Sejak hari pernikahan itu, perubahan signifikan yang kini terjadi pada Alzena, wanita ceria yang kini menjadi lebih pendiam, yang biasanya senyuman selalu menjadi pemandangan indah diwajahnya, namun kali ini tidak, keceriaannya kini tak lagi terlihat di wajah wanita cantik itu.
Terkhusus dengan Emilio, ia hanya ingin mengeluarkan suaranya apa bila saat laki laki itu bertanya, jika tidak Alzena tak akan pernah mau berbasa basi atau bertanya tentang apa pun meski ia tak tahu.Hari ini Alzena menyusuri koridor kampus seorang diri, bibirnya yang melengkung menandakan sebuah kesedihan, rasanya tak ada lagi semangat yang akan ia dapat dalam aktifitasnya kali ini.Dulu ia yang selalu bahagia jika menginjakkan kaki ke gedung bertingkat ini, pasalnya ada Jody laki laki yang selalu memberinya semangat. Namun kali ini ia tak tau apa semangatnya akan datang bersama Jody lagi atau tidak?Bersama dengan Jody bukan lah waktu yang sebentar, dua tahun lamanya mereka berkomitmen agar saling setia dan selalu mencinta. Namun kali ini seketika janji itu tenggelam terbawa sebuah perjodohan.Alzena yang sudah tidak lagi jujur dan tidak lagi setia pada seorang laki laki bernama Jody tersebut, ia menutupi kenyataan dalam hidupnya, lantaran ia takut kehilangan.Cintanya pada Jody bisa terbilang besar, hingga sebuah batu karang yang menerjang pun ia masih tetap bertahan, meski ia tak tau apa yang terjadi nanti setelah Jody tau yang sebenarnya, jika Alzena Dinata sudah menikah dengan Emilio Cullen dosen di kampusnya.Beberapa saat kemudian."Kamu kenapa Zen? tumben diem, ngga biasanya kamu gini," tanya Riska sang sahabat yang tau bagaimana karakter Alzena selama ini.Menjawab pertanyaan itu Alzena hanya menggelengkan kepala, dan kembali menyeruput segelas jus yang sedari tadi hanya digenggam."Kamu lagi ada masalah ya? Zen, aku tau kamu, kamu yang biasanya ceria dan selalu tersenyum, kenapa sekarang tiba tiba berubah jadi pendiam?" tambah Riska dengan pandangan tajam memperhatikan wajah Alzena yang tanpa senyum.Mendengar dua pertanyaan dari Riska membuat Alzena menghela nafas, tampaknya sebuah beban berat kini memenuhi otaknya."Aku ngga tau harus gimana Ris," ucap Alzena membuka sebuah percakapan, yang membuat Riska mengerutkan dahi."Ngga tau harus gimana, maksudnya?""Dua hari yang lalu aku menikah Ris," jawab Alzena yang membuat Riska terbelalak.Tak percaya dengan sebuah pernyataan dari bibir Alzena, Riska yang hanya menggelengkan kepala karena berita mengejutkan yang baru saja ia dengar, pasalnya selama ini ia tak mendengar apapun soal rencana pernikahan yang dimaksud ini."Menikah? sama Jody?""Bukan.""Bukan, terus?""Aku ngga bisa jelasin tentang siapa laki laki itu, yang jelas aku sama sekali ngga mencintainya Ris, Aku menikah dengannya karena perjodohan dari ayah, kamu tau kan sejak dulu ayah ngga pernah suka sama Jody.""Terus sekarang kamu tinggal dimana? sama suami kamu?""Ya, aku tinggal berdua sama dia. Ris, aku mohon jaga rahasia ini ya, aku ngga mau Jody denger. Karena aku belum siap kehilangan dia Ris.""Terus gimana sama suami kamu Zen? apa dia ngga masalah kalau kamu masih punya hubungan sama Jody?""Pelan pelan aku pasti jelasin kok ke dia, dan cepat atau lambat aku juga pasti bilang tentang ini ke Jody, tapi ngga sekarang, kayanya ini belum waktunya.""Yaudah aku akan bantu kamu jaga rahasia ini, kamu yang sabar ya. Dan saranku, segera akhiri hubungan kamu dengan Jody, karena sebagai istri memiliki hubungan dengan laki laki lain itu ngga boleh Ris, kamu berdosa. Segeralah atur waktu dan berterus terang untuk semuanya," ucap Riska yang membuat Alzena kini mengangguk.Ditengah tengah percakapannya, Emilio