Share

Bab 8

Sejujurnya, mimpi pun aku tak pernah membayangkan akan mendapat yang lebih baik dari yang aku duga. Apalagi, disaat aku hanya menghabiskan waktu untuk bersantai-santai menikmati hasil jerih payahku. Pak Ardi justru memberikan privilage lebih atas proyek kerjasama yang kita sepakati bersama. 

Beliau yang berusia nyaris empat puluh tahun akan memberikan satu unit apartemen di dekat menara Jaff Corporations. Dengan dalih agar bisa mempersingkat waktu kunjungan kerja ke gedung itu. 

Secara terikat, aku memang diharuskan datang ke perusahaan itu untuk membicarakan isi naskah cerita tanpa jadwal yang pasti. Aku hanya perlu menunggu kabar dari pihak yang bersangkutan untuk datang ke perusahaan tersebut. Termasuk hari ini.

Aku mengenakan gaun baru lengan pendek berwarna biru langit, roknya mengembang lebar sampai di setengah betis. Sebagai pelengkap kunjungan kerja formal, aku juga menggunakan blazer berwarna biru dongker dan menggunakan sepatu sneaker berwarna putih agar terkesan santai dan nyaman.

Wajahku, kubedaki tipis-tipis. Bibirku, aku beri gincu berwarna merah Fruit Punch. Aku juga menyemprotkan parfum sebagai finishing make-up ini sebelum beranjak untuk menerima telepon. 

"Ya, sebentar lagi saya keluar!" kataku sambil mematut diri di cermin. Panggilan terputus, aku memasukkan ponselku ke dalam tas kerja seraya memeriksa seluruh isinya. 

Aku mengulum senyum, ku lihat lagi wajahku di cermin sebelum keluar dari kost ini. Mungkin sebentar lagi kamar berukuran 3x3meter ini akan menjadi kenangan karena aku bakal pindah ke apartemen. 

"Sudah dari tadi, Pak?" tanyaku sopan sambil menyunggingkan senyum. Sopir kantor yang diminta pak Ardi untuk menjemputku hanya mengangguk kecil, ia membuka pintu penumpang seraya memintaku untuk masuk.

"Terimakasih." ucapku sambil tersenyum kaku. Aneh, pikirku, pria paruh baya ini tampak tidak ramah. Tidak seperti bosnya. 

Mobil melesat dengan kecepatan sedang menuju gedung Jaff Corporations. Selama perjalanan menuju ke sana hanya keheningan yang menguar. 

Aku tidak pandai bersilat lidah, apalagi penampilan pria paruh baya ini juga menakutkan. Kepala plontos, rahang keras, kulit sawo matang nyaris gelap, lengan kekar, dan berengosnya tebal, belum gelang rantai yang melekat di pergelangan tangannya. Mirip preman-preman di sinetron.

Kalau di lihat-lihat, aku justru mirip dengan wanita korban penculikan. Takut dan terintimidasi olehnya. 

Mobil berhenti di depan lobi gedung bertingkat banyak. Aku yang sudah mendapat kabar dari pak Ardi jika pertemuan di lakukan di ruang meeting langsung keluar dari mobil.

Aku masuk ke dalam gedung, suasana masih ramai karena ini masih jam kerja. Matahari pun sedang merekah sempurna menyebarkan kehangatan alamiah di atas bumi khatulistiwa.

Aku masuk ke dalam lift berbarengan dengan seorang wanita anggun berhijab dengan pakaian serba branded. Dari caranya berdirinya saja sudah cukup menegaskan bahwa ia wanita terhormat, kaya raya. 

Aku tersenyum ramah ketika wanita inipun juga tersenyum manis kepadaku.

"Karyawan baru kak?" 

Sumpah, demi apapun! Suaranya lembut banget. Lebih lembut dari

Fiona Cairns Royal Cake dalam imajinasiku. 

Aku menyunggingkan senyum. "Bukan karyawan baru, kak! Hanya ada projects kerjasama dengan Jaff Corporations. JaffFilm!" 

Wanita ini mengangguk sambil tersenyum lembut. "Penulis atau---"

Bunyi lift terbuka, wanita itu tersenyum ramah seraya pergi. 

"Benar-benar bidadari surga!" pujiku sekaligus iri melihatnya. Andai, bisa aku ulang kembali putaran takdir hidupku, aku mau menjadi gadis pemeluk surga. Sayang, semua sudah terusap dan menghilang. 

Ketika tiba di lantai sebelas, seorang karyawan yang berjaga tak jauh di ambang pintu ruang meeting mempersilahkan aku masuk. 

Aku melihat ruangan ini begitu mewah, seperti slogan Jaff Corporations yang terpasang di area lobi gedung perusahaan ini. 

Luxurious and Wild. Namun kata 'Wild' belum aku temukan arti sesungguhnya.

"Selamat pagi, Anne! Welcome back." sapa Pak Ardi ramah. Mungkin perangainya memang begitu. Mungkin--- aku juga enggan mengenalnya terlalu dalam, sebab aku takut tenggelam dalam harapan.

Aku mengangguk sopan seraya duduk setelah di persilahkan oleh pak Ardi. Bahkan ia juga sudah menyiapkan minuman untuk semua orang yang mengikuti meeting hari ini. 

Aku gerogi, aku belum terbiasa duduk di antara manusia-manusia berdasi dengan otak cemerlang. Sementara aku disini tuh hanya aji mumpung.

"Santai, Anne! Kita hanya akan membahas tentang bagian-bagian cerita mana yang akan di ubah atau diperbaiki. Kamu siap dengan itu?" Pak Ardi mengembangkan senyum santainya. 

Wait! Aku membasahi bibirku sebelum memperbaiki posisi dudukku. 

"Maksudnya bapak, nanti ada sesi revisi naskah cerita sebelum pembicaraan dengan JaffFilm?" 

Pak Ardi mengangguk tegas. Aku mendesah lelah. Merevisi naskah cerita itu sama saja mengubah dari banyaknya alur cerita, menjadi cerita baru lagi. Entah itu ada pemangkasan konflik atau apapun itulah yang harus di pikirkan lagi. 

"Tenang, Anne! Kamu hanya perlu berdiskusi dengan tim JaffFilm yang ikut meeting hari ini. Bisa dibicarakan sambil ngopi-ngopi bareng biar santai." 

Pak Ardi mengulum senyum, aku mengangguk kecil. "Baiklah, saya sudah menjadi anak buah bapak! Jadi bagaimana pun saya ngikut aja." kataku pasrah. Kalau tidak, bisa-bisa uang yang sudah aku gunakan untuk santai-santai kemarin diambil lagi, dan dibatalkan oleh perusahaan ini.  

"Jadi, mau kapan pindah ke apartemenmu? Ini privilege yang bisa kamu dapatkan dengan percuma karena kamu termasuk person in charge!"

Pak Ardi mengetuk-ngetuk meja dengan jari jemarinya, aku gelisah. Setiap ketukan itu mengingat aku bahwa orang di depanku ini sedang berpikir dan menilai.

"Secepatnya, Pak! Kalau bisa setelah meeting selesai." jawabku lugas. 

"Good!" Pak Ardi menepuk bahuku dan meremasnya sebentar sebelum tersenyum lebar. "Nanti saya antar." 

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Widya Hakim
ko gw mendadak jadi takut ya dari sikapnya pak Ardi terus sampe meremas pundaknya Anna, nyerempet ² gmn gitu ...
goodnovel comment avatar
Dian Susantie
gercep amat pak..
goodnovel comment avatar
Yuni Riana
Banyak misteri dengan Pak Ardi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status