Share

Bab 2

Author: Khoirul N.
last update Last Updated: 2023-04-15 11:01:51

“Ya, detik ini juga kita putus. Maaf Jack, tapi aku tidak mungkin bertunangan denganmu, juga tidak bisa lebih lama lagi menjadi kekasihmu.”

Para tamu mulai berbisik-bisik, sedangkan ketiga sahabat Sophie tersenyum penuh arti.

“Kenapa? Apa ada yang salah? Apa aku melakukan hal yang menyinggungmu?” Jack tersenyum getir. Pertanyaannya membuat Sophie menggeleng. “Lalu?”

“Jack Marshall, coba pikirkan, wanita kelas atas mana yang mau mengorbankan masa depannya demi pengantar pizza? Gajimu bahkan tidak cukup untuk membayar tagihan listrik rumahku.”

Kedua pupil Jack membesar. Ada sesuatu yang seperti menghantam hatinya dengan sangat keras. Dengan suara parau dia berkata, “Tapi katamu-”

“Aku tidak peduli pada harta, kelas sosial, dan semacamnya?” Sophie memotong perkataan Jack. “Dengar, hanya orang bodoh yang menganggap ucapan itu serius.”

“Jika kamu tidak serius, untuk apa acara ini?”

“Untuk memberitahu semua orang kalau kita sudah putus. Detik ini maupun esok dan seterusnya, aku bukan lagi pacarmu. Mengerti?!” Bola mata Sophie nyaris keluar dari soketnya.

Meski hati Jack hancur, dia berlutut dan memegang tangan Sophie dengan tangannya yang bergetar. Kenangan manis saat mereka bersama terlintas di benaknya. Binar harap jelas memenuhi sorot mata Jack saat mendongak demi melihat kekasihnya. “Sophie, aku mohon, biarkan aku menjadi pacarmu. Aku sangat mencintaimu.”

Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari arah tangga. Semua orang termasuk Jack menoleh. Terlihat seorang lelaki dengan setelan jas hitam berjalan mendekat. Suara ketukan sepatunya yang bermerk menjadi suara satu-satunya yang mengiringi tepuk tangan tersebut.

“Bagus Sophie, aku sangat senang. Aku benar-benar puas dengan hiburan ini.”

Jack langsung memandang Sophie. Wanita yang beberapa detik lalu menjadi mantan pacarnya itu tersenyum lebar.

“Apa itu artinya, kita berpacaran sekarang?”

“Apa?” Jantung Jack nyaris lepas karena pertanyaan gila Sophie.

Sengaja mengabaikan keterkejutan Jack, lelaki tampan itu menjawab mantap, “Tentu saja!” Tanpa ragu dia merangkul pinggang Sophie di hadapan Jack. “Seperti janjiku, jika kamu berhasil memberikan hiburan menyenangkan, maka aku akan menerimamu menjadi pacarku.”

“STOP!” teriak Jack sambil mendorong kuat pria itu ketika hendak mencium bibir Sophie. Saking kuatnya, dia membuat pria tersebut terhuyung cukup jauh ke belakang.

“Jack! Apa kau sudah gila?! Berani sekali kau mendorong pacarku?!” Sophie mendorong bahu Jack dengan kesal sebelum menghampiri pacar barunya. “David, apa kau baik-baik saja?”

Hati Jack remuk. Ini kali pertama Sophie membentak dan menyebutnya sebagai orang gila. Wanita yang sangat dia cintai berkhianat atas nama masa depan. Cinta tulusnya selama ini ternyata hanya dipandang sebagai hiburan semata. Dia menggertakkan gigi saat menatap tajam pacar baru Sophie.

Itu adalah David Guillon, seorang manajer keuangan di perusahaan terkenal Big Roodgrup. Bukan hanya karier yang cemerlang, David juga berasal dari salah satu keluarga terpandang di kota Rhineland. Orang tuanya memiliki ruko optik tiga lantai di kompleks bisnis Roodenburg Highway. Dengan kata lain, menjadi pacar lelaki itu sama artinya dengan mendekat pada masa depan yang cerah.