yang tiba tiba datang membuat Alzena melebarkan mata."Zen, ini kunci rum..."Belum selesai Emilio berkata, Alzena yang dengan cepat meraih tangan Emil dan membawanya menjauh dari Riska.Ia tak ingin Riska tau yang sebenarnya, jika Emil adalah laki laki yang baru saja ia ceritakan pada Riska."Kenapa sih pak? saya ingetin ya, jangan pernah menyapa atau menegur saya di kampus, saya ngga mau semua tau kalau kita ada hubungan," ucap Alzena yang membuat Emilio mengerutkan dahi.Ucapan itu membuat Emilio seketika berfikir, sebenci inikah ia pada pernikahannya? hingga ia tak mau semua orang tau tentang pernikahan ini."Masalahnya apa?""Masalahnya saya takut kalau Jody tau soal ini, saya ngga mau dia marah sama saya. Saya tau pak saya salah, tapi untuk sekarang saya belum bisa jujur tentang hubungan kita ke Jody, karena saya belum siap kehilangan dia pak, saya harap bapak mengerti maksud saya. Tapi, bapak tenang aja cepat atau lambat saya akan jujur ke dia, tapi ngga sekarang," jawab Alzena yang membuat Emil kini memperhatikan wajahnya dengan tajam.Pandangan itu sedikit membuat Alzena bergidik ngeri, dengan tatapan yang seakan ingin menerkam mangsa dihadapannya.Cukup lama dalam tatapan penuh makna, Emil yang tak berkedip menatap wajah ayu berbulu mata lentik ini, pandangannya seperti seseorang yang sedang berbicara, berbicara dari hati namun tak sampai ke hati."Yasudah, saya cuma mau kasih ini. ini kunci rumah, karena saya nanti pulang terlambat, saya ada pertemuan dengan profesor Dirga," ucap Emil seraya memberikan sebuah kunci rumah pada Alzena.Dengan cepat Alzena pun menerimanya, dengan menghela nafas lega dan pandangan yang terus memastikan, jika tak ada seseorang pun yang melihatnya.Tak menunggu lama, Emil yang lalu pergi meninggalkan Alzena, langkah laki laki bertubuh atletis itu kini semakin menjauh. Sementara pandangan Alzena yang tak berkedip memperhatikannya."Aku kira dia bakal marah sama ucapanku tadi, tapi ternyata ngga," batinnya dengan pandangan sayu.Entah sebenarnya Emil mempunyai rasa bagaimana dengan Alzena, mengapa sebagai seorang suami ia tak marah sedikitpun, kala mendengar ucapan sang istri yang takut kehilangan laki laki lain yang bukan siapa siapanya?Sementara pernikahannya yang harus dirahasiakan entah sampai kapan. mungkin jika laki laki yang bersama Alzena saat ini bukanlah Emilio Cullen, ia akan marah dan menuntut Alzena untuk meninggalkan kekasihnya yang bernama Jody itu.Namun kali ini Emil adalah laki laki yang berbeda, Selain wajahnya yang tampan namun ternyata Emil juga laki laki yang sangat baik. Atau mungkin Emil menikahi Alzena juga hanya karena terpaksa ?Karena perjodohan itu, dua insan yang tak ingin bersatu dipaksa untuk bersatu. hingga mereka tak mengetahui perasaan masing masing dari pasangannya.Perasaan sayang atau cinta yang mereka miliki? mereka tak tau ada atau tidak, Namun yang mereka tau hanyalah takdirnya saat ini, takdir yang harus mengikuti keinginan dari kedua keluarganya.•••"Kamu atur saja semuanya, sementara ini jangan dulu menghubungi saya masalah pekerjaan, kirim kan saja melalui email tentang semua laporan masuk, dan kamu yang harus menangani. saya percaya dengan kamu Do.""Baik Tuan, terimakasih atas kepercayaannya. Kalau begitu saya mohon izin.""Silahkan."Sepenggal kalimat yang samar samar terdengar ditelinga Alzena. Wanita yang sedang bergelut dengan banyaknya tugas kuliah itu sedikit melirik pada arah sang suami yang sedang sibuk dengan ponselnya."Apa dia bicara dengan prof Dirga? Tapi kok beda.." batinnya kala memikirkan sebuah kalimat yang tak sengaja ia dengar itu.Tiba tiba..Dreet dreet!Sebuah panggilan masuk di ponsel Alzena. Sementara letak ponsel itu tak jauh dari pandangan Emil, yang dengan mudah dapat melirik dan melihat siapa seseorang yang sedang menghubungi istrinya tersebut?Jody, nama itu yang kini menari nari dilayar ponsel Alzena, membuat Emil terdiam dan kembali mengalihkan pandangannya."Zen, ada telfon masuk!" ucap Emil de
