Share

Bab 07

"APA!? BANYAK!?" Nana langsung menoleh ke belakang dengan tatapan tajamnya.

"Aku dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi," Calvin mengingatkan.

"Oh iya ... Pantas saja kamu tidak kaget melihatku begini, apalagi ukuranku terlalu mini, sama sekali tidak menarik di matamu," Nana merasa tak pantas, apalagi saat membandingkan kedua gundukannya dengan Cleona, sahabat sekaligus pujaan hati suaminya. Nana semakin tertunduk lesu saat Calvin sama sekali tak menyangkal ucapannya.

"Seberapa banyak wanita yang pernah kamu lihat?" tanya Nana penasaran.

"Tidak banyak, hanya dalam kondisi mendesak saja. Sekarang berbaliklah, aku akan menyabuni tubuh bagian depanmu," pinta Calvin dan Nana langsung merebut spons di tangan suaminya.

"Keluarlah, selanjutnya biarku lakukan sendiri."

"Tapi—"

"Aku baik-baik saja," tekan Nana dan Calvin pun segera keluar dari kamar mandi.

Tiba di luar, Calvin menjatuhkan tubuhnya ke lantai, hampir ia mati berdiri di dalam sana. Berbagai macam bentuk sudah pernah ia lihat, tapi Calvin dapat bersikap profesional. Namun, hal itu tidak berlaku pada Nana. Sungguh ia hanya melihat tubuh polos bagian belakang Nana, tapi sudah cukup membuatnya hampir kehilangan nyawa karena harus menahan nafsu yang membuncah.

"Kenapa duduk di sana?" tanya Nana yang baru keluar dari kamar mandi.

"Tidak apa-apa, sekarang kenakan pakaianmu, aku akan ambilkan obat," kata Calvin melesat pergi. Nana tak bisa menahan bibir yang tertarik lebar.

Tak lama setelah Nana mengenakan gaun seksinya, Calvin datang dengan membawa lengkap peralatan medisnya. Calvin tak mempermasalahkan gaun malam seksi yang kini melekat di tubuh istrinya.

"Berbaringlah," titah Calvin, Nana berbaring dengan patuh. Calvin mulai memeriksa kondisi kesehatan sang istri.

"Hanya asam lambung, kan?" tanya Nana memastikan sakitnya.

"Sejak kapan kamu sering telat makan," tanya Calvin mengintrogasi.

"Semenjak ayah jatuh sakit," jawab mengingat-ingat. Ia adalah tipe gadis yang memang sering mengabaikan makan jika tak diingatkan.

"Kamu tahu sendiri biaya pengobatan ayah tidaklah sedikit. Jangankan buat makan, sekolah saja terpaksa berhenti. Beruntung aku dipertemukan dengan tuan Castin yang memberikan pekerjaan di saat aku sangat membutuhkannya. Meski sudah berjuang, tapi takdir berkata lain, ayah tetap pergi meninggalkanku," tutur Nana dengan ekspresi yang biasa saja, tak terlihat sedih sama sekali. Tampaknya Nana benar-benar telah mengikhlaskan kepergian ayahnya tercinta.

Berbeda dengan Calvin, pria sejati pantang menangis itu kini berusaha membendung air mata. Nana pasti akan sangat membencinya kalau tahu bahwa perjuangannya sia-sia karena kecerobohan dirinya sebagai seorang dokter.

"Maaf," ucap Calvin tiba-tiba.

"Untuk apa? Kalau ayah meninggal karena kesalahanmu, baru minta maaf," balas Nana mengalihkan pandangan dengan senyuman kecil di bibirnya.

Deg!

Jantung Calvin berdetak semakin kencang, suhu tubuhnya tiba-tiba naik drastis, rasa bersalah mulai menghantui.

"Kalau seandainya benar begitu, apa kamu akan memaafkanku?"

"Membayangkannya membuat perutku semakin nyeri," Nana sengaja mengalihkan pembicaraan.

"Minum obatmu," Calvin membantu Nana meminum pilnya.

"Aku tidak masalah sakit begini asalkan kamu perhatian," batin Nana senang.

"Makanlah, setelah itu langsung istirahat. Kalau terjadi sesuatu panggil saja aku," kata Calvin segera kembali ke kamarnya untuk istirahat.

