Share

BAB 5 - MENYERAH

Author: Haniocta_
last update Last Updated: 2023-10-20 16:34:18

"Bangun sialan." Ervan menampar pipi Queenza dengan cukup keras. Tanpa rasa belas kasihan, ia kembali menjambak rambut Queenza dan menyeretnya ke luar dari kamar mandi itu. Ia lalu melemparkan tubuh Queenza ke atas ranjang.

"Pergi!" teriak Ervan pada wanita yang tadi sudah ia gagahi itu.

Wanita itu pun dengan cepat pergi dari sana meninggalkan Ervan yang tengah mengamuk bak kesetanan.

Ervan menatap tubuh Queenza yang tengah terkapar tak berdaya di atas kasur.

"Bangun!" Ervan menyiramkan air yang ada di gelas dekat nakas ke tubuh Queenza.

Namun, Queenza tak juga bangun.

"Ck, menyusahkan saja!" umpatnya sambil memungut kembali pakaiannya yang berserakan di lantai. Ia pun lalu duduk di sofa yang ada di kamar itu sambi terus menatap Queenza dengan tatapan yang sangat tajam.

Tak lama kemudian Queenza pun sadar.

Ervan yang melihat ada pergerakam di atas kasur segera bangkit dari duduknya.

"Akhirnya bangun juga." Ervan dengan cepat menarik tangan Queenza dan menyeretnya turun dari ranjang.

PLAAKK!

Ervan lagi-lagi menampar pipi Queenza dengan keras.

"Kamu dari mana aja seharian gak ada di rumah?" tanya Ervan dengan murka.

Queenza tak berani menjawab dan hanya menundukan kepalanya.

"Jawab!" teriak Ervan sambil memcengkran wajah Queenza.

"A-aku dari klinik Mas!" jawabnya dengan jujur.

Ervan tersenyum miring. Ia menatap Queenza dengan tatapan meremehkan.

"Habis ngapain kamu di sana?"

"Pe-periksa kandungan Mas!" balas Queenza lagi dengan takut.

BUKK!

Ervan memukul perut Queenza sampai Queenza terhuyung ke belakang dan jatuh ke atas lantai.

"Sialan! Dasar jalang. Siapa yang mengizinkan kamu buat periksa kandungan! Sudah ku bilang untuk musnahkan anak itu. Kenapa kamu gak nurut? Oh ... atau jangan-jangan kamu berharap dengan adanya bayi yang ada di dalam perut sialanmu itu, aku akan luluh dan melunak padamu? Begitu?" ucap Ervan sarkas.

Belum Queenza menjawab, Ervan sudah lebih dulu melanjutkan ucapannya.

"Jangan harap dan jangan pernah bermimpi. Karena sampai kapanpun, kamu gak akan pernah bisa menggantikan Alya di dalam hatiku. Hanya Alya yang ada di dalam hatiku. Tak akan ada yang mampu menggantikannya." Ervan tertawa sinis pada Queenza dan dengan cepat ia mendorong tubuh Queenza sampai ia terlentang.

Ervan bersiap menginjak perut Queenza namun dengan cepat Queenza menghindar.

"Mas! Tolong ... aku mohon, jangan suruh aku untuk menggugurkan anak ini. Aku mohon sama kamu Mas." Queenza memeluk kaki Ervan.

Ervan dengan kasar menendang Queenza yang berada di kakinya. Ia lalu berjongkok dan mencengkram wajah Queenza.

"Jadi kamu mau mempertahankan bayi ini," ucapnya dengan sinis.

Queenza dengan cepat menganggukan kepalanya. Ia lalu tersenyum ke arah Ervan. Karena ia pikir Ervan akan mengabulkan permintaannya.

Namun, senyuman Queenza luntur kala Ervan dengan brutal memukuli tubuh Queenza.

Queenza dengan sekuat tenaga mencoba menahan rasa sakit itu dan ia terus melindungi perutnya dengan kedua tangannya. Karena sedari tadi Ervan terus menendang perutnya.

"Mas! Stop Mas. Aku mohon berhenti, tolong jangan sakiti anakku. Tolong!" pinta Queenza dengan lirih.