"Ris, aku keluar dulu ya," ucap Alzena pada Riska yang kini melirik keluar ruangan.Tampak Jody disana, yang sedang memperhatikan Alzena, melambaikan tangan dan meminta Alzena menemuinya."Sama Jody?" tanya Riska yang membuat Alzena mengangguk."Inget ya Zen, kamu udah punya suami.""Iya iya, aku inget kok."Kini Alzena pun beranjak, menghampiri Jody yang sedari tadi sudah menunggunya."Hay," sapa Jody yang lalu meraih tangan Alzena dan membawanya melangkah."Aku minta maaf ya Zen, karena udah bawa kamu ke tempat balap liar itu," ucap Jody yang membuat Alzena terdiam.Mendengar ucapan itu, membawanya ke malam dimana Surya marah besar padanya, sebuah amukan yang tak pernah terjadi, malam itu ia saksikan seorang diri. Hingga akhirnya memutuskan untuk mempercepat penikahannya dengan Emilio.Tak perlu waktu satu bulan lagi, dalam waktu satu malam seketika pernikahan pun terjadi. Mungkin akan terasa bahagia apa bila untuk pasangan yang saling mencinta, namun untuk Alzena justru malah kesed
"Apa kamu bilang? kamu ingin melamar Alzena? memangnya kamu belum tau kalau Alzena sudah menikah?"Terdengar ucapan itu yang membuat Jody terbelalak, bak sebuah kalimat yang sengaja disusun untuk membuat hatinya bergetar. bagai petir ditengah panas, yang terjadi bukan pada saatnya."Menikah? apa saya ngga salah denger om? sejak kapan? kenapa Alzena tak pernah berbicara apapun pada saya?""Sejak dua hari yang lalu, saya tidak tau apa alasan Zen tidak memberi tahu mu. dan sekarang kamu sudah tau kan? jadi saya harap mulai sekarang, kamu jangan lagi mendekati anak saya, karena dia sekarang sudah menjadi milik orang lain."Rasa hatinya kali ini benar benar tak terkondisikan. Terkejut, bingung, terluka semua tercampur menjadi satu, bak sayur gado gado yang diaduk berulang ulang, hancur.Ia tak menyangka jika hubungannya akan berakhir seperti ini, hubungan yang dibangun sedemikian rupa kini hancur seketika. Ini bukanlah mimpi yang ia bangun sejak awal, bukan pula cita cita yang ingin ia ga
"Maafin aku Jod!" ucap Alzena yang kini melangkah mendekati Jody disana.Tubuhnya seketika terasa kaku, saat ia melihat ternyata Jody yang benar benar terpukul dengan apa yang terjadi saat ini, karena pernikahannya malah justru membuat orang tersayangnya tersakiti."Kamu tega Zen."Terdengar ucapan itu dari seorang laki laki yang kini melangkah menjauh, membelakanginya dan enggan memperhatikan wajahnya.Hanya nafas yang kini tampak menjawab, sementara kata kata yang tak lagi dapat terucap karena mulut yang sudah tanpa suara, tertegun kaku menyaksikan kepahitan yang dirasa Jody."Kamu bilang hari itu adalah hari penikahan kakakmu, tapi nyatanya justru kamu yang menikah.""Sekali lagi aku minta maaf Jod, aku ngga bermaksud bohongin kamu.""Terus, apa maksudmu Zen? kamu bilang kamu tidak bohong? kamu salah Zen, bukan cuma bohong bahkan kamu juga mencampakkan aku begitu aja Zen, dan memilih menikah dengan laki laki lain. Siapa sih dia? dia orang kaya? atau lebih kaya dari keluargaku? jadi
