Share

Bab 5- Marah

Happy Reading Semuanya!

Sudah tiga hari semenjak kejadian dimana dirinya secara mendadak dilamar oleh Dosen Kampusnya, Eva tidak ingin bertemu dengan Zaidan. Sumpah demi apapun dirinya tidak ingin bertemu Zaidan meskipun harus merelakan nilai sempurnanya. Ia sudah tidak peduli ancaman nilai lainnya.

Tapi...

Sekarang adalah hari terakhir pengumpulan judul skripsi setelah diundur selama 2 hari dari waktu sebelumnya dan membuatnya mau tidak mau harus bertemu dengan Zaidan si Dosen dengan pikiran kotor. Persetan dengan segala persiapan pernikahannya.

Tok..

Tok..

Tok..

“Masuk!”

Tangan Eva membuka pintu ruangan Zaidan di depannya, sebenarnya ia tidak membuat janji seperti mahasiswi lainnya tapi sekarang ia mode kepepet dan membutuhkan Acc judul skripsinya oleh Zaidan agar dirinya masuk ke bab pertama.

“Maaf mengganggu waktunya Prof,”ucap Eva pelan.

“Kamu masih membutuhkan saya?”

Eva terdiam tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun. Tatapannya hanya mengerah pada Zaidan yang kini menutup semua aktivitas yang sedang dilakukannya. Tangan Eva meremas pelan kemeja yang dikenakan olehnya sekarang ini.

“Masih, tapi kalau Bapak berencana untuk memindahkan saya ke Dosen lain... Saya super duper enggak masalah dan malah bahagia. Karena tandanya saya enggak perlu ketemu sama Bapak lagi,” sahut Eva pelan.

Zaidan bersedekap memandang perempuan yang ada di depannya itu. Ia sudah melakukan hal lebih untuk kualifikasi agar dipercaya bisa menjadi Dosen Pembimbing perempuan yang ada di depannya.

“Saya masih marah dengan kamu, sudah bolos mata kuliah saya. Penyetoran judul skripsi kamu belum melakukannya, dan bermain kucing-kucingan dengan saya. Apakah sebegitu sulitnya sampai kamu melakukan ini?”

“Tapi...”

Iris mata elang Zaidan memperhatikan perempuan yang kini tampak menunduk menatap lantai yang ada di bawahnya itu.

“Bagaimana jika judul kamu enggak saya ACC? Apakah kamu bisa lulus tepat waktu? Kamu menikah dengan saya dan segalanya akan saya permudah,”Eva mencengkram erat kertas yang ada di tangannya.

“Saya mau lulus tepat waktu, tapi saya belum siap jika harus menikah dengan Bapak. Saya sudah stress dengan memikirkan judul skripsi dan saya juga belum siap jadi ibu rumah tangga karena saya belum mapan.”Perkataan dari Eva barusan membuat lelaki yang ada di depannya tidak mengeluarkan sepatah kata apapun.

Zaidan mengetuk meja di depannya, suasana ruangan itu mendadak menjadi dingin dan Eva sama sekali tidak bisa mengatakan apapun lagi. Ia sudah terlalu shock mendengar kalimat selanjutnya dari lelaki yang ada di depannya itu.

“Apakah saya pernah meminta kamu untuk menjadi calon istri saya dengan kriteria harus MAPAN? Saya enggak tertarik dengan hal yang seperti itu, saya menyukai kamu apa adanya dan diri kamu sekarang ini.”

Luluh dengan perkataan Zaidan? Tentu saja tidak. Kenapa ia harus luluh mendengar perkataan dari lelaki di hadapannya. Eva bukan perempuan yang seperti ada diluar sana, atau dirinya bukan rekan-rekannya yang mudah luluh begitu saja hanya karena rupawan dan perkataan manis dari Zaidan.

“Judul saya jadinya bagaimana?”tanya Eva mengalihkan pembicaraan.

Tangan Zaidan terulur dan mengambil kertas yang sedari tadi ada di tangan perempuan yang menjadi calon istrinya.

“Kamu harus mentraktir saya makan siang hari ini jika ingin saya setujui judul skripsi kamu,”

“Bapak palak mahasiswi sendiri?”tanya Eva

“Kalau begitu jangan harap saya ACC judul kamu,” sahut Zaidan.

Eva mempoutkan bibirnya mendengar perkataan dari lelaki yang ada di depannya itu, “Ya sudah, tapi saya yang menentukan tempat makannya. Bapak jangan khawatir makanannya pasti enak dan Bapak suka, meskipun bukan makanan bintang lima.”