"Aku gak akan biarkan anak itu lahir dari rahimmu!" ujar Ervan sambil terus menendang perut Queenza.

"Mas, bunuh aku saja sekalian Mas! Jangan hanya membunuh anakku! Bunuh aku Mas. Bunuh!" teriaknya sambil terus mencoba melindungi perutnya.

Ervan menghentikan siksaannya. Kemudian ia berjongkok di depan Queenza yang sudah tak berdaya.

"Kamu barusan minta apa? Minta aku bunuh? Kamu mau mati? Jangan harap aku akan membiarkanmu mati! Kamu tidak boleh mati tanpa seizinku! Ingat. Jantung yang ada di dalam tubuhmu itu adalah jantungnya Alya. Dan kamu gak bisa semudah itu mati. Karena jantung Alya harus tetap berdetak di tubuhmu yang menjijikan ini,"

Queenza menatap tajam Ervan.

"Kamu hanya butuh jantung ini kan?" Queenza menunjuk ke arah dadanya, "silakan kamu ambil jantung ini dari tubuhku Mas! Ambil! Aku gak butuh jantung ini. Lebih baik aku mati daripada harus hidup dengan monster sepertimu!" teriak Queenza yang sudah tak tahan lagi dengan sikap Ervan yang kasar.

PLAAKK!

lagi dan lagi, Ervan menampar pipi Queenza hingga sudut bibir Queenza mengeluarkan darah.

"Kamu mau mati? Tapi aku tak akan membiarkanmu mati semudah itu! Kamu harus merasakan apa yang aku rasakan karena sudah kehilangan Alya,"

"Alya meninggal karena kecelakan! Bukan aku yang membunuhnya," teriak Queenza dengan air mata yang tumpah di pipinya.

"Kamu yang sudah membunuh Alyaku! Kalau saja dia tak pergi menemuimu. Sudah pasti Alyaku sekarang masih hidup dan kita akan hidup bahagia bersama!" ucap Ervan dengan senyum yang menyeramkan di wajahnya.

"Itu bukan salahku!"

"Diam!" teriak Ervan dengan mata yang memerah menatap Queenza.

"Kamu yang sudah membunuh Alyaku, jadi aku tak akan pernah membiarkanmu hidup bahagia dan kamu gak akan bisa mati dengan mudah tanpa seizinku. Dan ingat, jika kamu berani macam-macam, aku gak akan segan-segan menghabisi nyawa ibu dan adikmu." Ervan lantas berdiri dan pergi meninggalkan Queenza sendiri di dalam kamar itu.

AAARRRGGGHHH!

Teriak Queenza yang sudah tak kuat lagi menahan semua penderitaan ini. Ia hanya mampu berteriak dan menangis histeris di dalam kamar itu.

Queenza bangun dari duduknya dan berjalan keluar dari kamar itu. Dengan langkah yang terseok-seok ia menyeret kakinya ke arah dapur.

Tiba di dapur Queenza dengan cepat mencari sesuatu. Ia mengobrak abrik dapur itu, dan sepertinya ia tak menemukan barang yang ia cari. Ia pun kemudian menyeret langkah kakinya ke arah gudang. Ia tersenyum kala melihat apa yang ia cari ada di sana. Dengan cepat ia membawa barang yang ia butuhkan itu.

Dengan langkah yang tertatih ia terus menyeret kakinya kembali ke arah kamar. Sampai di dalam kamar, Queenza melihat sekeliling kamar. Ia tersenyum kala ia melihat teralis jendela. Dengan cepat ia mengikatkan tali tambang plastik yang sudah ia bawa tadi dari gudang.

Sambil berderai air mata. Queenza terus mengikatkan simpul tali itu dengan kuat.

"Maafkan aku bu, maafkan kakak, Syifa. Karena kakak sudah tak bisa lagi melindungimu dan ibu! Tolong jaga ibu, Syifa. Maafkan kakak. Maafkan Queen bu." Queenza menggengam erat tali yang sudah ia simpul. Dengan mata yang tertutup ia bersiap memasukan tali itu pada lehernya.

