Share

Gagal (lagi)

Hari ini adalah hari ketiga masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas. Namun, ini adalah awal semester terburuk yang pernah aku alami. Sebuah video tersebar di sekolah dan sosial media. Video tersesbut adalah video Alita yang tengah diperkosa oleh orang-orang brengsek itu. Hari itu, Alita langsung menjadi pusat perhatian satu sekolah. Beberapa merasa prihatin dengan apa yang sudah dilalui Alita dan mencoba membuat Alita merasa lebih baik. Namun, yang lainnya seperti tidak memiliki otak di dalam kepalanya.

Seminggu kemudian, Alita tidak pernah lagi datang ke sekolah. Mungkin karena dia tidak tahan berkali-kali dikerjai dan dicap pelacur oleh murid sekolah ini. Bahkan, dia pun menolak menemuiku dan melarangku datang kerumahnya di minggu pertama sejak ia mengurung diri.

Aku pun tidak tahan lagi. Apakah mereka tidak mengerti jika Alita adalah korban dari pemerkosaan? Kenapa mereka begitu kekanak-kanakan menganggap kasus pemerkosaan adalah hal yang lucu? Aku tidak tahan melihat Alita terus menerus mengurung diri dirumah. Guru-guru pun tidak menindak tegas para pelakunya. Hanya sebatas pemanggilan keruangan guru dan diceramahi. Tentu saja hal seperti itu tidak akan berhasil.

“Hey, Liam.”

Sebuah suara mengejutkan ku yang tengah termenung di balkon sekolah. Aku menoleh dan melihat Eric tersenyum kepadaku. Dia salah satu orang yang mengerti akan kondisi Alita sekarang.

“Bagaimana keadaanya sekarang?” tanya Eric kepadaku.

“Entahlah, aku pun belum menemuinya.”

“Apa kau bodoh? Pacar cantikmu sedang dalam masalah dan kau menurut saja saat diminta berhenti menemuinya?”

Aku terdiam. Aku memang bodoh. Setiap kali hinaan dan ejekan terdengar di telingaku, aku selalu tidak bisa menahan rasa marahku. Yang bisa menahan rasa ingin memukulku adalah Eric. Dia selalu berhasil menghentikan diriku yang hendak memukuli orang-orang yang mengejek Alita.

Hari ini, aku mencoba pergi ke rumah Alita setelah satu bulan tidak bertemu dengannya. Biasanya aku pergi kerumahnya setiap pulang sekolah. Namun, dia selalu mengusirku dan melarangku untuk kerumahnya lagi. Tapi, kali ini berbeda. Dia sedang menonton televisi sambil memakan popcorn.

“Hey, Liam!” teriak Alita yang menyadari kedatanganku.

“Wow, sepertinya nyonya sudah kembali,” ucapku seraya tersenyum.

“Aku sangat merindukanmu Liaaaaam.” Dia memelukku dengan sangat erat. Aku hanya tertawa karena tingkah konyolnya. Aku lalu bergabung dengan Alita untuk menonton televisi.

“Berita terbaru tentang pencarian pesawat Clementine Airlines di perairan Pulchra. Sebanyak 59 dari 110 korban sudah ditemukan dan juga beberapa negara ikut membantu pencarian dengan mengirimkan belasan drone pencari.” Seluruh saluran memang sedang ramai memberitakan insiden jatuhnya pesawat Clementine Airlines 3 hari yang lalu.

“Liam …”

“Ya, Alita?”

“Kau tentu mengetahui kalau aku bukanlah seorang pelacur, kan?” tanyanya dengan wajah murung.

“Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja. Justru aku tidak mengerti kenapa korban sepertimu malah menjadi bahan ejekan orang-orang bodoh itu.”

“Kau benar, aku korbannya Liam. Tapi apa yang bisa aku lakukan? Kau tahu? Sehari setelah kau mengantarku pulang setelah kejadian itu. Orang tua ku pergi ke kantor polisi untuk mencari tahu pelakunya, aku bahkan baru mengetahuinya 2 minggu yang lalu”

“Kenapa mereka tidak memberitahumu? Bagaimana caranya mereka tahu pelakunya sedangkan kau adalah saksi sekaligus korbannya?” tanyaku.

“Mereka bilang mereka tidak ingin aku mengingat hal buruk itu. Saat itu aku memang masih sedikit shock. Untunglah kau selalu ada untuk hari-hariku. Tapi tidak ada salahnya untuk aku mengetahui hal itu lebih awal kan?”

Well, aku rasa kau sudah cukup dewasa kan untuk mengaggap hal itu sebagai masa lalumu? Kau bisa merasa lebih baik setahun ini bukan karena aku, tapi kau lah yang melakukannya dengan menjalani hari dengan ceria, aku? Aku hanya senang berteman denganmu. Itu saja.”

“Hahaha, kau benar Liam. Orang tua ku seharusnya membiarkan aku mengetahuinya lebih awal dan tidak perlu merasa khawatir karena Liam akan mengembalikan mood ku,” ucap Alita sambil mengedipkan satu matanya kepadaku. Aku hanya tertawa. Hari-hariku bersamanya sepertinya kembali hari ini.

