Share

BAB 39

Author: Dentik
last update Last Updated: 2025-07-27 21:20:22

Victoria Donovan melangkah anggun di tengah kerumunan, gaun satin ungu tua yang dikenakannya berkilau di bawah cahaya chandelier ballroom. Wajahnya yang tak lagi muda tetap memancarkan aura elegan dan tajam. Ia tersenyum tipis saat langkah Leonard dan Nadine mendekat, tapi senyum itu lebih dingin daripada ramah.

“Leonard, sayang,” sapa Victoria dengan nada khas sosialita papan atas, mencium pipi anaknya pelan. Lalu, matanya beralih pada Nadine.

“Oh…” Ia menatap wanita muda di samping putranya dari ujung kepala hingga kaki. “Kamu Nadine itu, ya?”

Nadine menegakkan bahu, berusaha tegar meski jelas terasa sorot matanya tak menyukai kehadirannya. Ditambah pertemuan terakhir mereka masih membekas di kepalanya.

Leonard hendak membuka mulut, tapi Victoria lebih dulu bicara.

“Gaunmu sederhana sekali. Tapi kadang kesederhanaan memang bisa... terlihat manis.” Ia tersenyum, tapi matanya tajam. “Asal tahu tempatnya saja.”

Beberapa tamu yang berdiri tak jauh sempat menoleh. Nadine menunduk sediki
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 40

    Kehadiran Nadine bisa jadi ancaman untuk rival Leonard. Hal ini dikarenakan keeradaan wanita biasa seperti Nadine bagai dongeng cinderella. Simpati rakyat biasa jelas menggebu-gebu, apalagi politik yang dibalut dengan drama cinta sejati. Romansa manis di tengah panasnya politik negeri."Sial! 80% simpatik rakyat tertuju pada Leonard. Kalau begini aku bisa kalah!" gerutu Oscar- rival Leonard dalam Pilpres.Adrian yang duduk di hadapannya hanya bisa mengeratkan genggaman tangan pada celana. Tubuh pria itu trremor. Ia sendiri tak rela, hubungan Leonard dan Nadine semakin erat.Oscar berdiri dari kursinya dengan kasar, membuat kursi kulit mahalnya bergeser dan mengeluarkan suara seret yang tajam. Tangannya menepis tumpukan berkas di meja, membuat dokumen polling dan rencana strategi kampanye berserakan di lantai. Matanya menyala penuh amarah.“Bukan sekedar politik lagi,” gumam Oscar lirih, namun suaranya mengandung ancaman. “Ini soal narasi. Leonard menang mutlak dalam hal itu.”Adrian m

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 39

    Victoria Donovan melangkah anggun di tengah kerumunan, gaun satin ungu tua yang dikenakannya berkilau di bawah cahaya chandelier ballroom. Wajahnya yang tak lagi muda tetap memancarkan aura elegan dan tajam. Ia tersenyum tipis saat langkah Leonard dan Nadine mendekat, tapi senyum itu lebih dingin daripada ramah.“Leonard, sayang,” sapa Victoria dengan nada khas sosialita papan atas, mencium pipi anaknya pelan. Lalu, matanya beralih pada Nadine.“Oh…” Ia menatap wanita muda di samping putranya dari ujung kepala hingga kaki. “Kamu Nadine itu, ya?”Nadine menegakkan bahu, berusaha tegar meski jelas terasa sorot matanya tak menyukai kehadirannya. Ditambah pertemuan terakhir mereka masih membekas di kepalanya. Leonard hendak membuka mulut, tapi Victoria lebih dulu bicara.“Gaunmu sederhana sekali. Tapi kadang kesederhanaan memang bisa... terlihat manis.” Ia tersenyum, tapi matanya tajam. “Asal tahu tempatnya saja.”Beberapa tamu yang berdiri tak jauh sempat menoleh. Nadine menunduk sediki

