Share

Dominasi sang Pewaris
Dominasi sang Pewaris
Author: Khoirul N.

Bab 1

Author: Khoirul N.
last update Last Updated: 2023-04-15 11:00:41

Di sebuah ruang rias, terlihat seorang lelaki berdiri menatap bayangan wanita yang duduk di depannya. Dia tersenyum sebelum memeluk wanita itu dari belakang.

“Jack, biarkan aku menyelesaikan riasanku.”

“Seperti ini saja kamu sudah sangat cantik, tidak perlu ditambahi riasan lagi. Ini lebih dari cukup untuk memukau semua orang.”

“Cukup saja tidak cukup bagiku Jack. Aku ingin tampil sempurna. Bukan hanya memukau, tetapi juga memikat hati semua orang.”

Jack berpindah ke depan kekasihnya untuk berlutut. “Terima kasih banyak sudah menerimaku. Terkadang aku berpikir kalau kau adalah malaikat. Rasanya aku masih tidak percaya, wanita sempurna sepertimu mau bertunangan dengan pengantar pizza sepertiku. Kamu bahkan memesan hotel ini untuk pertunangan kita. Aku berjanji akan bekerja lebih keras untuk membahagiakanmu.” Dia mencium tangan wanita itu.

“Jack, aku tahu kamu akan melakukannya. Sekarang, keluarlah untuk menyapa para tamu. Aku mengundang semua temanku untuk malam tak terlupakan ini.”

Jack mengangguk mengerti. Dia berdiri dan meninggalkan Sophie. Saat berjalan menuju aula hotel, jantungnya berdetak semakin cepat. Tidak dipungkiri, segala perlakuan buruk yang dia terima selama ini membuatnya sedikit gugup.

‘Tidak, mereka datang untuk berpesta, bukan untuk menghinaku.’

Jack menghela napas panjang sebelum membuka pintu aula. Derit pintu pun seperti menghentikan waktu hingga para tamu bergeming melihatnya.

Dia berdeham sambil melonggarkan pita jasnya. “Sho-Sophie akan segera ke mari.”

“Jack?!” Pekikan dari salah satu teman Sophie, Lady Glover, menjadi suara pertama yang terdengar setelah beberapa saat ruangan itu hening. Gadis tersebut mendekat dengan mulut terbuka dan sorot mata berbinar terang.

“Wow Jack Marshall, apa ini kamu?” Lady memandang lekat lelaki di hadapannya dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Jack tersipu. Dia tersenyum mengingat bagaimana dia memuji diri sendiri di depan cermin tadi. Sebagai pengantar pizza ternyata dia terlihat sangat keren dengan balutan jas putih itu.

“Kamu sama sekali tidak terlihat seperti pengantar pizza. Penampilanmu sangat berkelas.”

“Tapi Lady, kenyataannya dia tetap pengantar pizza.” Grace Hogan, teman Sophie turut menimpali. Ucapan sarkasnya itu cukup untuk membuat beberapa tamu menahan tawa.

Seorang wanita lainnya kemudian menghampiri Jack. Dia tersenyum miring saat bertanya, “Jika kamu dan Sophie sampai menikah, bagaimana kamu akan membiayai kebutuhannya? Apa kamu akan memberikan pizza untuk sarapan, makan siang, dan makan malam?” 

Kali ini semua tamu tertawa. Mereka yang merupakan teman-teman, kerabat, dan kolega Sophie berbisik-bisik membicarakan Jack. 

“Mary, perkataanmu itu sangat kasar. Apa kamu tidak melihat, kita berada di hotel bintang lima sekarang. Padahal ini baru acara pertunangan. Siapa tahu, di balik kemiskinannya, ternyata Jack seorang milyader.”

“Milyader? Lady, kamu tahu pasti acara pertunangan ini sepenuhnya didanai oleh Sophie. Jangankan menyewa hotel, uang kos saja Jack belum membayarnya.”