“Jack, sekarang juga tinggalkan tempat ini!”

“Sophie, aku mohon, pikirkan kembali keputusanmu. Dia bukan pria yang baik. Semua orang tahu dia berpacaran hanya untuk bersenang-senang. Dia tidak mencintaimu Sophie.”

“CUKUP! Kamu benar-benar idiot Jack, menghina seseorang yang berada tinggi di langit selagi kamu berada jauh di dalam tanah. Cepat pergi atau aku akan meminta satpam untuk menyeretmu keluar.”

“Sophie, tenanglah.” David tersenyum memegang pundak pacarnya. “Kamu jangan mengusir mantanmu. Aku tidak akan membiarkan dia pergi sebelum mendapat sedikit pelajaran.” Dia menyeringai sebelum berteriak, “Kalian! Hajar pengantar pizza itu!”

Beberapa orang lelaki bertubuh kekar langsung mengepung Jack. Dengan membabi buta mereka menghajarnya tanpa ampun.

Jack tidak memberikan perlawanan sama sekali. Dia hanya terus memandang Sophie yang juga melihatnya dengan kening berkerut. Sesekali erangan kesakitan terdengar di sela-sela bunyi hantaman. Hingga kemudian Jack jatuh tersungkur atas tendangan keras di punggungnya.

Jack tengkurap tak berdaya. Darah di pelipisnya merembes, jatuh melintangi wajah. Dalam kondisi demikian, dia masih terus menatap Sophie.

David mendekati Jack. Dia mengangkat tinggi kakinya.

Bug!

Para tamu memejamkan mata ketika David menghentakkan kakinya kuat-kuat, hanya setengah jengkal dari wajah Jack. 

“Bersyukurlah karena malam ini hatiku sedang senang karena mendapatkan pacar baru. Jika tidak, bekas sepatuku pasti sudah tercetak di wajahmu.” David mendorong bahu Jack dengan kakinya hingga terlentang.

“Sophie.”

Rahang David mengeras mendengar Jack menyebut nama itu. Dia memasukkan kedua tangannya ke saku celana sebelum menginjak perut Jack. “Jangan pernah menyebut nama kekasihku dengan mulut kotormu itu!” 

David menekan injakan kakinya hingga membuat Jack melenguh kesakitan. Beberapa tamu menutup mulutnya dengan kedua tangan melihat wajah Jack yang memerah menahan sakit.

“Kalian! Seret pecundang ini keluar!”

Para pria berotot yang tadi menghajar Jack langsung membawanya pergi. Mereka menutup pintu aula saat Jack sudah ditendang dari sana.

‘Sophie,’ batin Jack terduduk menatap pintu aula. Dengan hati hancur Jack berusaha bangkit. Dia berjalan dengan tangan bertumpu pada tembok. 

Seorang pelayan hotel yang berpapasan dengannya merasa iba. Namun, Jack menolak saat pelayan itu menawarkan diri untuk membantunya keluar dan mendapatkan taksi. 

Jack berjalan terhuyung sendiri. Selama melangkah, hanya ada Sophie di kepalanya. Dia meratapi nasibnya yang sial. Andai saja dirinya memiliki latar belakang keluarga yang bagus, pasti kini dia tengah bertukar cincin dengan Sophie di aula hotel.

‘Tuhan, sekali saja berikan keajaiban padaku, maka aku akan memukul kesombongan mereka.’

Jack tersenyum getir menyadari harapannya yang mustahil. Sebuah napas kabur dari mulutnya ketika melewati gerbang hotel. Dia berdiri di pinggir jalan.

‘Aku bahkan tidak punya uang untuk membayar taksi.’

