Queenza hendak menjawab pertanyaan dari Dimas. Ia sudah berniat akan menceritakan semuanya pada Dimas dan berharap Dimas bisa membantunya lepas dari Ervan yang kejam. Namun saat yang bersamaan terdengar suara ketukan di pintu yang mengurungkan niat Queenza untuk bercerita.Queenza berniat bangun dari duduknya yang. Namun, Dimas menahannya. "Mau ke mana?" tanya Dimas."Itu ada yang ketuk pintu, gak mungkin kan kita terus duduk dengan posisi seperti ini." Queenza memberontak. Tapi Dimas malah melingkarkan tangannya di perut Queenza."Masuk," seru Dimas."Mas!" Queenza menoleh ke arah Dimas dan memukul lengan Dimas yang melingkar di perutnya.Namun Dimas tak bergeming. Dan malah menempelkan dagunya di bahu Queenza.Pintu pun terbuka dan menampilkan seorang lelaki tampan berpakaian rapi. Terlihat mimik wajahnya yang terkejut, namun, beberapa detik kemudaian wajah yang terkejut itu berubahtersenyum ke arah Dimas dan Queenza, lalu dia membungkukan tubuhnya sed
"Ma-maksud kamu apa Mas?" Queenza terkejut saat mendengar ucapan Dimas."Ya siapa tau aja kamu kesulitan buat mandi sendiri, kalau iya, aku bisa membantu," jawab Dimas.Queenza membelalakan matanya."Kamu jangan macam-macam ya Mas," ucap Queenza sambil menundukan kepalanya. Ia malu sendiri mendengar ucapan Dimas."Mau dibantu gak?" tanya Dimas lagi."Kamu apa-apaan sih Mas." Queenza membalikan tubuhnya dan bergegas ke kamar mandi.Queenza memegang dadanya yang berdebar. Ia tidak menyangka jika Dimas bisa berpikiran mesum seperti itu. Queenza tersenyum-senyum sendiri saat mengingat semua perlakuan Dimas terhadapnya.Sementara di luar kamar mandi. Dimas menatap heran pada Queenza yang sudah hilang dibalik pintu kamar mandi."Lha, emangnya kenapa. Aku kan cuma mau menawarinya bantuan. Siapa tau aja kan dia kesulitan buat mandi sendiri, aku bisa panggil suster buat bantu dia, dasar aneh. Wanita itu memang sulit buat dimengerti," gumam Dimas sambil ge
"Ini apa ya?" Queenza terus menatap sesuatu yang ada di bahunya. Ia pun mendekati cermin untuk melihat dengan jelas. Matanya terbelalak saat melihat bukan hanya satu tanda merah di bahunya tapi ada lebih dari satu."Apa ini ulah mas Dimas. Dasar cowok mesum. Gimana kalau sampai ketahuan sama mas Ervan. Wah bisa mati di gantung aku," gumam Queenza. Ia pun memutuskan untuk melanjutkan kembali mandinya. Ia akan memberikan perhitungan pada Dimas nanti.Sore harinya.Queenza tersenyum saat melihat jam di dinding. Dia yakin jika Dimas sebentar lagi akan datang ke sini. Karena tadi Dimas sudah berjanji akan datang jam empat sore. Ia pun dengan cepat melancarkan aksinya.**Dimas yang sudah selesai dengan pekerjaannya tak langsung pulang, ia meminta kepada Alvin untuk mengantarnya ke rumah sakit karena ia tadi sudah berjanjinpada Queenza akan menemuinya di sore hari.Di tengah perjalanan Dimas mengingat sesuatu dan langsung saja menanyakannya pada Alvin."Oh iya
Tiga hari kemudian.Queenza sudah diperbolehkan pilang dan kini Queenza sudah ada di dalam mobil untuk kembalinke rumah. "Kamu kenapa?" tanya Dimas saat melihat Queenza yang duduk dengan gelisah."Aku takut Mas," sahut Queenza sambil meremas kedua tangannya.Queenza kini mengganti panggilannya menjadi aku kamu saat bersama Dimas, karena semenjak kejadian tiga hari yang lalu, Queenza dan Dimas kini semakin dekat."Takut kenapa, hmm?" tanya Dimas sambil menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Queenza."Aku takut kalau mas Ervan marah. Aku udah tiga hari lebih gak ada di rumah," jawab Queenza.Dimas segera membawa tangan Queenza dan mengecupnya. "Kamu tenang aja, suami kamu itu gak ada di rumah.""Maksud kamu apa Mas?" tanya Queenza yang tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Dimas."Suami kamu itu sudah beberapa hari ini gak pulang ke rumah." Dimas lalu membawa Queenza ke dalam kepannya. Ia ingin menenangkan Queenza yang ketakutan.Queenza