“Benarkah? Kasihan sekali. Begini saja, Jack setelah acara ini, datanglah ke rumahku. Kamu bisa membuang kotoran anjingku dan aku akan memberikan sejumlah uang untukmu.”

Tawa para undangan semakin keras. Jack mengepalkan tinjunya. Namun, dia berusaha menahan diri karena tidak ingin merusak acara pertunangannya sendiri. Lagipula, yang akan menjadi tunangannya bukanlah wanita-wanita bermulut pedas itu, melainkan Sophie Parker, wanita cantik dan baik hati.

“Lihatlah, sepertinya pengantar pizza kita sedang marah. Bagaimana jika dia mengambek dan tidak mau lagi mengantar pizza ke rumahku?”

“Tenang saja, Jack sangat sabar. Dia tidak akan menolak untuk mengantar pizza ke rumahmu. Dia bahkan mau melakukan apa saja untuk mendapatkan uang, misalnya membelikan pembalut untukmu, mengganti popok nenekmu, bahkan menggonggong di depan rumahmu sebagai anjing penjaga.”

Kali ini rahang Jack mengeras. Kehidupan yang sulit memang membuatnya terpaksa melakukan pekerjaan sampingan apa saja untuk bertahan, seperti berbelanja, membantu merawat para orang tua di panti jompo, sampai dengan menjaga binatang peliharaan yang ditinggal majikannya pergi ke luar kota. 

“Kalian bisa menikmati hidangannya selagi menunggu Sophie ke mari.” Jack masih berusaha ramah. Lagipula ini bukan pertama kalinya dia dihina teman kekasihnya sendiri. Sejak awal hubungannya dengan Sophie, mereka bertiga memang sudah tidak senang padanya.

“Tentu saja! Sebenarnya kami ingin minum anggur, tetapi para pelayan terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Jadi, bisakah kamu mengambilkan minum untuk kami, Jack? Kamu biasa melayani para pengunjung kedai pizza juga bukan?”

Jack menatap lekat sahabat kekasihnya itu dengan wajah dingin. Namun, kemudian dia mampu tersenyum. “Tentu, tunggu sebentar, aku akan mengambilnya.”

Jack berbalik untuk mengambil minum. Jika bukan karena dia tahu Sophie sangat menyayangi para sahabatnya, sudah sejak tadi dia memberikan sedikit tamparan untuk ketiganya agar otak mereka bisa berfungsi.

Tak lama berselang, Jack sudah kembali membawa nampan berisi tiga gelas anggur. Masih dengan senyum dipaksakan dia memberikan gelas tersebut pada Lady, Grace, dan Mary.

“Aku akan melihat Sophie dulu.” Jack merasa perlu untuk menenangkan diri dengan keluar dari tempat itu. Dia tidak mau kesabarannya habis dan keributan tidak bisa dihindari. Jika itu sampai terjadi, Sophie pasti akan merasa sangat malu.

Secara mengejutkan, ketika Jack telah berbalik, ketiga sahabat Sophie dengan kompak menyiramkan anggur ke tubuh lelaki itu. Tanpa rasa bersalah mereka justru tertawa terbahak-bahak saat melihat Jack berbalik lagi dengan wajah marah.

“Ya ampun, maaf ya Jack, kamu jadi basah seperti ini. Aku sarankan kamu ganti baju dengan pakaian pengantar pizza saja.”

“Benar, jika dilihat-lihat kamu lebih cocok dengan pakaian seperti itu daripada mengenakan jas seperti ini.”

“Kamu tidak akan bertunangan dengan Sophie dengan pakaian basah bukan? Sophie pasti malu menjadi kekasihmu.”

“BERHENTI!”

Semua orang menoleh ke arah suara yang ternyata bersumber dari Sophie. Wanita dengan gaun putih elegan itu berdiri di ambang pintu dengan kedua alis bertaut. Matanya memerah menatap tajam ke depan. Dia berjalan tergesa, mendekat pada Jack dan teman-temannya.

