*Warning* Banyak adegan kekerasan fisik dan mental. Harap bijak dalam membaca. Queenza Mikayla Anya. Nama yang indah bukan? Namun, kehidupannya tak seindah namanya. Ia harus bertahan dengan pernikahan yang didasari balas budi. Queenza yang dulu sangat ceria berubah 180 derajat saat ia sudah menikah. Hidupnya kacau dan hari-harinya penuh luka fisik maupun mental! Kehidupannya lebih kacau dan membawanya dalam dilema besar, saat ia yang secara tidak sengaja bermalam dengan kakak iparnya. Namun dari malam panas yang memabukan itu, mulai tumbuh benih-benih cinta diantara Queenza dan sang kakak ipar. Akankah Queenza terus bertahan dalam pernikahan yang menyakitkan ini? Atau ia akan menyerah dan memilih kakak iparnya yang selalu ada disaat ia terpuruk dan kesakitan? Entahlah! Hanya dia dan Tuhan yang tau. Yang penasaran dengan pilihan Queenza. Kuy ikuti terus ceritanya di "Dosa Terindah Bersama Kakak Ipar (Cinta Yang Semu). *Happy Reading semua*
View More"Mas, aku hamil!" ucap Queenza pada sang suami, dengan tangan yang bergetar ia menyodorkan sebuah testpack pada suaminya.
Ervan yang tengah asik bermain game mendongakkan kepalanya. Ia menatap Queenza dan juga testpack itu secara bergantian. Ia lalu berdiri dan mendekati Queenza.PLAAKK!Ervan menampar keras pipi Queenza sampai Queenza terhuyung dan jatuh ke atas lantai.Queenza terduduk di lantai sambil memegangi pipinya yang berdenyut. Ia sekuat tenaga menahan tangisnya. Hati Queenza sakit teramat sakit. Karena bukan senyuman bahagia dan pelukan hangat yang ia dapatkan dari sang suami, akan tetapi tamparan keraslah yang ia terima."Sial! Kenapa kamu bisa hamil? Kamu itu bodoh atau bagaimana sih! Aku kan sudah beberapa kali bilang, pakai alat kontrasepsi! Kenapa kamu gak nurut? Atau ini memang rencana kamu? Kamu pikir dengan kamu hamil, aku akan mencintai kamu? Jangan mimpi! Sampai kapanpun aku gak akan pernah mencintai kamu. Ngerti!" ucapnya dengan sinis. Ia lalu pergi begitu saja dari kamar itu.Saat Ervan melewati Queenza yang masih terduduk, bukannya membantu Queenza untuk berdiri ia malah menendang tubuh Queenza agar tak menghalangi jalannya."Mas! Kamu mau ke mana? Ini sudah malam!" seru Queenza saat ia melihat suaminya yang hendak membuka pintu.Ervan menoleh dan tersenyum menyeringai, "Bukan urusanmu aku mau pergi ke mana. Yang perlu kamu urus sekarang adalah janin yang ada di dalam perut sialanmu itu! Lebih baik kau musnahkan bayi itu! Aku gak sudi memiliki keturunan darimu!" ujarnya sarkas sambil pergi melangkah dan membanting pintu dengan keras.Queenza menangis tersedu-sedu. Ia tidak menyangka kehidupannya akan berubah drastis seperti ini. Ia pikir ia akan hidup bahagia bersama Ervan, walaupun mereka menikah karena terpaksa dan tak saling mencintai, ia pikir mungkin dengan kehadiran bayi ini, Ervan akan berubah. Namun, nyatanya tidak. Ervan masih tak peduli padanya dan menganggap dia hanya hewan peliharaan. Bahkan hewan peliharaan saja masih lebih mulia dibanding dia.Queenza memegangi perutnya. Ia berjanji tak akan menggugurkan bayi yang kini tengah tumbuh di dalam rahimnya. Ia akan mempertahankan bayi itu bagaimanapun caranya. Apapun yang terjadi, ia akan melindungi bayinya.Keesokan harinya.Queenza yang merasa tak enak badan tidak langsung bangun dan masih meringkuk dibalik selimut. Karena pusing dan mual yang ia rasakan membuat ia menjadi lemas dan tak bertenaga.Beruntungnya Ervan semalam tak pulang jadi Queenza bisa beristirahat sejenak sebelum melakukan aktivitasnya seperti biasa. Namun, ketenangan yang Queenza baru rasakan sejenak, harus sirna kala ia mendengar suara pintu yang dibuka dengan kasar. Ia tau siapa itu, tapi ia enggan untuk bangun karena tubuhnya yang terasa lemas.Queenza terkejut saat Ervan menarik tangannya dengan kasar dan