Queenza yang panik dengan cepat mendorong tubuh Dimas dengan cukup kuat.Dimas yang terkejut menatap Queenza. "Kenapa? Sakit?" tanya Dimas.Queenza menggelengkan kepalanya."I-itu ada mas Ervan, dia udah pulang Mas." Queenza dengan cepat beranjak dari atas kasur dan memungut semua bajunya yang berserakan di lantai. Ia dengan cepat memakai kembali pakaiannya dengan terburu-buru. Lalu ia merapikan rambutnya yang berantakan.Queenza pergi dari kamar Dimas setelah ia memeriksa keadaan di luar yang sepi dan tak tampak sang suami. Ia pun dengan cepat berjalan ke arah taman belakang.Dimas yang ditinggal sendiri oleh Queenza hanya diam tertegun. Ia tidak menyangka akan ditinggalkan dalam keadaan yang tanggung seperti ini. Ia pun merutuki adik tirinya itu dalam hati."Ck, terpaksa harus bermain solo," ucapnya sambil melenggang ke arah kamar mandi. Queenza menghela napas lega saat sang suami tak terlihat di area taman belakang. Ia dengan cepat mengambil
"Mas lepas ih," ucap Queenza saat Dimas tak juga beranjak dari atas tubuhnya."Bentar, tanggung ini," jawab Dimas sambil terus melanjutkan aktifitasnya."Tapi itu ...." "Kamu tenang aja, pintunya udah aku kunci tadi, jadi suami kamu gak akan bisa masuk," Mereka berdua pun melanjutkan pergulatan panas mereka yang belum usai dan tak menghiraukan teriakan Ervan. Hingga tiba puncaknya mereka berdua mencapai klimaks bersama. Queenza dengan cepat mengenakan kembali pakaiannya dan merapikan penampilannya yang berantakan. Dengan pura-pura mwngucek matanya Queenza membuka pintu dan segera keluar dari kamar.Baru saja Queenza menutup pintu kamarnya, Ervan langsung menjambak rambut Queenza."Kamu ngapain di dalam? Kenapa lama banget buka pintunya. Hah?" tanya Ervan sambil terus menjambak rambut Queenza."Ma-maaf Mas, tadi aku sudah tidur dan gak dengar panggilan kamu," sahut Queenza sambil menahan perih di kepalanya karena jambakan Ervan yang sangat kuat.
Pagi-pagi sekali Queenza sudah sibuk di dapur. Ia ingin memasak makanan kasukaannya Dimas. Ia tengah asyik mencuci semua bahan yang akan ia gunakan, hingga tiba-tiba ia dikejutkan dengan seseorang yang memeluknya dari belakang. Ia pun tersenyum karena sudah tau lengan siapa yang melingkar di perutnya."Pagi," bisik Dimas di telinga Queenza."Pagi juga Mas, kok udah bagung jam segini? Ini masih pagi lho Mas." Queenza menoleh sekilas ke arah Dimas."Habisnya gak ada kamu di sampingku, jadinya aku kedinginan deh," jawab Dimas dengan manja."Ya ampun, aku gak nyangka ternyata Mas Dimas itu jago juga menggombal," sahut Queenza sambil terkekeh pelan."He'em. Mungkin karena udah beberapa hari ini aku tidur selalu memeluk guling hidup, jadi kalau gak ada kamu, rasanya gimana gitu," balas Dimas."Alah alasan! Perasaan kemarin-kemarin juga kamu tidur sendiri gak masalah tuh, kenapa sekarang jadi manja?" ledek Queenza."Entahlah," jawab Dimas singkat."Makanya c
"Ada apa ini?" teriak Ervan yang baru saja tiba di dapur dan berdiri di samping Queenza.Asti berdiri dan langsung memeluk Ervan."Sayang, dia mau melecehkan aku," tunjuk Asti pada Dimas. "Dia tadi peluk-peluk aku dan memaksa menciumku, bahkan tadi dia sudah meremas payudaraku," adunya pada Ervan.Dimas menyunggingkan bibirnya, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. 'Dasar wanita ular," batinnya ia lalu menatap ke arah Queenza yang tengah menatapnya dengan tatapan yang sendu."Brengsek!" Ervan berjalan dengan cepat ke arah Dimas dan melayangkan tinjunya ke wajah Dimas hingga Dimas jatuh tersengkur."Mas, stop!" teriak Queenza saat melihat Dimas dan Ervan saling baku hantam. Ia lalu berlari untuk melerai kedua lelaki yang tengah berkelahi itu. "Hei kamu, bantu lerai mereka. Malah diam aja di sana," panggil Queenza pada Asti. "Gak mau, kenapa mesti dipisah. Biarin aja Ervan kasih pelajaran sama lelaki mesum itu," jawab Asti yang masih diam di t