Sophie mengacungkan telunjuknya ke depan teman-temannya secara bergantian. “Jangan bicara sembarangan.”

Jack tersenyum haru. Dia memegang lengan kekasihnya. “Sophie, tenanglah.”

“Tidak! Mulai detik ini aku tidak mau lagi mendengar siapa pun menyebutku sebagai kekasihmu Jack.”

“A-apa?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Agus
Ya sesuai tingkah laku sangat tdk baik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 204

    Bulan bundar sempurna. Dari loteng Greenroad Villa, angin membuat pucuk pohon cemara seperti sedang menggesek-gesekkan tubuhnya pada purnama. Ada kopi yang mengepul di dalam dua cangkir putih di atas meja kayu. Tangan yang kekar tampak mengambil satu di antara cangkir itu. “Ini sangat indah,” kata Claire setelah sang suami menyesap kopi. Dia mengagumi pemandangan malam hari di tempat itu. Jack menggeleng. “Ada yang lebih indah dari ini.” Dengan wajah berseri Claire menyahut. “Benarkah?” “Hm.” Jack kembali menyeruput kopi buatannya sendiri. “Cepat katakan padaku. Aku ingin melihatnya besok.” Claire semakin bersemangat. “Kenapa harus menunggu besok?” “Jadi, aku bisa melihatnya sekarang?” “Tentu saja.” Claire bertepuk tangan kegirangan. “Di mana aku bisa melihatnya?” Dia menarik kursinya agar lebih dekat dengan Jack. “Pergilah ke kamar.” Claire yang mendengarkan suaminya dengan sungguh-sungguh mengernyetkan keningnya. Namun, dia tetap berkata, “Lalu?” “Saat kamu berdiri di de

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 203

    Orang-orang terkejut dengan reaksi Jack atas apa yang dilakukan Claire, tanpa terkecuali Claire itu sendiri. Sejak mengenal Jack hingga mereka memutuskan untuk menikah, Jack tidak pernah membentaknya, kecuali hanya jika dia bersalah.‘Lalu, apa salahku?’ batin Claire sambil menatap suaminya.Beberapa wanita yang berada di kursi tamu juga tidak menyangka bahwa sang tuan muda akan membentak istrinya. Mereka sampai memegangi dada karena terkejut. Menurut pandangan mereka, apa yang dilakukan Claire sudah benar.Orang-orang yang kurang ajar itu pantas mendapat dua sampai tiga tamparan lagi. Beberapa di antara tamu malah ingin menjambak mereka juga.Jika Claire syok, tidak demikian dengan Lady. Meski tamparan Claire membuat pipinya terasa sakit, dia senang mengetahui sang tuan muda dengan cepat membentak istrinya karena sudah bersikap kasar. Itu artinya, dia masih memiliki kesempatan. Entah kesempatan apa yang dimaksud oleh Lady.“Tuan Muda,” ucap Matthew merasa perlu untuk membela Claire.

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 202

    Tidak dipungkiri, aura yang keluar dari Jack membuat empat wanita itu tertekan. Mereka tampak mencengkeram pakaian sendiri untuk menyembunyikan tangan mereka yang bergetar karena takut. “Lady,” panggil Jack karena empat wanita itu membisu tanpa kata. Lady memaksakan diri untuk tersenyum. “Sa-saya, Tuan Muda.” Jack tertawa mendengar Lady yang dahulu mengoloknya sebagai pecundang, kini memanggilnya dengan sebutan demikian, dan itu dikatakan dengan nada bicara yang lembut. “Kamu bersikeras ingin menemuiku. Katakan, sesudah ini, apa yang kamu inginkan?” Jack memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Sejujurnya, reaksi Jack yang berubah-ubah, terkadang tampak murka, terkadang begitu ramah, malah membuat Lady bingung. Dia sadar benar jika Jack berhak murka. Dan dia akan menerima apa saja yang akan Jack lakukan. Lady sempat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat ekspresi wajah teman-temannya. Dia yakin, ekspresi wajahnya sekarang juga tidak jauh berbeda dari mereka; takut, cemas, be