“Liam …”

“Ya?”

“Setelah setahun lebih kau dan aku sedekat ini, kau masih menganggap aku teman?”

“Mana mungkin aku bisa memusuhimu,” ucapku sambil mencubit pipi Alita.

“Aw, sakit bodoh,” ucapnya sambil mengusap-usap pipinya.

“Lalu aku harus menganggapmu apa?”

“Bodoh, tidak peka.”

“Kau mencintaiku, Alita?”

“Diam kau. Aku membencimu. Sangat membencimu.” ucappnya seraya melempariku dengan popcorn.

“Lalu apa yang kau mau?”

“TIDAK ADA LELAKI DI DUNIA INI YANG BERTANYA KEPADA WANITA ‘KAU MENCINTAIKU?’. APALAGI DENGAN WAJAH BODOHMU ITU MEMBUATKU MENDADAK INGIN MEMBENCIMU!.” teriak Alita di telingaku.

“Kejam sekali.”

“Tentu saja. Jika kau lengah, aku mungkin membunuhmu.”

“Ketika aku menjadi hantu, kaulah orang pertama yang aku gentayangi.”

“Aku tidak takut hantu.”

“Tapi kau takut dengan ini,” ucapku sambil mencubit pipinya.

“Aw, Liam, hentikan.” Aku melepas cubitan itu dari pipinya. Pipinya berubah menjadi berwarna merah, sepertinya itu sakit.

“Setelah seperti ini kau mau aku mencintaimu? Jangan bercanda. Kau harus mengantarku membeli es krim sekarang juga!” perintahnya.

“Kenapa aku harus melakukannya?” tanyaku.

“Kau sudah merusaknya,” ucapnya sambil menunjuk pipi kanannya yang berwarna merah.

“Omong-omong, dimana orang tuamu?” tanyaku

“Mereka harus pergi ke luar negeri karena ada ayahku ada urusan pekerjaan.”

“Dan meninggalkan anak perempuannya sendirian saat sedang tertekan?”

“Hey, tidak perlu berlebihan. Saat mereka pergi aku sudah ceria seperti ini, kok.”

“Lalu kenapa kau tidak mengabariku? Aku bisa menemuimu lebih awal kan?”

“Hehe.” Dan langsung kubalas ia dengan lemparan popcorn.

“Mereka baru saja berangkat hari ini?” tanyaku

“Tidak, mereka berang- hey, kau mengalihkan pembicaraan.” Dia lalu mengambil sweater merah mudanya dan lari keluar menuju mobilnya.

“Hey, kita hanya akan membeli eskrim, kenapa harus naik mobil?” ucapku seraya menyusul Alita yang sudah berada di dalam mobil,

“Aku mau jalan-jalan. Aku lapar. Dan… aku ingin bersamamu.”

“Huh, baiklah nyonya.”

Aku lalu duduk di kursi pengemudi dan mengendarainya menyusuri jalanan yang diterangi cahaya senja berwarna oranye. Cahaya itu menyinari wajah Alita dan itu membuatnya sangat cantik. Mata besarnya berbinar-binar, mungkin dia senang karena akhirnya dia kembali keluar rumah.

Sesampainya di supermarket dia membeli 5 es krim varian rasa dan dia menghabiskannya dalam waktu 10 menit.

“Bukannya es krim itu makanan penutup?” tanyaku.

“Baiklah, kita akan membelinya lagi setelah makan.”

“Kau bisa terkena diabetes,” kataku sambil menjilat eskrim Alita

“Kau benar, aku sudah terlalu manis,” ucapnya sambil menatap aku dengan tatapan khawatir.

Aku hanya tertawa dan menuju ke salah satu restoran cepat saji di sekitar sini dan memesan makanan untuk aku dan Alita. Dia terlihat sangat senang. Aku pun ikut merasa senang karena dia sudah kembali.

“Hey, bukannya itu adalah si pelacur? Sudah lama tidak terlihat. Apa sekarang kau memiliki semacam paket sewa untuk satu bulan? Hahaha.” Sebuah suara mengusik aku dan Alita.

Haley dan Abigail. Mereka lah yang paling sering mengejek Alita. Aku memperhatikan Alita yang tengah menahan tangisnya. Matanya berkaca-kaca. Aku lalu mengajaknya untuk pulang dan dia hanya menurut. Dia mengikuti ku masuk ke dalam mobilku.

“Boleh aku mengendarainya?” tanya Alita.

“Kau yakin? Kurasa kau sedang tidak stabil jadi biar aku saja.”

“Biarkan aku mengendarainya. Aku hanya ingin mengendarainya dan aku sudah baik-baik saja. Kenapa kau tidak memperbolehkanku melakukannya?” tanya Alita.

“Kau sedang sedih. Tidak usah berdebat. Aku akan mengantarmu pulang.”

“Ini mobilku.”

“Aku tidak peduli. Kau duduk saja.”

“Liam ….” Dia memperhatikan aku. Dia sepertinya memang ingin mengendarainya. Tapi kenapa? Biasanya jika aku dan dia pergi bersama, dia selalu memaksaku mengemudikan mobil.

