Share

Bab 05

Author: Lavendulaaa
last update Last Updated: 2025-10-15 21:48:28

Latihan dengan jadwal yang baru membuat Naya masih berada di lapangan kampus saat hari minggu seperti ini. Naya mengambil minumnya saat dia diganti dengan temannya. Dia menghabiskan minumnya dan duduk di tepi lapangan.

Ardi melihat Naya yang mengatur napasnya. Naya duduk memperhatikan teman-temannya yang sedang bermain. Dia menyemangati teman-temannya. Teriakan Naya berhenti saat Ardi tiba-tiba menaruh air mineral di pangkuannya.

“Minum aja lagi.” Ardi mengatakannya pelan dan meninggalkan Naya yang masih duduk tertegun.

Naya menerimanya dan minum lagi karena dahaganya masih terasa. Ardi tersenyum samar melihat Naya minum air yang dia berikan. Ardi pun kembali fokus pada permainan para mahasiswanya yang sedang berlatih. 

Naya sangat menyadari apa yang dilakukan Ardi selama ini padanya. Pria itu terlihat sangat memperhatikan dirinya. Naya yang tidak pernah mendapatkan perhatian penuh dari seorang ayah, jadi merasa bahagia dengan perhatian Ardi, meski hanya hal kecil seperti memberinya minum seperti ini. Naya tersenyum melihat pria gagah yang tidak jauh darinya itu sedang fokus melihat permainan basket dari para mahasiswanya. 

Setelah latihan selesai, Ardi memanggil Naya dan meminta gadis itu untuk menunggunya sebelum pulang. Naya pun hanya mengangguk dan menunggu Ardi di tepi lapangan. Dia hanya melambaikan tangan saat teman-temannya satu persatu pamit untuk pulang terlebih dahulu. 

Naya menendang angin dan menunggu Ardi kembali. Tidak lama setelah itu, Ardi kembali dan berdiri di depannya. Pria itu mengambil tasnya dan menatap Naya yang mendongakkan wajahnya. 

“Kamu capek nggak, Nay?” tanya Ardi pada gadis yang menatapnya itu.

“Capek sih, Pak. Kan latihan hari ini lama banget, Pak. Udah mau turnamen juga kan, Pak, jadi agak berat latihannya.” Naya menjawab dengan jujur tanpa menyembunyikan rasa lelahnya pada Ardi. Entah apa yang membuat Naya selalu jujur akan perasaannya yang biasanya dia sembunyikan pada pria yang saat ini tersenyum padanya.

“Ikut saya, yuk! Saya mau ajak kamu ke satu tempat.” Ardi mengajak Naya untuk pergi bersama dengannya. 

“Ke mana, Pak?” Naya menatap heran Ardi yang ada di depannya. 

“Sudah, nanti juga kamu tahu, Nay. Mau nggak?” Ardi menunggu jawaban dari Naya. Gadis itu menganggukkan kepalanya membuat Ardi segera mengajaknya untuk masuk ke mobilnya yang terparkir tidak jauh dari lapangan. 

“Nggak papa nih, Pak?” Naya menanyakannya pada Ardi karena pria itu berjalan terlebih dahulu di depannya. 

“Nggak papa, Nay. Kan saya yang ajak kamu, Nay. Masuk aja dulu ke mobil saya, Nay.” Ardi membalikkan badannya dan menyuruh Naya untuk masuk terlebih dahulu ke kursi penumpang, sebelum dirinya masuk ke kursi pengemudi. 

Naya menganggukkan kepalanya dan segera melakukan apa yang diminta oleh Ardi. Setelah melihat Naya menutup pintu kursi penumpang, Ardi langsung masuk melalui pintu sebelah Naya. Dia melihat Naya mulai memasang seat belt-nya. 

Ardi mulai menghidupkan mobilnya dan menjalankannya ke arah di mana dirinya akan mengajak Naya. Gadis itu memperhatikan jalan dan sangat percaya pada Ardi yang fokus mengendarai mobilnya. Sesekali Naya tersenyum menatap luar kaca yang menampilkan banyak orang berlalu-lalang. 

“Kalau bosan, kamu bisa menyalakan audionya, Nay.” Ardi mengatakannya dengan lembut dan menoleh ke arah Naya sebentar sebelum kembali fokus ke jalan. 

“Iya, Pak. Saya hidupkan, ya. Sekalian sambil merhatiin jalan, Pak.” Naya menghidupkan audio di mobil Ardi dan menyambungkannya ke ponselnya. Ardi hanya mengangguk dan membiarkan Naya mencari lagu yang ingin dia dengarkan. 

Lagu lawas dari Last Child terdengar. Lagu berjudul “Diary Depresiku” itu terputar dan Naya menatap ke luar jendela. Ardi melirik Naya yang menikmati lagu yang mungkin memang menggambarkan perasaannya yang sering merasa sendirian. Pria itu menghela napas perlahan dan fokus ke jalan. Dia membiarkan Naya tenggelam akan perasaannya sendiri dulu. 