"Maafkan aku Tuhan! Tolong maafkan aku. Aku sudah tak kuat lagi dengan semua penderitaan ini!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Cilvia Loving
sesak x rasanya membaca ini, sumpah 🥹
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dosa Terindah Bersama Kakak Ipar (Cinta Yang Semu)   BAB 130 - BERTAHAN ATAU MENYERAH?

    Lama Dimas menunggu, sampai akhirnya pintu ruangan itu terbuka dan munculah dokter Manda. Ia pun segera bangkit dari duduknya dan bergegas menghampiri dokter."Dok bagaimana keadaan istri dan anak saya? Mereka berdua selamatkan? Mereka baik-baik saja kan Dok?" tanya Dimas."Sebelumnya saya ucapkan selamat ya Pak, anak Bapak lahir dengan selamat. Namun harus di inkubator karena anak Bapak lahir prematur, dan untuk istri Bapak ...." Dokter Manda menjeda ucapannya lalu menatap sedih Dimas."Istri saya kenapa Dok? Dia baik-baik saja kan?" tanya Dimas dengan panik dan khawatir.Dokter Manda menghela napasnya sebelum ia melanjutkan ucapannya. "Beruntungnya Bu Queenza bisa bertahan dan selamat, hanya saja sekarang dia perlu pengawasan ketat karena tadi beliau sempat pendarahan hebat. Dan kita akan terus memantaunya."Dimas hanya bisa terdiam mendengar ucapan dokter. Tak lama kemudian Queenza pun dipindahkan ke ruang perawatan."Mas," panggil Queenza dengan suara yang sangat lirih saat ia su

  • Dosa Terindah Bersama Kakak Ipar (Cinta Yang Semu)   BAB 129 - KETEGANGAN

    Sepanjang perjalanan pulang Dimas hanya diam melamun sembari menatap kosong jalanan yang mereka lewati, dia sengaja memanggil Alvin untuk menjemput mereka karena ia tidak ada tenaga untuk menyetir saking syoknya menerima kabar dari dokter yang menangangi Queenza."Mas," panggil Queenza.Dimas tidak menyahut dan masih diam saja. Ia tersadar dari lamunanya saat Queenza menggenggam erat tangannya. Dan dengan cepat ia pun menoleh ke arah sang istri."Kamu kenapa diam saja dari tadi, Mas? Apa ada seuatu yang menggangu pikiran kamu? Atau aku ada salah sama kamu?" tanya Queenza yang heran melihat Dimas diam saja sedari tadi.Dimas hanya menggelengkan kepalanya, "Pasti sudah terjadi sesuatu ya saat aku pergi tadi?" tanya Queenza lagi yang curiga dengan itu. Karena Dimas diam terus semenjak ia pergi ke toilet.Dimas lagi-lagi hanya menggelengkan kepalanya, ia melepaskan genggaman tangan Queenza dan kembali menatap ke arah jendela.Queenza menghela napasnya dengan panjang. Ia pun tak bertanya l

  • Dosa Terindah Bersama Kakak Ipar (Cinta Yang Semu)   BAB 128 - TERUNGKAP

    Dua minggu yang lalu kandungan Queenza genap berusia tujuh bulan. Dan sejak dua minggu yang lalu kondisi Queenza semakin hari semakin lemah. Bahkan untuk berjalan sejauh lima meter saja dirinya tidak mampu.Karena Queenza yang sudah bertekad akan mempertahankan janinnya meski nyawa taruhannya. Demi kebahagiaan Dimas, Queenza akan melakukan apa saja, termasuk jika dirinya harus mengorbankan nyawa demi mempertahankan anak mereka. Dan menahan semua rasa sakit yang ia rasa selama ini.Bagi Queenza, kebahagiaannya adalah melihat Dimas bahagia. Dan kebahagiaan suaminya terletak pada janin di perutnya.Semakin tua usia kandungannya, dokter menyarankan Queenza untuk lebih sering melakukan check up. Untuk memastikan sang ibu dan janinnya baik-baik saja, dokter menyarankan Queenza untuk melakukan check up setiap satu minggu sekali sejak usia kandungannya memasuki lima bulan. Jadi sejak dua bulan yang lalu dirinya hampir setiap minggu datang ke rumah sakitDan untuk menghindari kecurigaan Dimas,