Pagi yang cerah, matahari terbit dengan lincahnya, sinarnya yang seketika membuat suasana dingin menjadi hangat. Sehangat sikap Alzena pagi ini.Alzena yang sedang memperhatikan dirinya memalui sebuah cermin, untuk memastikan jika penampilannya sudah benar benar siap, siap melaju menuju sebuah kampus tercinta.Wanita cantik dengan mini dress berwarna cream, dan rambut panjang yang tergerai itu melengkungkan bibirnya, tanda bahagia. Entah apa maksud dari senyuman itu? hingga terus ia pandangi melalui cermin yang menampakan dirinya. Tingkahnya seperti ABG jatuh cinta, yang ingin terlihat sempurna dihadapan laki lakinya.Setelah penampilannya dianggap sudah lebih baik, dengan cepat Alzena pun meraih tas jinjingnya, sebelum akhirnya ia membuka pintu dan melangkah keluar ruangan. Namun langkahnya seketika terhenti, setelah ia melihat Emil dengan penampilan yang sudah rapi, yang juga keluar dari ruang kamarnya, yang terlihat sibuk dengan sebuah ponsel yang sedari tadi ia tempelkan ditelin
"Kamu kenapa?" tanya Riska pada Alzena, Setelah keluar dari ruangan Emil.Memperhatikan wanita itu berjalan dengan terus tersenyum, wajahnya berbinar dan pandangan matanya penuh kebahagian. Entah apa yang terjadi dengan Alzena saat ini, Riska bingung memperhatikannya, ia khawatir terjadi hal yang tak diinginkan pada sahabatnya itu."Kamu ngga lagi kesambet kan Zen?" tambah Riska dengan tatapan tajam memperhatikan wajah Alzena.Mendengar ucapan itu membuat ekspresi Alzena seketika berubah, ia baru mendengar jika Riska sedari tadi melontarkan pertanyaan untuknya. rupanya langkahnya sedari tadi tak ia sadari, akibat otak yang masih dipenuhi dengan panggilan sayang dari Emil."Yaampun, aku kenapa?" batin Alzena yang mulai memikirkan perasaan apa yang menghampirinya saat ini?Mengapa rasanya seperti jatuh cinta? panggilan sayang itu masih terngiang ngiang ditelinganya hingga saat ini, gambaran laki laki berwajah eksotis, dan tubuh atletis itu kian menari nari dipikirannya."Zen?" kembali
Dirumah Surya.Bibir wanita cantik itu tak berhenti tersenyum, kala ia pandangi Emilio Cullen yang tampak sangat akrab dengan Surya Dinata dan Aditya Dinata, Perbincangan yang terjadi diruang tamu rumah Surya ini benar benar membuat Alzena Dinata bahagia.Suasana hangat yang terjadi membuat hatinya luluh, dan akhirnya membentuk sebuah kalimat dalam hatinya, sebuah kalimat yang tersusun dari lubuk hatinya yang paling dalam."Ternyata dia memang laki laki yang baik," batinnya dengan pandangan yang terus tertuju pada ketiga laki laki disana.Ditengah tengah renungannya, tiba tiba terasa tangan meraih bahunya dengan lembut, hingga membuat Alzena seketika menolehkan wajahnya."Kak May," ucapnya setelah melihat wanita bertubuh tinggi itu yang kini ada dihadapannya."Kenapa ngga ikut gabung? ayo kesana," ajaknya yang juga mengarahkan pandangannya pada ketiga laki laki yang saat ini sedang berbincang bersama.Tampaknya terdapat sebuah tema yang tepat didalamnya, hingga membuat mereka tidak bo
Disebuah pusat perbelanjaan, kini Emil dan Alzena berada didalamnya, karena tak memiliki pembantu rumah tangga, hingga Alzena harus belanja sendiri, bukan hanya itu, bahkan membersihkan rumah dan memasak pun ia lakukan seorang diri. Bukan karena tak mampu membayar seseorang untuk membantu Alzena mengurus rumah, namun Alzena sendiri yang memintanya.Karena ia masih sanggup mengurus semuanya sendiri. Ia lebih memilih memasak dengan tangannya sendiri, untuk menyiapkan sarapan serta makan malam untuknya dan Emil, dan siang hari mereka akan makan diluar karena kesibukannya masing masing. Sementara untuk kebersihan lingkungan rumah, Alzena lebih mengisi waktu liburnya untuk membersihkan sekeliling rumah.Dari pada harus mengeluarkan uang lebih, dan dari pada ia tak beraktifitas apapun sepulang kuliah, dan saat libur kuliah, jadi mungkin lebih baik mengerjakan semuanya sendiri, selain mencari nilai plus dimata suami, tapi juga sebagai pengabdiannya untuk suami.Alzena terbilang istri yang