“Baiklah, terserah,” ucapku sambil memberikan kunci mobil kepada Alita.

Dia menerimanya dan tersenyum kepadaku. Senyumnya manis seperti biasanya saat dia sedang ceria, jadi aku merasa lega. Mungkin dia memang sudah baik-baik saja. Dia lalu mengendarai mobil dengan kecepatan pelan berkeliling kota. Kamu lalu melewati jembatan Huntsman Bridge dan berkendara di Cliffside Road. Tempat yang tinggi karena berada di atas tebing yang berdekatan dengan laut Carbonara.

“Kota ini memang indah, atau memang dari dulu sudah indah ya?” tanya Alita seraya melihat keluar.

“Kota ini jelek. Terlebih pemerintahannya.”

“Bukan itu yang aku maksud, bodoh.”

Aku lalu melihat keluar. Jika dilihat dengan seksama, kota ini memang terlihat indah. Beberapa lampu hias dipasang di sepanjang jalan. Taman kotanya juga indah dengan lampu berkelap-kelip saat malam. Yang lebih indah tentunya sebuah monumen yang sengaja di bangun sebagai simbol kota ini. Sungguh pemandangan yang indah melihat kota dari atas sini.

“Liam …”

“Ya, Alita?”

“Mungkin jawabanku iya”

“Soal apa?”

“Apakah aku mencintaimu atau tidak.”

Aku tergugup mendengarnya. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Aku memperhatikannya dan melihat mulutnya membentuk sebuah senyuman. Aku merasa bahagia. Tentu saja aku mencintainya. Mata besarnya yang indah, wajahnya yang selalu terlihat manis, sifatnya yang terkadang kekanak-kanakan dan sok dewasa. Aku mencintainya.

Namun tiba-tiba saja Alita mempercepat laju mobilnya dan membanting stir. Mobil ini pun keluar menerobos pembatas jalan menuruni tebing. Aku berteriak dan sekilas aku melihatnya. Mulutnya tersenyum dengan manis. Aku melindungi wajahku dengan tanganku. Aku menyesal telah merasa lega. Alita tidak pernah baik-baik saja.

Mobil ini pun beberapa kali terbentur batu yang membuatnya terbalik ketika menabrak air laut. Aku melepaskan sabuk pengaman milikku dan mencoba membuka milik Alita. Namun aku hanya berhasil membuka milikku karena sangat sulit membukanya dengan kondisi sedang terbalik seperti ini. Mulutnya tersenyum kepadaku, namun senyumannya itu seperti menyimpan banyak penjelasan dari kejadian hari ini. Aku mulai kehabisan nafas dan mencoba berenang keluar dari mobil menuju permukaan.

Aku memperhatikan mayat Alita dengan tatapan kosong. Aku tidak percaya apa yang sudah terjadi. Polisi sudah memenuhi lokasi tempat mobil Alita terjun ke air dan sudah mengangkat mayat Alita dari air. Dia tenggelam dan aku tidak memiliki tenaga untuk menyelamatkan orang yang aku cintai.

Aku meminta polisi untuk menghubungi keluarganya. Namun ada hal lain yang membuatku terkejut. Ternyata orang tua Alita adalah penumpang pesawat Clementine Airlines. Aku terduduk lemas. Orang tua Alita memang pergi keluar negeri. Tapi mereka tidak kembali lagi karena kecelakaan itu. Alita, kenapa kau tidak mengabari aku? Kenapa kau justru melarangku? Apa jangan-jangan, kau sudah mengetahuinya? Bahwa orang tuamu sudah meninggal karena kecelakaan itu? Bodohnya aku.

Esoknya aku pergi kesekolah dengan rasa lemas. Dan ketika aku di sekolah, sudah tersebar rumor beredar tentang aku membunuh Alita karena aku benci memiliki pacar seorang pelacur. Seluruh sekolah menjaga jarak denganku. Hanya Eric yang masih menemaniku. Orang-orang yang dulu tidak percaya bahwa Alita adalah seorang pelacur mulai mempercayai itu karena rumor meninggalnya Alita yang disebabkan olehku.

Selama satu bulan sejak Alita meninggal, aku dikerjai habis-habisan. Tas ku diisi sampah. Mejaku dilumuri darah binatang. Dan berita buruknya, rumor itu tidak sepenuhnya salah. Aku memang membunuhnya. Aku membiarkannya mengemudi. Aku tidak datang menemuinya lebih awal. Aku gagal lagi, Alita.

Aku lalu mengambil pecahan beling yang aku dapatkan ketika aku menghancurkan kaca kamar mandi sekolah dan menggunakannya untuk menyayat pergelangan tanganku. Akan menyenangkan bertemu lagi denganmu Alita. Banyak yang belum aku sampaikan kepadamu, lebih banyak dari darah yang mengucur keluar dari pergelangan tanganku. Aku terduduk lemas di lantai kamar mandi dan semuanya menjadi gelap.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ilhan Nafienda Fadel
satu lagi, alita np pke acara bundir sgala hdhh
goodnovel comment avatar
Ilhan Nafienda Fadel
alita tsundere type
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status