menyeretnya ke dalam kamar mandi.Setelah sampai di kamar mandi, Ervan mengisi bathtub dengan air dingin. Saat bathtub itu sudah terisi penuh Ervan menjambak rambut Queenza dan melelepkan kepala Queenza ke dalam bathtub itu. "Bangun sialan! Dasar pemalas.""A-ampun Mas! Ampun!" Dengan napas yang memburu ia berucap saat Ervan melepaskan kepalanya dari air. Ia meraup oksigen sedalam-dalamnya.Ervan tak berucap apa-apa lagi dan pergi keluar dari kamar mandi begitu saja.Queenza bergegas mandi dan berganti pakaian, ia tak ingin membuat kesalahan lagi dengan membuat Ervan menunggunya untuk sarapan.**Queenza yang tengah asyik memasak dikejutkan dengan suara seseorang dari arah belakangnya."Tumben kamu baru masak jam segini?" tanya orang itu sambil membuka pintu kulkas. Ia lantas membawa sebotol air mineral dari dalam kulkas itu."Ah ... i-iya, ta-tadi saya bangunnya kesiangan," ucap Queenza dengan terbata. Ia merasakan gugup dan juga canggung dengan kakak iparnya ini."Kenapa kamu selalu gugup seperti ini? Bukannya kita sudah sepakat untuk melupakan kejadian itu," bisiknya tepat di telinga Queenza.Queenza tersentak dan jantungnya berdetak dengan cepat kala ia mengigat kembali kejadian beberapa minggu yang lalu.Queenza yang hendak tertidur namun urung saat seseorang masuk ke dalam kamarnya. Ia pikir itu Ervan sang suami dan ia pun membiarkannya saja.Queenza memutuskan untuk menutup kembali matanya. Tapi ia terkejut saat sebuah tangan kekar melingkar di perutnya dan dengan nakalnya tangan itu bergeliara di dadanya.Queenza yang tengah membelakangi orang itu pun berpikir, jika itu adalah suaminya dan membiarkannya saja. Ia dengan cepat mematikan lampu tidurnya karena tak ingin sampai sang suami mengamuk karena tak dimatikan lampunya saat mereka akan bercinta.Ervan memang sering kali marah jika mereka akan melakukan hubungan suami istri dengan lampu yang terang. Dan selalu menginginkan kamar gelap gulita. Karena Ervan selalu berucap tak ingin melihat wajah Queenza yang menjijikan menurut Ervan.Tangan yang semula hanya bergeliara di dada Queenza kini turun ke bawah.Kecupan-kecupan nakal Queenza rasakan di lehernya. Ia merasa senang dan menikmatinya."Mas, Kamu abis minum ya?" tanya Queenza saat orang itu sudah melepaskan pagutan bibir mereka."Hmm!"Tak lama kemudian lelaki itu segera melepaskan baju Quenza dengan perlahan. Ia menciumi seluruh tubuh Queenza.Queenza yang terlena dengan cumbuan itu hanya menggeram nikmat. Ia merasakan keanehan dengan suaminya ini. Namun ia tak ingin memikirkannya, karena ia sudah terlena dengan cumbuan-cumbuan yang memabukan dari lelaki yang kini tengah berada di atas tubuhnya.Saat kejantanan sang lelaki itu menghujam milik Queenza. Queenza sempat mengerang kesakitan karena merasakan sesak di bawah sana."Mas ... Ahh sa-kit!" ucap Queenza saat senjata lelaki itu terus menghujam milik Queenza.Lelaki itu memelankan temponya dan dengan segera melumat kembali bibir Queenza yang sedari tadi tak bisa diam.Queenza mengernyitkan keningnya. lagi-lagi ia merasa aneh dengan lelaki yang kini ada di atasnya ini. Tak biasanya suaminya ini mendengarkan rintihannya. Dan membuat ia rileks serta membuat ia menikmati permainan mereka.Biasanya Ervan selalu mementingkan kepuasannya sendiri, tapi kali ini suaminya itu mendengarkannya.Tapi lagi-lagi Queenza mengenyahkan pikiran itu karena saking nikmatnya permainan mereka.Tiba puncaknya mereka berdua pun mencapai klimaks bersama.Setelahnya lelaki itupun turun dari atas tubuh Queenza dan berbaring di sisi Queenza.Queenza hendak menyalakan lampu tidur. Namun tangannya segera ditarik oleh lelaki itu dan membawa Queenza dalam dekapannya yang hangat.Queenza yang baru pertama kali merasakan dekapan hangat sang suami pun urung untuk menyalakan lampu dan memilih