Detik itu pula sebuah mobil Mercedes Benz hitam menghampiri Jack. Dua orang pria berotot keluar. Jika dibandingkan dengan pria-pria yang menghajarnya tadi, mereka jelas lebih kekar.

“Jika kalian menginginkan uang, aku tidak punya. Dompet bahkan ATM-ku kosong. Aku menghabiskan gajiku untuk membeli jas mahal ini. Dan sekarang jas ini basah oleh anggur dan darahku. Tapi jika kalian mau, aku akan memberikannya.” 

Dengan frustrasi Jack hendak melepas jasnya. Namun terhenti saat dua pria itu membungkuk hormat. “Tuan Muda.”

“Apa?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 204

    Bulan bundar sempurna. Dari loteng Greenroad Villa, angin membuat pucuk pohon cemara seperti sedang menggesek-gesekkan tubuhnya pada purnama. Ada kopi yang mengepul di dalam dua cangkir putih di atas meja kayu. Tangan yang kekar tampak mengambil satu di antara cangkir itu. “Ini sangat indah,” kata Claire setelah sang suami menyesap kopi. Dia mengagumi pemandangan malam hari di tempat itu. Jack menggeleng. “Ada yang lebih indah dari ini.” Dengan wajah berseri Claire menyahut. “Benarkah?” “Hm.” Jack kembali menyeruput kopi buatannya sendiri. “Cepat katakan padaku. Aku ingin melihatnya besok.” Claire semakin bersemangat. “Kenapa harus menunggu besok?” “Jadi, aku bisa melihatnya sekarang?” “Tentu saja.” Claire bertepuk tangan kegirangan. “Di mana aku bisa melihatnya?” Dia menarik kursinya agar lebih dekat dengan Jack. “Pergilah ke kamar.” Claire yang mendengarkan suaminya dengan sungguh-sungguh mengernyetkan keningnya. Namun, dia tetap berkata, “Lalu?” “Saat kamu berdiri di de

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 203

    Orang-orang terkejut dengan reaksi Jack atas apa yang dilakukan Claire, tanpa terkecuali Claire itu sendiri. Sejak mengenal Jack hingga mereka memutuskan untuk menikah, Jack tidak pernah membentaknya, kecuali hanya jika dia bersalah.‘Lalu, apa salahku?’ batin Claire sambil menatap suaminya.Beberapa wanita yang berada di kursi tamu juga tidak menyangka bahwa sang tuan muda akan membentak istrinya. Mereka sampai memegangi dada karena terkejut. Menurut pandangan mereka, apa yang dilakukan Claire sudah benar.Orang-orang yang kurang ajar itu pantas mendapat dua sampai tiga tamparan lagi. Beberapa di antara tamu malah ingin menjambak mereka juga.Jika Claire syok, tidak demikian dengan Lady. Meski tamparan Claire membuat pipinya terasa sakit, dia senang mengetahui sang tuan muda dengan cepat membentak istrinya karena sudah bersikap kasar. Itu artinya, dia masih memiliki kesempatan. Entah kesempatan apa yang dimaksud oleh Lady.“Tuan Muda,” ucap Matthew merasa perlu untuk membela Claire.

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 202

    Tidak dipungkiri, aura yang keluar dari Jack membuat empat wanita itu tertekan. Mereka tampak mencengkeram pakaian sendiri untuk menyembunyikan tangan mereka yang bergetar karena takut. “Lady,” panggil Jack karena empat wanita itu membisu tanpa kata. Lady memaksakan diri untuk tersenyum. “Sa-saya, Tuan Muda.” Jack tertawa mendengar Lady yang dahulu mengoloknya sebagai pecundang, kini memanggilnya dengan sebutan demikian, dan itu dikatakan dengan nada bicara yang lembut. “Kamu bersikeras ingin menemuiku. Katakan, sesudah ini, apa yang kamu inginkan?” Jack memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Sejujurnya, reaksi Jack yang berubah-ubah, terkadang tampak murka, terkadang begitu ramah, malah membuat Lady bingung. Dia sadar benar jika Jack berhak murka. Dan dia akan menerima apa saja yang akan Jack lakukan. Lady sempat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat ekspresi wajah teman-temannya. Dia yakin, ekspresi wajahnya sekarang juga tidak jauh berbeda dari mereka; takut, cemas, be