"Apa tidak bisa tetap di sini temani aku?" Nana menahan pergelangan tangan Calvin agar tak pergi meninggalkannya sendiri di kamar.

"Ada pekerjaan penting yang harus diselesaikan malam ini juga," balas Calvin kembali melangkah untuk pergi.

Maafkan aku, Nana. Maafkan suamimu yang tidak berguna ini. Jangan pergi, aku mohon jangan pergi, kamu mau aku lebih perhatian, lebih peduli padamu, kan? Akan aku lakukan asalkan kan jangan pergi. Aku berjanji akan melakukan apa pun yang kamu mau.

Nana menyetel suara dari video yang ia rekam. Mendengar itu, Calvin menghentikan langkah, kemudian membalikkan badan menatap Nana yang kini tersenyum licik.

"Kamu berjanji akan melakukan apa pun yang aku mau. Apa ini cukup untuk menahanmu tetap di sisiku malam ini?"

Malam itu, untuk pertama kalinya pasangan suami istri Calvin dan Nana tidur di atas satu ranjang yang sama, tapi sayang adegan yang dinanti oleh para pembaca tidak terjadi.

***

"Aku yakin dokter Calvin tergoda, hanya saja dia menahan diri karena kamu sedang sakit. Apa lagi kamu punya kartu as-nya, pria sejati seperti dokter Calvin pasti tipe pria yang memegang teguh janjinya," terang Cleona dengan serius.

"Waktuku tersisa 28 hari lagi, kalau begini terus bagaimana aku bisa hamil?" Nana mengusap kasar wajah dengan kedua telapak tangan. Nana kehabisan ide, ia tak menyangka misinya amatlah sulit, tak semudah yang ia bayangkan.

"Salahmu juga, dikasih 2 bulan, sok-sok'an bisa hamil dalam 1 bulan. Tapi kenapa tidak coba gunakan obat perang sang saja?" Cleona memberi saran.

"Suamiku dokter Calvin, Cleona. Jangankan penawar untuk obat perangsang, penawar untuk racun mematikan sekali pun dia punya dan bahkan tahu cara membuatnya," balas Nana pasrah, suaminya terlalu jenius untuk dibodohi.

"Kamu benar, trik sederhana itu tidak akan berhasil menipu Calvin," sahut Cleona ikut bingung memikirkan nasib malang sang sahabat. Jelas lawan Nana bukan sembarang lawan, gerak gerik Nana pasti sudah terbaca dengan mudah.

Lenggang beberapa saat, Nana dan Cleona saling diam di hadapan makan siang mereka yang kini terabaikan.

"Kenapa kamu tidak coba minta bantuan Tente Elsa? Kalau pun tidak dapat saran, setidaknya dia bisa mengulur sedikit waktu,"

Mendengar saran sang sahabat, Nana tersenyum lebar. "Ide bagus!" seru Nana penuh semangat.

Pulang sekolah Nana tak langsung pulang ke rumah, melainkan berkunjung ke rumah super mewah mertuanya. Kedatangan Nana tentu saja disambut hangat oleh Elsa.

"Duduklah sayang," wanita paruh baya itu menuntun menantunya hingga duduk dengan nyaman di sofa empuk ruang keluarga.

"Bagaimana sayang? Kamu dan Calvin pasti sudah buatkan mama cucu, bukan?" pertanyaan Elsa membuat Nana menundukkan wajahnya dalam. Elsa langsung mendekat dengan ekspresi wajah khawatirnya.

"Jangan bilang—"

"Nana tidak mau bercerai dari Calvin, Ma. Tapi ternyata sangat sulit, Calvin belum siap meniduri Nana," tuturnya mengangkat wajah, memperlihatkan kedua mata yang telah berlinang air mata.

Mendengar ungkapan Nana, Elsa langsung bangkit dari duduknya, ia mondar-mandir dengan ekspresi datarnya. Nana meneguk saliva bersusah payah, mama mertuanya dapat berubah ekspresi dari lembut menjadi keras dalam waktu singkat.

"Bagaimana pun caranya kamu harus bisa luluhkan pertahanan Calvin," Elsa menekan kalimatnya.

"Aku yakin aku pasti bisa, tapi kalau Calvin sibuk kerja dan aku juga harus kuliah. Kapan kami berdua punya waktu untuk buat anak?"