menikmati malam yang indah ini.Pagi harinya.Queenza yang masih merasa nyaman dengan dekapan sang suami enggan untuk bangun. Ia pun semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang itu. Akan tetapi indra penciumannya yang tajam mengedus bau parfum yang berbeda dari tubuh yang kini tengah ia peluk itu."Apa Mas Ervan ganti parfum? Wangi banget deh, meskipun semalam sudah berkeringat," gumam Queenza sambil terkekeh pelan. Ia terus mendusel-duselkan hidungnya di dada bidang itu.Lelaki yang dipeluk Queenza merasa terusik, ia pun mengerjapkan-ngerjapkan matanya. Perlahan ia melihat sekelilingnya. Keningnya mengernyit kala ia melihat ruangan yang asing baginya. Dan saat ia hendak bangun. Ia terkejut melihat seorang wanita yang tengah memeluknya dan ia pun memeluk wanita itu."Kamu siapa?" tanya lelaki yang tengah Queenza peluk itu."Queenza yang tengah menikmati aroma tubuh lelaki itu pun mendongakan kepalanya. dan Ia sangat terkejut saat melihat siapa yang tengah ia peluk saat ini."Queenza,""Mas Dimas,"Ucap mereka berdua bersamaan. Mereka sama-sama terkejut dengan apa yang sudah terjadi.Queenza tak pernah menyangka jika yang semalam ia kira suaminya itu, ternyata kakak iparnya.Lamunan Queenza buyar saat ia mendengar bisikan seseorang di telinganya."Jangan kebanyakan ngelamun! Nanti masakannya gosong," bisik Dimas tepat di telinga Queenza. Ia pun pergi begitu saja meninggalkan dapur.Queenza menatap punggung Dimas yang mulai menjauh. Ia pun memegangi perutnya dan bergumam, "Apa jangan-jangan ....?"Lama Dimas menunggu, sampai akhirnya pintu ruangan itu terbuka dan munculah dokter Manda. Ia pun segera bangkit dari duduknya dan bergegas menghampiri dokter."Dok bagaimana keadaan istri dan anak saya? Mereka berdua selamatkan? Mereka baik-baik saja kan Dok?" tanya Dimas."Sebelumnya saya ucapkan selamat ya Pak, anak Bapak lahir dengan selamat. Namun harus di inkubator karena anak Bapak lahir prematur, dan untuk istri Bapak ...." Dokter Manda menjeda ucapannya lalu menatap sedih Dimas."Istri saya kenapa Dok? Dia baik-baik saja kan?" tanya Dimas dengan panik dan khawatir.Dokter Manda menghela napasnya sebelum ia melanjutkan ucapannya. "Beruntungnya Bu Queenza bisa bertahan dan selamat, hanya saja sekarang dia perlu pengawasan ketat karena tadi beliau sempat pendarahan hebat. Dan kita akan terus memantaunya."Dimas hanya bisa terdiam mendengar ucapan dokter. Tak lama kemudian Queenza pun dipindahkan ke ruang perawatan."Mas," panggil Queenza dengan suara yang sangat lirih saat ia su
Sepanjang perjalanan pulang Dimas hanya diam melamun sembari menatap kosong jalanan yang mereka lewati, dia sengaja memanggil Alvin untuk menjemput mereka karena ia tidak ada tenaga untuk menyetir saking syoknya menerima kabar dari dokter yang menangangi Queenza."Mas," panggil Queenza.Dimas tidak menyahut dan masih diam saja. Ia tersadar dari lamunanya saat Queenza menggenggam erat tangannya. Dan dengan cepat ia pun menoleh ke arah sang istri."Kamu kenapa diam saja dari tadi, Mas? Apa ada seuatu yang menggangu pikiran kamu? Atau aku ada salah sama kamu?" tanya Queenza yang heran melihat Dimas diam saja sedari tadi.Dimas hanya menggelengkan kepalanya, "Pasti sudah terjadi sesuatu ya saat aku pergi tadi?" tanya Queenza lagi yang curiga dengan itu. Karena Dimas diam terus semenjak ia pergi ke toilet.Dimas lagi-lagi hanya menggelengkan kepalanya, ia melepaskan genggaman tangan Queenza dan kembali menatap ke arah jendela.Queenza menghela napasnya dengan panjang. Ia pun tak bertanya l
