Share

Bab 8: Diam-Diam Dicomblangin (2)

Amran sedang tidak ingin melibatkan diri dalam perdebatan. Anggukan sudah cukup melegakan ibunya.

“Tapi, Bu, nanti kalau ….” Mei masih berusaha mengelak.

“Nggak akan terjadi apa-apa sama Ibu. Pokoknya kamu pulang diantar Amran. Ibu nggak mau kamu pulang sendiri. Titik.”

Nah, Ibu mulai merajuk. Dalam hati Amran menyesalkan sikap ibunya yang merajuk pada Mei padahal mereka belum lama saling kenal. "Saya antar pulang, Mei." Akhirnya Amran memutuskan untuk memotong perdebatan dua perempuan itu. Ia capek dan malas melihat adu kata Ratih dan Mei.

"Ta-tapi, Prof."

Amran mengerjap, memberi isyarat pada Mei agar menurut. "Mau pulang sekarang?"

"I-iya, Prof."

“Nah, gitu, dong, Cah Ayu. Kalau kamu pulang sendiri, malah Ibu nggak tenang. Nanti tensinya naik.”

Bibir Ratih melengkung.

Amran berdeham. Kalau sudah ngadi-adi, ibunya bisa sangat hiperbolis.

Mei tersenyum gugup. Ia memasukkan Al Qur'an ke dalam tas lalu mencangklongnya di pundak kanan. Dalam hati Mei berharap Prof Amran tidak b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status