Tidak lama setelah itu, saat lagu berakhir bertepatan dengan Ardi menghentikan mobilnya di sebuah lapangan yang dipenuhi pohon yang rindang. Naya mengerutkan dahi melihat pria yang keluar terlebih dahulu itu. Pria itu berdiri memasukkan tangannya di saku dan menunggu Naya. 

Naya keluar dan membenarkan rambutnya. Gadis itu membawa tasnya di bahu dan berdiri tidak jauh dari bumper mobil. Dia melihat Ardi yang perlahan membalikkan badannya. 

“Kita ngapain di sini, Pak?” tanya Naya yang bingung akan ajakan Ardi kali ini.

“Ikuti langkah saya, ya, Nay.” Ardi mengunci mobilnya dan berjalan terlebih dahulu menjauh dari mobil. Naya sedikit berlari mengejar langkah Ardi yang memang lebar. Dia mencoba menyetarakan langkahnya dengan Ardi.

“Woaaah!” Naya terpesona begitu melihat apa yang ada di depannya setelah Ardi menghentikan langkahnya. Terlihat danau buatan yang ada di dekat lapangan itu. 

“Di sini tenang sekali, Nay. Kamu bisa melampiaskan masalahmu di sini, kalau kamu mau ke sini, kamu bisa bilang ke saya. Saya akan temani kamu di sini, Nay.” Kata-kata Ardi benar-benar masuk ke hati Naya kali ini. Tanpa sadar gadis itu memeluk kepala sekolahnya dan mengucap terima kasih atas perhatian pria itu padanya. 

“Ah, maaf, Pak. Saya terlalu berlebihan.” Naya melepaskan pelukan itu seketika setelah sadar.

“Santai, Nay. Saya tahu apa yang kamu rasakan. Nikmati di sini, kalau kamu mau cerita di sini juga, saya akan mendengarkan kamu, Nay.” Ardi menjauhkan sedikit tubuhnya menghargai Naya yang mundur dan menjaga jarak dengannya. Naya hanya menganggukkan kepalanya dan sedikit bercerita.

***

Matahari semakin tinggi di atas kepala. Naya pun telah menguap. Melihat hal itu, Ardi pun mengajak Naya untuk segera pergi dari pinggir danau tersebut. Naya diminta untuk berjalan di depan karena matanya yang mengantuk membuat Ardi khawatir gadis itu terjatuh. 

Benar saja apa yang dikhawatirkan Ardi, gadis itu hampir saja tengkurap di tanah karena tersandung batu di depannya. Dengan cepat, tangan Ardi menarik tas Naya dan tanpa sengaja membawa gadis itu dalam pelukannya. Seketika waktu terasa berhenti sejenak dan Naya dapat mendengar deru napas Ardi beserta dengan degup jantung pria itu. 

Ardi mulai menjauhkan tubuhnya dan masih memegang bahu Naya yang mematung dalam pelukannya. “Kamu nggak papa ‘kan, Nay?” tanya Ardi yang terlihat sangat khawatir. Naya menganggukkan kepalanya, tetapi tidak menjauhkan tubuhnya dari Ardi. “Kamu sungguh nggak papa ‘kan, Nay?” Ardi memastikan kembali. 

“Nggak papa, Pak. Cuma kaget aja, terima kasih sudah menyelamatkan saya dari ciuman mesra dengan tanah.” Naya tersenyum dan membuat Ardi hanya menggelengkan kepalanya. 

“Makanya, kalau jalan dipakai juga matanya, selain pakai kaki aja, Nay. Kamu jatuh, luka, tim saya juga yang susah buat cari pengganti kamu nanti.” Ardi menanggapi kata-kata Naya. 

“Iya, juga sih, tapi kan kalau saya jauh. Bibir saya juga dapat ciuman mesra dari tanah yang bahkan saya nggak tahu sebelumnya ada bekas apa di sana, Pak. Jadi, rugi juga saya.” Naya menggaruk kepala bagian belakangnya. 

“Kalau dapat ciuman dari saya, Nay?”

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dosa Terlarang Bersama Pelatih   Bab 05

    Latihan dengan jadwal yang baru membuat Naya masih berada di lapangan kampus saat hari minggu seperti ini. Naya mengambil minumnya saat dia diganti dengan temannya. Dia menghabiskan minumnya dan duduk di tepi lapangan.Ardi melihat Naya yang mengatur napasnya. Naya duduk memperhatikan teman-temannya yang sedang bermain. Dia menyemangati teman-temannya. Teriakan Naya berhenti saat Ardi tiba-tiba menaruh air mineral di pangkuannya.“Minum aja lagi.” Ardi mengatakannya pelan dan meninggalkan Naya yang masih duduk tertegun.Naya menerimanya dan minum lagi karena dahaganya masih terasa. Ardi tersenyum samar melihat Naya minum air yang dia berikan. Ardi pun kembali fokus pada permainan para mahasiswanya yang sedang berlatih. Naya sangat menyadari apa yang dilakukan Ardi selama ini padanya. Pria itu terlihat sangat memperhatikan dirinya. Naya yang tidak pernah mendapatkan perhatian penuh dari seorang ayah, jadi merasa bahagia dengan perhatian Ardi, meski hanya hal kecil seperti memberinya m

