Share

Bab 6- Dasar Psikopat!

Happy Reading Semuanya!

Helaan napas terdengar begitu kasar sekarang ini. Pandangannya berdalih pada jam tangan yang dikenakannya saat ini, sudah menunjukkan pukul 13.00 siang dan sebentar lagi jam makan siang akan selesai. Bahkan ia harus rapat fakultas dengan Dosen lain. Zaidan terlalu bodoh mempercayai perkataan dari Eva yang tidak menempati janjinya.

“Pak Zaidan, Anda menunggu siapa? Bukankah sekarang ada rapat fakultas?”

Zaidan mengangguk mengiyakan perkataan dari lelaki yang ada di depannya, ia tidak bisa pergi. Bagaimana kalau ia pergi Eva menghampiri dan menunggu seperti dirinya sekarang ini. Mungkin saja Eva masih ada kelas dan akan berakhir sebentar lagi, tapi kalau dipikir lagi mana mungkin. Ini adalah dunia Kampus bukan anak sekolah.

“Iya, Pak. Saya hanya sedang menunggu seseorang,” Lelaki di depannya hanya mengangguk dan berpamitan pada lelaki yang kini sibuk dengan ponselnya. Memang sepertinya sibuk sekali lelaki yang ada di depannya itu, sama dengan gosip yang beredar.

“Eva, awas saja! Kamu enggak akan bisa lepas dari saya. Kamu melakukan ini maka saya akan melakukan juga,” gumam Zaidan sembari menghela napas pelan.

Eva tidak menempati janjinya akan menghabiskan waktu makan siang dengannya. Sumpah demi apapun Zaidan tidak akan mengampuni Eva.

Langkahnya berjalan menuju ruang kelas milik calon istrinya itu, berharap calon istrinya alias Eva sedang berkonsultasi tentang masalah skripsi ataupun yang lain. Ia berharap jika nanti bisa makan bersama atau mungkin bisa menghabiskan waktu malam bersama Eva nantinya.

“Permisi, apakah ada Eva?”

Mahasiswi yang ada di dalam ruangan tampak menggeleng, menandakan kalau mereka tidak tahu menahu tentang kehadiran Eva.

“Sepertinya Eva sudah pergi dengan temannya 25 menit yang lalu, kenapa ya Pak? Apakah Eva sudah ada janji dengan Bapak lalu dia lupa? Kebetulan kost temannya enggak jauh dari sini. Kalau mau nanti saya bantu susul Eva,”tawar perempuan dengan hijab bewarna hitam di sebelahnya itu.

“Enggak perlu, dia hanya lupa menaruh laporan jurnal rencana penelitian. Kalau begitu saya permisi,” pamit Zaidan.

Tangannya mengepal erat, bagaimana bisa ia dipermainkan oleh anak kecil seperti Eva. Awas saja! Eva tidak akan pernah bisa lepas dari jeratannya. Gagal sudah rencananya untuk makan siang bersama.

***

Perempuan yang sedang memakan makanan ringan sembari menonton drama Korea yang ada di depannya hanya menghela napas pelan. Perasaannya mendadak tidak enak, ia jadi memikirkan sesuatu. Apakah dosennya benar menunggu kehadiran dirinya di tempat yang seharusnya? Atau...

Tangannya mengintip jam tangan yang dikenakannya, ini sudah lewat dari jam makan siang. Mana mungkin Zaidan akan menunggunya. Benar, kan? Dugannya tidak pernah salah.

“Kenapa? Kenapa malah melamun?” tanya Caca.

“Mungkin enggak sih laki-laki bakalan tunggu?”tanya Eva.

“Siapa? Logan?” tanya Vivi.

Kepala Eva hanya menggeleng sembari mengedikkan bahunya, kalau dipikirpun sekali lagi. Mana mungkin orang sejenius Zaidan akan menunggu dirinya, itu benar. Ini sudah pasti, orang sejenius Zaidan mana mungkin akan menunggunya seperti orang bodoh. Toh, sekarang jam sudah lewat. Ia sudah seharusnya tidak memikirkannya.

“Ayo lanjut nonton,”ajak Eva.

Pandangannya berdalih pada ponselnya yang menampilkan nomor sang ayah disana, entah apalagi sekarang. Tidak bisakah ia bermain dengan tenang? Semenjak perjodohan konyol itu ia sama sekali tidak memiliki kehidupan yang tenang. Kata orang semester akhir sudah waktunya kita gila dan itu benar adanya. FAKTA.

"Kenapa? Ayah lo telfon enggak lo angkat?" tanya Vivi

Eva tersenyum, "Enggak perlu, paling ayah gue telfon gue... itu suruh kasih makan Bisnis," sahut Eva membuat Caca dan Vivi beradu tatapan.