  • Dosa Terindah Bersama Kakak Ipar (Cinta Yang Semu)   BAB 127 - KEPUTUSAN QUEENZA

    Queenza menatap sang adik dan menggelengkan kepalanya. Ia sangat berharap jika Syifa tidak memberitahukan tentang kondisinya pada Dimas. "Dokter bilang apa? Queenza harus apa?" tanya Dimas, ia sangat penasaran dengan ucapan Syifa yang menggantung. "Harus bed rest, dia gak boleh kelelahan dan gak boleh mengerjakan pekerjaan yang berat, dan Mas juga jangan pernah ninggalin Mbak Queenz sendiri di rumah. Kalau memang tidak ada yang bisa menjaga Mbak Queen, Mas bisa hubungi aku mulai sekarang," ucap Syifa panjang lebar. Ia mengurungkan niatnya untuk memberitahu Dimas saat ia melihat wajah Queenza yang terlihat memohon kepadanya. Tapi, ia akan tetap memberitahu Dimas jika Queenza tak juga memberitahu.Dimas tersenyum pada Syifa."Kamu tenang aja, Mas gak akan biarin Mbak kamu turun dari atas ranjang, dia akan terus istirahat di tempat tidur sampai melahirkan," sahut Dimas.Queenza dan Syifa membelalakan matanya saat mendengar ucapan Dimas."Terus, kalau Mbak Queen gak boleh turun dari ranj

  • Dosa Terindah Bersama Kakak Ipar (Cinta Yang Semu)   BAB 126 - DILEMA

    Queenza kini sudah tiba di rumah setelah dokter memberinya izin untuk pulang.Syifa membaringkan Queenza di kasur lalu setelahnya ia menyuruh Queenza untuk istirahat. "Mbak, aku hubungi mas Dimas aja ya, biar dia pulang," bujuk Syifa karena sedari tadi Queenza tidak memperbolehkan Syifa menghubungi Dimas."Gak usah, dia bentar lagi juga pulang. Mbak gak mau ganggu pekerjaannya," sahut Queenza.Syifa pun menganggukan kepalanya, ia tidak ingin memaksa lagi dan akan mencoba menghargai keputusan kakaknya."Ya udah, Mbak istirahat aja ya. Nanti kalau ada apa-apa hubungi aku atau teriak. Ini ponsel Mbak aku simpan di sini ya biar Mbak gak susah menggapainya dan pintu gak akan aku tutup biar kalau ada apa-apa Mbak bisa teriak," ucap Syifa panjang lebar.Queenza yang memang sudah lemas dan mengantuk pun tak menjawab dan hanya menganggukan krpalanya dengan lemah.Syifa tersenyum kecil saat melihat Queenza tertidur, ia pun membenarkan selimut Queenza dan setelahny

  • Dosa Terindah Bersama Kakak Ipar (Cinta Yang Semu)   BAB 125 - COBAAN YANG BERAT

    Empat tahun pun telah berlalu sejak kejadian itu. Syifa baru saja pulang dari luar negeri setelah lama ia tak pulang-pulang."Surprise, Happy anniversary ya Mbak," ucap Syifa yang baru saja tiba di rumah Queenza. "Gak kerasa pernikahan kalian sudah berusia empat tahun saja. Semoga rumah tangga kalian selalu diselimuti kebahagiaan dan segera beri aku keponakan yang lucu ya Mbak."Queenza tersenyum kecil menanggapi doa sang adik. Ia juga sangat berharap kehadiran seorang anak, namun nyatanya selama empat tahun menikah dengan Dimas ia sama sekali belum merasakan garis dua lagi, setiap kali ia periksa pasti gagal dan itu membuatnya kecewa."Kamu datang-datang udah bikin heboh saja," ucap Queenza sambil merentangkan kedua tangannya menyambut sang adik. Ia sangat merindukan Syifa yang sudah lama tak ia jumpai.Syifa mendekat dan langsung memeluk Queenza. Ia kini sudah bahagia dengan kehidupannya dan berusaha untuk melupakan cintanya kepada Alvin dan sudah mengikhlaskan Alvin untuk Mia. "Kam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status