Share

Dominasi sang Pewaris
Dominasi sang Pewaris
Penulis: Khoirul N.

Bab 1

Di sebuah ruang rias, terlihat seorang lelaki berdiri menatap bayangan wanita yang duduk di depannya. Dia tersenyum sebelum memeluk wanita itu dari belakang.

“Jack, biarkan aku menyelesaikan riasanku.”

“Seperti ini saja kamu sudah sangat cantik, tidak perlu ditambahi riasan lagi. Ini lebih dari cukup untuk memukau semua orang.”

“Cukup saja tidak cukup bagiku Jack. Aku ingin tampil sempurna. Bukan hanya memukau, tetapi juga memikat hati semua orang.”

Jack berpindah ke depan kekasihnya untuk berlutut. “Terima kasih banyak sudah menerimaku. Terkadang aku berpikir kalau kau adalah malaikat. Rasanya aku masih tidak percaya, wanita sempurna sepertimu mau bertunangan dengan pengantar pizza sepertiku. Kamu bahkan memesan hotel ini untuk pertunangan kita. Aku berjanji akan bekerja lebih keras untuk membahagiakanmu.” Dia mencium tangan wanita itu.

“Jack, aku tahu kamu akan melakukannya. Sekarang, keluarlah untuk menyapa para tamu. Aku mengundang semua temanku untuk malam tak terlupakan ini.”

Jack mengangguk mengerti. Dia berdiri dan meninggalkan Sophie. Saat berjalan menuju aula hotel, jantungnya berdetak semakin cepat. Tidak dipungkiri, segala perlakuan buruk yang dia terima selama ini membuatnya sedikit gugup.

‘Tidak, mereka datang untuk berpesta, bukan untuk menghinaku.’

Jack menghela napas panjang sebelum membuka pintu aula. Derit pintu pun seperti menghentikan waktu hingga para tamu bergeming melihatnya.

Dia berdeham sambil melonggarkan pita jasnya. “Sho-Sophie akan segera ke mari.”

“Jack?!” Pekikan dari salah satu teman Sophie, Lady Glover, menjadi suara pertama yang terdengar setelah beberapa saat ruangan itu hening. Gadis tersebut mendekat dengan mulut terbuka dan sorot mata berbinar terang.

“Wow Jack Marshall, apa ini kamu?” Lady memandang lekat lelaki di hadapannya dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Jack tersipu. Dia tersenyum mengingat bagaimana dia memuji diri sendiri di depan cermin tadi. Sebagai pengantar pizza ternyata dia terlihat sangat keren dengan balutan jas putih itu.

“Kamu sama sekali tidak terlihat seperti pengantar pizza. Penampilanmu sangat berkelas.”

“Tapi Lady, kenyataannya dia tetap pengantar pizza.” Grace Hogan, teman Sophie turut menimpali. Ucapan sarkasnya itu cukup untuk membuat beberapa tamu menahan tawa.

Seorang wanita lainnya kemudian menghampiri Jack. Dia tersenyum miring saat bertanya, “Jika kamu dan Sophie sampai menikah, bagaimana kamu akan membiayai kebutuhannya? Apa kamu akan memberikan pizza untuk sarapan, makan siang, dan makan malam?” 

Kali ini semua tamu tertawa. Mereka yang merupakan teman-teman, kerabat, dan kolega Sophie berbisik-bisik membicarakan Jack. 

“Mary, perkataanmu itu sangat kasar. Apa kamu tidak melihat, kita berada di hotel bintang lima sekarang. Padahal ini baru acara pertunangan. Siapa tahu, di balik kemiskinannya, ternyata Jack seorang milyader.”

“Milyader? Lady, kamu tahu pasti acara pertunangan ini sepenuhnya didanai oleh Sophie. Jangankan menyewa hotel, uang kos saja Jack belum membayarnya.”

“Benarkah? Kasihan sekali. Begini saja, Jack setelah acara ini, datanglah ke rumahku. Kamu bisa membuang kotoran anjingku dan aku akan memberikan sejumlah uang untukmu.”