Zaidan hanya mengangguk mengiyakan perkataan dari perempuan yang ada di depannya, ia memang marah karena Eva menghindarinya meskipun ia tahu kalau Eva pasti akan membutuhkan bantuan dari dirinya. Tatapannya mengarah pada kertas yang ada di depannya itu.

“So, what did you take for this thesis? Apa permasalahan yang kamu ambil?” tanya Zaidan.

“Euhm... jujur saja ini simple masalahnya. Seperti yang kita ketahui kalau peserta didik terkadang mengalami kesulitan dalam belajar dan sebagai tenaga pendidik juga membutuhkan inovasi terbaru dalam media pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi dan motivasi belajar peserta didik. Jadi, saya mengambil dengan tema pengembangan media pembelajaran digital menggunakan 3D.”

Zaidan mengangguk mendengar perkataan dari perempuan yang menjadi calon istrinya itu, “So, apa perbedaannya antara media pembelajaran sebelumnya? Bukankah sama saja?” Eva memperhatikan Zaidan yang ada di depannya itu.

“Euhm... seperti yang kita ketahui kalau peserta didik lebih banyak menggunakan buku sebagai media pembelajaran or maybe like PPT dan video yang berasal dari salah satu aplikasi. Jadi, saya berencana untuk membuat media dimana peserta didik juga bisa bermain dan belajar menjadi satu dan dalam inovasi terbaru menggunakan 3D animasi.”

“Good, kamu bisa mengajukan. Akan lebih bagus lagi jika kamu bekerja sama dengan tim DKV untuk membantu kamu menyelesaikan dan nanti saya bantu untuk bicara dengan mereka. Nice, kamu bisa mengembangkannya. Saya berharap kamu melakukan dengan bersungguh-sungguh, kalau kamu membutuhkan bantuan lain. Kamu bisa menghubungi saya,”Bibir Eva tersenyum manis, ia puas mendengar jawaban dari perempuan yang ada di depannya itu. Ia begitu puas.

“And kamu jangan merasa puas,” sambung Zaidan

Eva mempoutkan bibirnya mendengar perkataan dari lelaki yang ada di depannya, sepertinya memang Zaidan tidak pernah memberikan kesempatan untuk dirinya bahagia.

Zaidan yang melihat Eva tampak mempoutkan bibirnya kini bergerak untuk mengecup bibir perempuan yang ada di hadapannya. Mata Eva membulat dan memukul bahunya kasar. Tatapan mata Eva hanya bisa menatap tajam lelaki yang ada di depannya itu.

“Bibir kamu manis, saya tunggu kamu di parkiran mobil khusus dosen nanti siang dan jangan bolos mata kuliah saya lagi.”

Sumpah demi apapun Eva benar-benar membenci lelaki yang ada di depannya itu, tindakan dari zaidah yang benar-benar membuatnya murka.

“Bapak kenapa sih suka banget begitu, bibir saya ternodai dan itu yang membuat saya menjadi semakin membenci Bapak. Dasar dosen mes—”

Ucapan Eva terhenti saat ada seseorang yang masuk kedalam ruangan. Zaidan menutup mulut Eva menggunakan jari tangannya agar calon istrinya tidak banyak bicara.

“Maaf Pak Zaidan saya mengganggu, nanti siang akan ada rapat fakultas jam 2 nanti. Saya harap Bapak segera hadir,”

Zaidan mengangguk mengiyakan perkataan dari lelaki yang ada di depannya itu, ia hampir saja murka karena tidak mengucapkan salam dan mengganggu kemesraan dirinya dengan Eva.

“Kalau begitu saya juga harus pamit,”ucap Eva.

“Memang saya menyuruh kamu pergi? Saya belum selesai urusannya dengan kamu.” Eva menatap tajam lelaki yang ada di depannya.

Tangan Eva bersedekap memandang Zaidan yang kini mengusap pipinya. Entah apa yang dilakukan oleh Zaidan sekarang ini.

“Saya akan menunggu kamu di parkiran untuk makan siang dan kamu harus menepati janji untuk membayarkan makanan saya.”

Eva mendorong tubuh lelaki yang ada di depannya itu, ia benar-benar muak dengan Zaidan sekarang ini. Lihat saja, ia tidak akan menepati janji agar Zaidan membenci dirinya.

To be continued...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status