  • Dosa Terlarang Bersama Pelatih   Bab 04

    Kedekatan antara Naya dan Ardi semakin terlihat saat Naya terpilih menjadi ketua UKM basket. Bahkan Naya mulai terlihat dekat dengan banyak orang lain. Seperti saat ini, Naya duduk bersama dengan Ardi dan wakil ketua UKM basket, Rangga Baskhara yang sedang membicarakan persiapan untuk pertandingan selanjutnya antar sekolah. Naya mendengarkan Rangga yang membicarakan keinginan para cowok yang sangat ingin bertanding dan mencoba di pertandingan dengan tingkat yang lebih luas. Ardi yang mendengar hal itu. Ambisi mereka untuk berkembang memang patut diacungi jempol, tapi Ardi perlu waktu untuk melihat kemampuan mereka. “Kita pasti bisa kok, Pak. Rangga dan anak-anak yang lain, pasti bisa memberikan yang terbaik untuk nama baik kampus, meski tidak menang, tapi tidak akan kalah dengan cara yang buruk, Pak.” Naya mendukung keinginan teman-temannya. “Oke, tapi kalian juga harus bertanggungjawab dengan pilihan kalian. Kalian harus latihan lebih keras untuk membuktikan kekuatan kalian. Bisa

  • Dosa Terlarang Bersama Pelatih   Bab 03

    Setelah melihat Naya bisa sangat terpuruk, Ardi jadi lebih memperhatikan permainan Naya di setiap latihan. Bahkan dia juga tidak jarang mengajak Naya berbicara setelah latihan untuk menyadarkan anak itu, bahwa banyak yang sangat memperhatikannya. Seperti hari ini, Naya masih duduk di tepi lapangan saat Ardi melarangnya pulang terlebih dahulu.Naya hanya menunggu Ardi menyuruh beberapa anak cowok untuk mengembalikan bola ke ruang olahraga. Gadis itu duduk dan menendang angin menunggu Ardi kembali. Tidak lama setelah itu Ardi kembali bersama dengan anak-anak yang membantunya. Setelah anak-anak itu pamit pulang, Ardi berdiri di depan Naya yang langsung mendongak menatap pelatihnya itu. “Saya suka permainan kamu hari ini, Nay. Kamu jauh lebih baik dari sebelumnya.” Ardi memuji permainan Naya. “Tapi saya tidak mencetak poin sama sekali, Pak. Selalu gagal saat mencetak poin karena—”“Itu bukan karena kamu berantakan, tapi karena kalian semua permainannya bagus dan benar-benar all out untu

  • Dosa Terlarang Bersama Pelatih   Bab 02

    Matahari mulai berpindah ke ufuk barat, membuat semburat senja yang sangat memanjakan mata untuk melihatnya. Naya turun dari ojek online dan masuk kembali ke rumahnya. Dia melihat mobil yang akhir-akhir ini sudah jarang dilihat jam segini di rumah. Naya melanjutkan langkahnya dan bertepatan dengan seorang wanita yang keluar dari dapur. “Kamu sudah pulang, Nay?” tanya wanita itu.“Sudah, Ma. Mama kok tumben sudah pulang, Ma? Nggak terlalu sibuk?” balas Naya.“Nggak, Nay. Mama besok harus ke luar kota, kamu nggak papa sama Bi Ida di rumah? Papa masih belum pulang soalnya, Nay.” Mama Naya menanyakan kesediaan anaknya. “Nggak papa, Ma. Orang biasanya juga lebih sering sama Bi Ida daripada sama Mama atau Papa. Mama jaga kesehatan aja, Ma.” Naya menatap mamanya tanpa ekspresi. “Naya ke kamar dulu, Ma. See you,” lanjut Naya yang langsung melangkahkan kaki ke kamarnya. Di kamarnya, Naya hanya menaruh tas ke meja belajar dan menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Dia menatap langit-langit kamar yan

  • Dosa Terlarang Bersama Pelatih   Bab 01

    Pertandingan basket sedang berlangsung. Waktu terus bergulir dan di waktu terakhir, Naya mengangkat kedua tangannya memberi kode kepada temannya. Naya menerima bola tersebut dan memantau sekelilingnya. Naya melempar bola ke ring dan berusaha membuat poin di akhir pertandingan. “Three point!” Suara dari para penonton dan sebuah peluit berbunyi pertanda akhirnya pertandingan. Naya berlari berpelukan bersama dengan teman-temannya yang merayakan di tengah lapangan. Saat berpindah ke tepi lapangan, Naya bersalaman juga dengan kepala sekolah yang juga pembina ekstrakurikuler basket. “Selamat Naya, kamu menyelamat kita dari ketertinggalan poin, bahkan memberikan lebih dua poin. Saya hanya berharap seri aja tadi, karena kalian sudah kelelahan di lapangan tadi.” Pria itu menepuk bahu Naya dan mengucapkan selamat pada gadis yang berhasil mencetak tiga poin di ujung pertandingan. “Terima kasih, Pak Ardi. Itu juga karena Bapak yang melatih kami dengan sabar dan selalu menyemangati kami,” ba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status