Dua minggu yang lalu kandungan Queenza genap berusia tujuh bulan. Dan sejak dua minggu yang lalu kondisi Queenza semakin hari semakin lemah. Bahkan untuk berjalan sejauh lima meter saja dirinya tidak mampu.Karena Queenza yang sudah bertekad akan mempertahankan janinnya meski nyawa taruhannya. Demi kebahagiaan Dimas, Queenza akan melakukan apa saja, termasuk jika dirinya harus mengorbankan nyawa demi mempertahankan anak mereka. Dan menahan semua rasa sakit yang ia rasa selama ini.Bagi Queenza, kebahagiaannya adalah melihat Dimas bahagia. Dan kebahagiaan suaminya terletak pada janin di perutnya.Semakin tua usia kandungannya, dokter menyarankan Queenza untuk lebih sering melakukan check up. Untuk memastikan sang ibu dan janinnya baik-baik saja, dokter menyarankan Queenza untuk melakukan check up setiap satu minggu sekali sejak usia kandungannya memasuki lima bulan. Jadi sejak dua bulan yang lalu dirinya hampir setiap minggu datang ke rumah sakitDan untuk menghindari kecurigaan Dimas,
Queenza menatap sang adik dan menggelengkan kepalanya. Ia sangat berharap jika Syifa tidak memberitahukan tentang kondisinya pada Dimas. "Dokter bilang apa? Queenza harus apa?" tanya Dimas, ia sangat penasaran dengan ucapan Syifa yang menggantung. "Harus bed rest, dia gak boleh kelelahan dan gak boleh mengerjakan pekerjaan yang berat, dan Mas juga jangan pernah ninggalin Mbak Queenz sendiri di rumah. Kalau memang tidak ada yang bisa menjaga Mbak Queen, Mas bisa hubungi aku mulai sekarang," ucap Syifa panjang lebar. Ia mengurungkan niatnya untuk memberitahu Dimas saat ia melihat wajah Queenza yang terlihat memohon kepadanya. Tapi, ia akan tetap memberitahu Dimas jika Queenza tak juga memberitahu.Dimas tersenyum pada Syifa."Kamu tenang aja, Mas gak akan biarin Mbak kamu turun dari atas ranjang, dia akan terus istirahat di tempat tidur sampai melahirkan," sahut Dimas.Queenza dan Syifa membelalakan matanya saat mendengar ucapan Dimas."Terus, kalau Mbak Queen gak boleh turun dari ranj
Queenza kini sudah tiba di rumah setelah dokter memberinya izin untuk pulang.Syifa membaringkan Queenza di kasur lalu setelahnya ia menyuruh Queenza untuk istirahat. "Mbak, aku hubungi mas Dimas aja ya, biar dia pulang," bujuk Syifa karena sedari tadi Queenza tidak memperbolehkan Syifa menghubungi Dimas."Gak usah, dia bentar lagi juga pulang. Mbak gak mau ganggu pekerjaannya," sahut Queenza.Syifa pun menganggukan kepalanya, ia tidak ingin memaksa lagi dan akan mencoba menghargai keputusan kakaknya."Ya udah, Mbak istirahat aja ya. Nanti kalau ada apa-apa hubungi aku atau teriak. Ini ponsel Mbak aku simpan di sini ya biar Mbak gak susah menggapainya dan pintu gak akan aku tutup biar kalau ada apa-apa Mbak bisa teriak," ucap Syifa panjang lebar.Queenza yang memang sudah lemas dan mengantuk pun tak menjawab dan hanya menganggukan krpalanya dengan lemah.Syifa tersenyum kecil saat melihat Queenza tertidur, ia pun membenarkan selimut Queenza dan setelahny
Empat tahun pun telah berlalu sejak kejadian itu. Syifa baru saja pulang dari luar negeri setelah lama ia tak pulang-pulang."Surprise, Happy anniversary ya Mbak," ucap Syifa yang baru saja tiba di rumah Queenza. "Gak kerasa pernikahan kalian sudah berusia empat tahun saja. Semoga rumah tangga kalian selalu diselimuti kebahagiaan dan segera beri aku keponakan yang lucu ya Mbak."Queenza tersenyum kecil menanggapi doa sang adik. Ia juga sangat berharap kehadiran seorang anak, namun nyatanya selama empat tahun menikah dengan Dimas ia sama sekali belum merasakan garis dua lagi, setiap kali ia periksa pasti gagal dan itu membuatnya kecewa."Kamu datang-datang udah bikin heboh saja," ucap Queenza sambil merentangkan kedua tangannya menyambut sang adik. Ia sangat merindukan Syifa yang sudah lama tak ia jumpai.Syifa mendekat dan langsung memeluk Queenza. Ia kini sudah bahagia dengan kehidupannya dan berusaha untuk melupakan cintanya kepada Alvin dan sudah mengikhlaskan Alvin untuk Mia. "Kam
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments