Axel.

"Lihatlah, selangkah lagi kau akan menjadi seorang pembunuh Rayna. Saat seseorang menginjak ekormu, kau berubah menjadi singa sejati Rayna. Kau menyesuaikan diri dengan cepat." ujar Axel tersenyum kecut sembari berdecih.

Rayna menatap sendu mata Axel, terlihat wajahnya penuh rasa penyesalan. "Kau akan menjadi pembunuh Rayna, selamat datang di dunia ku, dunia kita Rayna" ujar Axel penuh percaya diri.

"Tidak, aku bukan kamu Axel, aku tidak sepertimu!!" elak Rayna sembari memalingkan tubuhnya berbalik memunggungi Axel.

Rayna mengusap air matanya, dia menarik nafas dalam lalu dihemmbuskannya perlahan. Kemudian, dia menyalakan westafel mencuci tangannya dengan kasar. Perkataan Axel baru saja masih terus terngiang di telinga Rayna.

'Tidak, aku bukan Axel, aku tidak sama dengannya. Itu tidak benar dan itu tidak akan berlaku untukku.' gumam Rayna dalam hati sembari menahan isakan tangisnya.

Rayna segera meraih kotak obat yang tadi dia ambil, lalu segera beranjak menghampiri Axel yang duduk di sofa. Wajahnya terlihat pucat. "Maafkan aku, biar aku obati lukamu" ujar Rayna lirih dengan raut wajah menyesal.

Axel tidak bergeming dia menatap tajam Rayna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status