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 201

    Para pengawal menunda untuk menyeret Sophie dan kawan-kawannya keluar karena mendengar ucapan berwibawa dari seorang pria. Itu adalah ucapan yang tidak mungkin mereka abaikan.Benar, Jack sendiri yang menahan para pengawalnya meringkus para wanita pembuat onar. Kini, tempat itu seperti membeku. Semua orang bergeming melihat wajah tenang Jack selagi bertanya-tanya apa yang akan terjadi berikutnya."Apa yang akan Tu-tuan Muda lakukan?" tanya Gary menyaksikan Jack berjalan ke tepi panggung usai berpamitan dengan istrinya. Meskipun Gary hanya melihat dari layar kaca televisi, napasnya ikut tertahan juga.Sebagai orang yang memiliki banyak kesalahan pada Jack, Gary tentu mencemaskan kehidupannya. Dia menjadi paham tentang hal buruk yang terus menimpanya, walau itu tidak seburuk apa yang menimpa David, Gary sempat frustrasi atas grafik hidupnya yang merosot. Melihat keadaannya sekarang, sudah mampu menjelaskan segala kesialan yang menimpanya.Lalu, bagaimana jika ternyata kesialannya masih

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 200

    Satu teriakan itu berhasil memprovokasi tamu undangan lainnya. Kini tempat itu dipenuhi oleh seruan yang meminta Tuan Muda Roodenburg untuk mencium istrinya. Kedua pipi Claire memerah mendengarnya. Dia bahkan melepas rangkulannya dari leher Jack, sedikit tertunduk menghadap para hadirin. Jack mengambil napas melihat istrinya demikian. Dia mendekatkan wajahnya pada Claire, membuat para hadirin menghentikan seruan mereka. Semua tegang menunggu apa yang akan Tuan Muda lakukan. “Jangan cemas. Aku tidak akan melakukannya di depan umum,” bisik Jack sangat rendah, hingga hanya Claire yang bisa mendengarnya. Wanita itu menoleh pada suaminya dengan wajah cerah. Sementara para hadirin masih menanti sang tuan muda melakukan apa yang mereka harapkan. Dalam saat-saat sunyi itu, mendadak terdengar panggilan dari deret kursi belakang. “TUAN MUDA!!” Orang-orang terkejut. Mereka menoleh ke belakang, ke sumber suara, demi melihat kenampakan wanita yang begitu lancang memanggil Tuan Muda Roodenbu

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 199

    Prosesi pernikahan Tuan Muda Roodenburg dengan Nona Claire Boutcher telah selesai. Kini, persahabatan mereka sudah resmi menjadi hubungan suami istri dengan ikatan cinta yang suci. Kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah kedua mempelai, keluarga, dan para tamu undangan, kecuali empat sekawan yang duduk di kursi belakang. Sophie yang sejak tadi menitikan air mata, kini memeluk Lady untuk menyembunyikan isakannya setelah melihat Jack mencium kening Claire. Masih hangat dalam ingatan Sophie, selama dia dan Jack dahulu berpacaran, Jack tidak pernah meminta ciuman darinya. Sedangkan saat menjadi kekasih David, pria itu meminta segalanya darinya, bahkan di hari pertama mereka berpacaran. Sungguh, dahulu Sophie menilai Jack sebagai pecundang meski dalam hal percintaan. Sementara dia memberikan penilaian sangat tinggi untuk David, dan menganggapnya sebagai pria sejati yang bergairah. ‘Tapi lihat sekarang. Jack menikahi Claire di depan seluruh warga Rhineland dengan gagah dan penuh kharisma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status