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 38

    Bibir Leonard terangkat begitu pesan yang ia ketik terkirim. Hatinya terasa hangat, rasanya tak sabar ingin keluar dari ruang meeting.Namun tatapan puluhan pasang mata dari para pejabat tinggi yang duduk melingkar di ruangan itu membuatnya harus menahan diri. Ia menyandarkan punggung ke kursi kulit cokelatnya, lalu mengangkat dagu sedikit—mengembalikan aura otoritasnya sebagai Menteri Dalam Negeri Republik ini."Pak Leonard," suara Direktur Jenderal Otonomi Daerah memecah keheningan, "terkait data wilayah perbatasan Kalimantan Utara, ada inkonsistensi koordinat dan potensi celah hukum yang bisa dimanfaatkan pihak asing."Leonard mengangguk pelan, jemarinya mengetuk pelan meja bundar. "Saya ingin semua data lintas kementerian dikompilasi ulang. Termasuk laporan militer dari pertahanan, BPN, dan informasi dari BIN. Kita tidak bisa mengabaikan hal sekecil apa pun dalam wilayah perbatasan. Saya ulang: sekecil apa pun."Seseorang dari Kementerian Keuangan mengangkat tangan. “Kalau begitu,

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 37

    Alexander termenung di kursi goyangnya. Ia menyesap cerutu hingga asap mengebul pekat. Tangan kirinya sibuk mengetuk sadaran, dengan sorot tajam ke arah paludarium. Di dalam kepalanya berisi banyak hal, terutama putranya."Aku tidak menyangka dia sekeras kepala itu," gerutunya setelah menyembulkan asap ke udara. Wajahnya yang keriput dengan mata sayu, tak menurunkan vibes dark darinya. "Tidak ada cara lain. Aku harus menekan anak itu, sebelum terlambat."Pada saat itu terdengar ketukan heels di atas marmer. Wanita paro baya dengan dress merah ketat bahan beludru, membelai lembut dada suaminya. Lipstik merah menambah pancaran kecantikannya yang tak lekang oleh waktu."Sedang mikirin apa, Pa?" tanyanya lembut, sedikit berbisik di telinga Alexander."Seperti yang kamu duga." Pria itu menarik Victoria ke pangkuannya."Putra kita?" Senyum nakal tercetus dalam wajah ayu itu.Alexander hanya ber-hm. Rambutnya yang terdiri dari guratan putih, di sisir lembut oleh Victoria. "Bukankah dia m

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 36

    RUANG PERTEMUAN DONOVAN PRIVATE CLUBRuangan tempat Nadine dibawa tak ubahnya ruang interogasi, meski tak ada lampu gantung menyala di atas kepala atau cermin dua arah. Tapi hawa di dalamnya cukup untuk membuat siapa pun kehilangan kendali atas detak jantung.Lantai marmer mengilap, karpet mewah dari wol Turki, dan meja oval panjang dengan hanya tiga kursi. Dua kursi sudah terisi. Nadine menelan ludah saat matanya bertemu sosok di sisi kanan meja.Alexander Sinclair.Ayah kandung Leonard.Sosok yang hampir tak pernah muncul di hadapan publik, tetapi namanya berkumandang di koridor kekuasaan sebagai raja bisnis minyak, logam, dan ia adalah mantan perdana menteri. Sampai sekarang ia masih berjibaku di dunia politik bayangan. Wajahnya dingin, rahangnya tegas, dan sorot matanya menembus, seperti mampu membongkar isi pikiran Nadine tanpa perlu berkata apa pun.“Duduk,” ujar Victoria datar, tanpa memandang Nadine.Nadine menunduk, berjalan pelan, dan duduk di kursi yang tersedia. Kedua tang

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 35

    KEESOKAN PAGINYANadine duduk di sofa kamar hotel dengan tangan memegang secangkir teh hangat. Matanya masih mengantuk, rambutnya dikuncir rendah seadanya, dan ia masih mengenakan hoodie kebesaran milik hotel. Tapi meski tampak santai, pikirannya berkelana.Ketukan pelan di pintu membuatnya tersentak."Nadine? Ini aku."Suara Leonard.Nadine bangkit dan membuka pintu. Ia sedikit terkejut melihat Leonard telah berpakaian rapi dengan setelan jas abu gelap yang menegaskan aura karismatiknya. Dasi biru tua yang dipilihnya memberikan kesan tenang dan dapat dipercaya—penampilan seorang calon presiden yang sudah siap turun ke lapangan.“Pagi,” sapa Leonard, tersenyum kecil. Matanya menyapu penampilan Nadine sekilas. Tak ada kritik. Hanya... kehangatan.“Pagi,” balas Nadine, suara pelan.Leonard mengangkat kotak kecil dari tangannya. “Sarapan. Aku tahu kamu nggak suka makan pagi di restoran hotel karena terlalu ramai. Aku pesan khusus dari koki pribadi.”Nadine sempat menahan napas, lalu ters

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status