Tawa para undangan semakin keras. Jack mengepalkan tinjunya. Namun, dia berusaha menahan diri karena tidak ingin merusak acara pertunangannya sendiri. Lagipula, yang akan menjadi tunangannya bukanlah wanita-wanita bermulut pedas itu, melainkan Sophie Parker, wanita cantik dan baik hati.

“Lihatlah, sepertinya pengantar pizza kita sedang marah. Bagaimana jika dia mengambek dan tidak mau lagi mengantar pizza ke rumahku?”

“Tenang saja, Jack sangat sabar. Dia tidak akan menolak untuk mengantar pizza ke rumahmu. Dia bahkan mau melakukan apa saja untuk mendapatkan uang, misalnya membelikan pembalut untukmu, mengganti popok nenekmu, bahkan menggonggong di depan rumahmu sebagai anjing penjaga.”

Kali ini rahang Jack mengeras. Kehidupan yang sulit memang membuatnya terpaksa melakukan pekerjaan sampingan apa saja untuk bertahan, seperti berbelanja, membantu merawat para orang tua di panti jompo, sampai dengan menjaga binatang peliharaan yang ditinggal majikannya pergi ke luar kota. 

“Kalian bisa menikmati hidangannya selagi menunggu Sophie ke mari.” Jack masih berusaha ramah. Lagipula ini bukan pertama kalinya dia dihina teman kekasihnya sendiri. Sejak awal hubungannya dengan Sophie, mereka bertiga memang sudah tidak senang padanya.

“Tentu saja! Sebenarnya kami ingin minum anggur, tetapi para pelayan terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Jadi, bisakah kamu mengambilkan minum untuk kami, Jack? Kamu biasa melayani para pengunjung kedai pizza juga bukan?”

Jack menatap lekat sahabat kekasihnya itu dengan wajah dingin. Namun, kemudian dia mampu tersenyum. “Tentu, tunggu sebentar, aku akan mengambilnya.”

Jack berbalik untuk mengambil minum. Jika bukan karena dia tahu Sophie sangat menyayangi para sahabatnya, sudah sejak tadi dia memberikan sedikit tamparan untuk ketiganya agar otak mereka bisa berfungsi.

Tak lama berselang, Jack sudah kembali membawa nampan berisi tiga gelas anggur. Masih dengan senyum dipaksakan dia memberikan gelas tersebut pada Lady, Grace, dan Mary.

“Aku akan melihat Sophie dulu.” Jack merasa perlu untuk menenangkan diri dengan keluar dari tempat itu. Dia tidak mau kesabarannya habis dan keributan tidak bisa dihindari. Jika itu sampai terjadi, Sophie pasti akan merasa sangat malu.

Secara mengejutkan, ketika Jack telah berbalik, ketiga sahabat Sophie dengan kompak menyiramkan anggur ke tubuh lelaki itu. Tanpa rasa bersalah mereka justru tertawa terbahak-bahak saat melihat Jack berbalik lagi dengan wajah marah.

“Ya ampun, maaf ya Jack, kamu jadi basah seperti ini. Aku sarankan kamu ganti baju dengan pakaian pengantar pizza saja.”

“Benar, jika dilihat-lihat kamu lebih cocok dengan pakaian seperti itu daripada mengenakan jas seperti ini.”

“Kamu tidak akan bertunangan dengan Sophie dengan pakaian basah bukan? Sophie pasti malu menjadi kekasihmu.”

“BERHENTI!”

Semua orang menoleh ke arah suara yang ternyata bersumber dari Sophie. Wanita dengan gaun putih elegan itu berdiri di ambang pintu dengan kedua alis bertaut. Matanya memerah menatap tajam ke depan. Dia berjalan tergesa, mendekat pada Jack dan teman-temannya.

Sophie mengacungkan telunjuknya ke depan teman-temannya secara bergantian. “Jangan bicara sembarangan.”

Jack tersenyum haru. Dia memegang lengan kekasihnya. “Sophie, tenanglah.”

“Tidak! Mulai detik ini aku tidak mau lagi mendengar siapa pun menyebutku sebagai kekasihmu Jack.”

“A-apa?”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Agus
Ya sesuai tingkah laku sangat tdk baik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status