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 201

    Para pengawal menunda untuk menyeret Sophie dan kawan-kawannya keluar karena mendengar ucapan berwibawa dari seorang pria. Itu adalah ucapan yang tidak mungkin mereka abaikan.Benar, Jack sendiri yang menahan para pengawalnya meringkus para wanita pembuat onar. Kini, tempat itu seperti membeku. Semua orang bergeming melihat wajah tenang Jack selagi bertanya-tanya apa yang akan terjadi berikutnya."Apa yang akan Tu-tuan Muda lakukan?" tanya Gary menyaksikan Jack berjalan ke tepi panggung usai berpamitan dengan istrinya. Meskipun Gary hanya melihat dari layar kaca televisi, napasnya ikut tertahan juga.Sebagai orang yang memiliki banyak kesalahan pada Jack, Gary tentu mencemaskan kehidupannya. Dia menjadi paham tentang hal buruk yang terus menimpanya, walau itu tidak seburuk apa yang menimpa David, Gary sempat frustrasi atas grafik hidupnya yang merosot. Melihat keadaannya sekarang, sudah mampu menjelaskan segala kesialan yang menimpanya.Lalu, bagaimana jika ternyata kesialannya masih

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 200

    Satu teriakan itu berhasil memprovokasi tamu undangan lainnya. Kini tempat itu dipenuhi oleh seruan yang meminta Tuan Muda Roodenburg untuk mencium istrinya. Kedua pipi Claire memerah mendengarnya. Dia bahkan melepas rangkulannya dari leher Jack, sedikit tertunduk menghadap para hadirin. Jack mengambil napas melihat istrinya demikian. Dia mendekatkan wajahnya pada Claire, membuat para hadirin menghentikan seruan mereka. Semua tegang menunggu apa yang akan Tuan Muda lakukan. “Jangan cemas. Aku tidak akan melakukannya di depan umum,” bisik Jack sangat rendah, hingga hanya Claire yang bisa mendengarnya. Wanita itu menoleh pada suaminya dengan wajah cerah. Sementara para hadirin masih menanti sang tuan muda melakukan apa yang mereka harapkan. Dalam saat-saat sunyi itu, mendadak terdengar panggilan dari deret kursi belakang. “TUAN MUDA!!” Orang-orang terkejut. Mereka menoleh ke belakang, ke sumber suara, demi melihat kenampakan wanita yang begitu lancang memanggil Tuan Muda Roodenbu

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 199

    Prosesi pernikahan Tuan Muda Roodenburg dengan Nona Claire Boutcher telah selesai. Kini, persahabatan mereka sudah resmi menjadi hubungan suami istri dengan ikatan cinta yang suci. Kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah kedua mempelai, keluarga, dan para tamu undangan, kecuali empat sekawan yang duduk di kursi belakang. Sophie yang sejak tadi menitikan air mata, kini memeluk Lady untuk menyembunyikan isakannya setelah melihat Jack mencium kening Claire. Masih hangat dalam ingatan Sophie, selama dia dan Jack dahulu berpacaran, Jack tidak pernah meminta ciuman darinya. Sedangkan saat menjadi kekasih David, pria itu meminta segalanya darinya, bahkan di hari pertama mereka berpacaran. Sungguh, dahulu Sophie menilai Jack sebagai pecundang meski dalam hal percintaan. Sementara dia memberikan penilaian sangat tinggi untuk David, dan menganggapnya sebagai pria sejati yang bergairah. ‘Tapi lihat sekarang. Jack menikahi Claire di depan seluruh warga Rhineland dengan gagah dan penuh kharisma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status