"Bisnis?" bingung Caca

Bibir Eva hanya tersenyum canggung, "Ana kemana? Kok tiba-tiba hilang?" tanya Eva mencoba untuk mengalihkan perhatian dari rekan-rekannya itu.

"Dia? Ada janji temu sama kekasihnya. Sudah jangan dipikirkan lagi," Eva mengangguk dan berjalan menuju toilet kost milik rekannya itu.

Alis matanya menaik sebelah saat membaca pesan yang dikirimkan oleh ayahnya, ini bukan ketikan sang ayah. Entah ketika ayahnya marah atau tidak, ini ketikan orang lain yang sama sekali Eva tidak kenal.

"Wait... siapa yang kirim pesan ini?"

Tangannya sibuk menscroll pesan yang ada di atasnya untuk membandingkan, sumpah ini bukan ayahnya yang kirim pesan. Mulutnya terbuka lebar membaca setiap inci pesan yang dikirimkan oleh lelaki yang membuatnya hidup tidak tenang. Sial.

"Saya... akan... menunggu... kamu... pulang... dirumah... ARGH!!"

Eva menjerit, ia membenci membaca kelanjutan dari pesan yang dikirimkan oleh orang lain melalui ayahnya. Bagaimana bisa? Zaidan sekongkol dengan ayahnya untuk membuat dirinya tunduk? Zaidan sialan. Beraninya mengadu dengan ayahnya dan membuat dirinya sekarang harus pulang.

"Eva... lo kenapa?" tanya Vivi.

"Ada kecoa! Iya... ada kecoa!" teriak Eva mencoba meredamkan kekesalannya ini.

"Gue pikir lo kenapa! Cepat keluar biar gue semprot sama pembasmi serangga!"

Tangannya membuka pintu toilet dengan wajah lesu bahkan murung, andai pembasmi serangga ini bisa digunakan untuk mengusir Zaidan yang menyebalkan dimatanya. Pasti sudah dari kemarin ia mengusirnya.

"Lo kenapa huh?" tanya Caca.

"Gue mau nikah," ungkap Eva.

"Memang ada yang mau sama lo? Logan saja menggantungkan hubungan lo," sahut Vivi membuat Eva mendelik menatap tajam perempuan yang ada di sebelahnya itu. Memang sembarangan sekali rekannya itu berbicara. Memang dengan siapa perempuan itu bicara.

Dirinya mempunyai pesona yang enggak bisa ditolak, dan memiliki banyak incaran. Mustahil jika tidak ada yang ingin dengan dirinya. Hanya Logan saja yang gila dan tidak bersyukur karena sudah memiliki dirinya, makanya mencapakkan dirinya.

"Malah melamun! Lo kenapa? Kaya habis dikejar setan tahu enggak!" omel Caca.

"Gue harus balik sekarang, sepertinya ayah gue mau menghakimi gue. "

Rekannya hanya menatap sedih dirinya, memang sangat sulit sekali menjadi Eva yang memiliki banyak aturan di dalam rumahnya bahkan diusianya yang sudah menginjak 20 sekalipun. 

Bibir Eva cemberut saat langkahnya yang bersiap menuju halte untuk ia pulang terhadang oleh lelaki yang amat sangat menghindarinya. Zaidan memang pembohong kelas kakap, tadinya bilang sudah ada dirumahnya dan menunggu kehadiran dirinya bersama dengan sang ayah, lalu sekarang malah ada di depannya menatapnya lembut.

"Ayo masuk dan saya antar pulang ke rumah."

"Bisa enggak sih Pak..."

Eva mendadak ciut, ia tidak berani melanjutkan perkataannya saat tatapan Zaidan seakan mengintimidasi dirinya.

"Kamu tahu apa kesalahan kamu? Kenapa kamu enggak tepatin janji kamu? Janji adalah hutang," ungkap Zaidan seakan mengintimidasi Eva.

"Saya lupa," ungkap Eva.

Zaidan tersenyum dan memajukan wajahnya menghadap perempuan yang kini memundurkan tubuhnya menghindari dirinya. Eva benar-benar berusaha untuk tidak dekat dengan Zaidan.

Aroma maskulin yang keluar dari tubuh lelaki di depannya membuat Eva tidak bisa bernapas. 

"Kamu harus tepati janji kamu malam ini, jika kamu enggak bisa makan siang dengan saya maka kamu harus makan malam dengan saya. Meskipun kamu enggak bernapas sekalipun," bisik Zaidan membuat Eva membulatkan matanya.

Dasar Zaidan Psikopat!

To be continued...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Amani Faizal
Cerita ni best sgt2
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status