Share

Menyentuhnya.

"Tentang apa?" Anisa langsung menyahut.

Azman memalingkan wajah. "Sepertinya saya harus segera mandi. Kalau tidak, saya bisa masuk angin." Menghindari pertanyaan. Bergegas membalikkan badan, berjalan selangkah ke depan. Kemudian, berhenti lagi. "Saya harap kamu senang dengan hadiahnya. Sekali saya, maaf."

Azman pergi meninggalkan Anisa yang masih bertanya-tanya dalam hati. Namun, tersentuh pula dengan sikap Azman. Semakin hari, pria itu kian menunjukan sikap pedulinya. Sekali pun memang tak terlalu diharapkan.

***

Azan Subuh berkumandang saat Anisa membuka mata. Perlahan melihat sekeliling. Tak ada Azman, sudah pasti lelaki itu pergi ke masjid terdekat. "Dia ternyata bangun lebih awal seperti biasanya." Anisa bangun. Mengucek kedua mata, meraih ponsel di nakas. Rupanya ada pesan dari sang kakak.

[Assalamualaikum, Dek. Hari ini jadwal kamu menemui Ibu. Sesekali ajak suamimu juga]

Anisa diam menatap ponsel. Dalam sebulan, ia hanya bisa menemui sang ibu dua kali saja. Mengingat ibunya s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status