"Kamu benar," balas Elsa menganggukkan kepalanya.

"Untuk itulah aku butuh bantuan mama," sahut Nana memelas dengan ekspresi wajah imutnya.

"Bantuan? Bantuan apa?" tanya Elsa penasaran.

"Bulan madu."

***

"Heh, mau ke mana?" tahan Calvin saat Nana yang baru pulang akan masuk ke dalam kamarnya.

"Ya tidur bareng kamu, bukankah kita suami istri?" balas Nana dengan senyuman yang sangat memabukkan, tapi tak cukup membuat Calvin tergoda.

"Wisuda dulu baru boleh tidur bersama, sana pergi, kamar kamu di sebelah," usir Calvin, Nana langsung menggelengkan kepala dengan menyipit mata serta memanyunkan bibirnya.

"Tidak mau!" keukeuh Nana melesat masuk ke dalam kamar Calvin, kemudian menjatuhkan tubuh dengan kasar dan mendarat sempurna ke atas ranjang berukuran king size milik Calvin.

"Pulang-pulang langsung tiduran, bukannya mandi atau minimal ganti bajulah," protes Calvin bertolak pinggang menyaksikan kelakuan Nana yang membuatnya mengelus dada.

"Iya deh iya, cerewet amat suami aku," tanpa ragu Nana membuka pakaiannya satu persatu tepat di hadapan Calvin.

Calvin yang kaget langsung membalikkan badan. "Astaga! Mana ada wanita seceroboh kamu, NANA!" bentak Calvin murka. Bagaimana tidak murka, kali ini ia melihat dengan jelas bagaimana bentuk tubuh polos bagian depan istrinya. Bayangan Dua buah melon berbeda ukuran serta pangkal paha yang terhimpit kini menari-nari dalam benaknya.

"Aku tidak punya riwayat jantung!" batin Calvin kesal sambil merasai dadanya yang kini berdegup kencang tak beraturan.

Nana tersenyum senang melihat respon sang suami, ia turun dari ranjang, mendekat, dan tanpa ragu memeluk Calvin dari belakang dan Nana benar-benar menempelkan tubuh polosnya pada tubuh kekar sang suami.

"Meski aku bukan wanita pertama yang telan jang di hadapanmu, tapi kamu adalah laki-laki pertama yang melihatku telan jang," Nana berbisik sambil mengelus daun telinga Calvin yang memerah.

"Aku berani bersumpah bahwa aku tidak pernah seperti ini di depan laki-laki lain, selain kamu suamiku," elusan jemari lentik Nana semakin turun ke bawah.

"Berhenti menggodaku, Nana!" bentak Calvin menyingkirkan jemari Nana yang hampir menyentuh titik paling sensitif pada tubuhnya. Meski berhasil menyingkirkan jemari Nana, tapi Calvin tak bisa lepas dari pelukan sang istri. Nana justru semakin mempererat pelukannya hingga Calvin dapat merasakan tonjolan kenyal pengandung listrik bertegangan tinggi yang dapat menyengat tubuh kekar Calvin.

"Menggoda suami sendiri tidak boleh, apa itu artinya aku boleh menggoda laki-laki lain?" celetuk Nana membuat Calvin semakin kesal.

"Berhenti bicara dan pergilah!" bentak Calvin yang secepat kilat membuka jasnya, kemudian melilitkannya ke tubuh polos Nana.

"Baiklah, kita pergi bersama!" seru Nana meloncat-loncat kegirangan, Calvin menggunakan salah satu tangan untuk menutupi tonjolan di pangkal pahanya. Jasnya tak cukup besar untuk menutupi seluruh bagian sensitif Nana yang rupanya begitu indah dengan ukuran yang jauh lebih besar dari prediksinya.

"Kusangka apel, tapi ternyata melon," batin Calvin menelan saliva bersusah payah. Pepaya jumbo Cleona memang langka, tapi melon Nana tak kalah menggoda.

"Sialan! Apa yang aku pikirkan!" batin Calvin membentak dirinya sendiri.

"Pergi bersama? Apa maksudmu?" tanya Calvin tak mengerti.

"Ini surat cutimu dari papa dan ini tiket bulan madu kita berdua, Yeay!" sorak Nana kembali melompat heboh.

"NANAA!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status