Home / Romansa / Dosenku, Musuhku, Suamiku / Bab 81. Cari Pacar

Share

Bab 81. Cari Pacar

Author: Agniya14
last update Last Updated: 2025-10-14 22:26:00

​“Terima kasih untuk makan siangnya,” kata Vivi, suaranya terdengar kaku. Ia menggeser kursi sedikit, bersiap untuk segera pergi. “Aku—”

​“Besok siang datang lagi ke sini untuk makan siang.”

​Ucapan Giorgio dingin dan mutlak, tanpa nada tanya. Vivi langsung terdiam, matanya membesar karena terkejut. Ia mengangkat tangannya.

​“G-Giorgio … kalau aku sering ke sini, nanti malah bikin dosen dan mahasiswa lain curiga.” Vivi berbisik, nadanya memohon. Ia melirik pintu, merasa terperangkap. “Apalagi … kita pura-pura nggak kenal di kampus.”

​Giorgio menutup jurnalnya perlahan. Ia menatap Vivi, sorot matanya yang tajam dan sedikit menghakimi membuat Vivi menunduk.

​“Kamu tidak boleh makan sembarangan, Vivi. Makanan kantin itu tidak sehat, nutrisinya tidak terjamin,” katanya, suaranya rendah tapi tegas, mengandung otoritas yang tak terbantahkan. “Kamu butuh energi untuk menjalani kuliah dalam keadaan hamil.”

​Vivi menggigit bibir. Ia tahu suaminya tidak memberinya ruang untuk menolak.

​“Baikla
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 97. Merindu

    "Ya ampun, kamu ini." Giorgio menggeleng pelan sambil berjalan masuk. Pintu kamar tertutup otomatis di belakangnya dengan bunyi yang lembut Vivi duduk di tepi ranjang, punggungnya tegak, tapi bahunya merosot. Ia memegangi celana panjang abu-abu. Wajahnya merah padam, kontras dengan kulit putihnya yang terlihat tegang.​“Bantuin,” bisik Vivi lembut. Ia tidak berani menatap suaminya. “Tapi, jangan macem-macem."​Giorgio, melihat betapa canggungnya Vivi, menahan tawa. Senyumnya tetap terukir di sudut bibir. Ia berjalan mendekat, lalu menunduk sambil berlutut di depan Vivi, mengambil posisi yang setara di lantai. Terasa terlalu dekat. Aroma maskulin lembut dari kaus Giorgio langsung menyergap indra penciuman Vivi.​“Tenang aja,” kata Giorgio, suaranya rendah dan meyakinkan. Matanya yang gelap memancarkan ketulusan yang murni. “Aku liatnya ke perban, bukan yang lain.”​“Awas loh ya kalau lihat yang lain.” Vivi kontan menutup wajahnya dengan kedua tangan, berusaha menyembunyikan rona merah

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 96. Mandi

    Giorgio tersenyum tipis. “Nggak apa-apa. Eh, kamu harus istirahat lagi, Vi. Ayo, aku gendong ke kamar.”Vivi hendak menolak, tapi tubuhnya sudah lebih dulu terangkat ke pelukan Giorgio. Kali ini, ia menatap wajah suaminya dari jarak yang begitu dekat.Pria itu memang tampan. Garis rahangnya tegas, matanya dalam, dan setiap gerakan kecil yang ia lakukan seolah penuh makna. Vivi baru menyadari betapa selama ini ia terlalu sibuk menjaga jarak, sampai lupa bahwa di hadapannya ada seseorang yang benar-benar tulus menjaganya.Sesampainya di kamar, Giorgio menurunkan Vivi dengan hati-hati ke atas ranjang. Ia membetulkan posisi bantal, lalu menarik selimut menutupi tubuh istrinya.“Istirahat. Biar kakinya cepat membaik,” katanya lembut.Vivi menatap wajah itu lama, tanpa berkata apa-apa. Ada debar halus yang tak mau reda di dadanya. Ia hanya mengangguk pelan, lalu memejamkan mata.Namun sesaat kemudian, ia merasakan sesuatu. Suara langkah pelan mendekat. Nafas hangat terasa di sisi wajahnya.

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 95. Menatapnya

    Setelah makan siang, piring-piring kotor menumpuk di atas meja, sementara Vivi bersandar di kursinya, menyeka ujung bibir dengan tisu. Giorgio memperhatikan istrinya yang terlihat mulai bosan. Sejak kecelakaan kecil yang membuat kaki Vivi terkilir, Vivi pasti merasa bosan terus-menerus berbaring. “Vi, mau nonton TV nggak?” Giorgio membuka percakapan, suaranya lembut tapi tetap berwibawa. “Barangkali kamu bosen tiduran terus di kamar?”Vivi mengangkat wajahnya, bibirnya melengkung sedikit. “Boleh,” katanya ringan. “Tapi acaranya aku yang milih sendiri ya.”“Ok.” Giorgio tersenyum kecil, lalu bangkit dari kursinya.Tanpa menunggu izin, dia melangkah ke arah Vivi dan membungkuk sedikit. “Sini, aku gendong.”Dengan hati-hati Giorgio mengangkat tubuh istrinya, seperti menggendong sesuatu yang sangat berharga. Kehangatan tubuh Vivi langsung terasa di dadanya, dan aroma lembut sabun mandi dari kulitnya entah kenapa membuat jantung Giorgio berdetak lebih cepat dari biasanya. Vivi berusaha m

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 94. Perhatian Giorgio

    Vivi hanya bisa mengangguk. “Iya.”Giorgio melangkah ke pintu, tapi sempat menoleh lagi sejenak untuk memastikan Vivi nyaman di tempatnya. Baru setelah itu, ia keluar dari kamar dan menutup pintu perlahan agar tidak menimbulkan suara.Begitu pintu tertutup, Vivi menatap ke arah depan beberapa detik. Dadanya terasa hangat, tapi juga aneh seperti tidak terbiasa diperlakukan sedekat itu oleh seorang suami yang selama ini terasa jauh.Tangan Vivi terangkat, menyentuh bagian kepala yang tadi dielus Giorgio. Senyum tipis muncul tanpa sadar.“Masak makan siang," gumamnya pelan, setengah tak percaya.Suara langkah Giorgio yang menjauh ke arah dapur sayup-sayup terdengar. Aroma masakan mulai terbayang di kepala Vivi. Entah menu apa yang akan dimasak Giorgio, tapi hal itu bukan inti utamanya.Yang membuat hatinya hangat adalah perhatiannya. Sesuatu yang tak pernah ia sangka akan dia rasakan dengan cara sesederhana hari ini.Di dapur, Giorgio menata semua bahan masakannya di meja, seikat sawi se

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 93. Kue Lemon

    Vivi terdiam sepersekian detik ketika mendengar pertanyaan Lala di seberang telepon. Pertanyaan itu datang terlalu cepat, membuat Vivi bingung. Jantung Vivi melompat. Dia memaksa suaranya tetap tenang. “Salah orang kali, La,” ujarnya sambil mencoba terdengar santai.“Nggak, Vi. Aku lihat sendiri kok. Bajunya sama persis sama yang kamu pakai hari itu.”Vivi mengerutkan kening, memutar otak. “Satu-satunya urusan aku sama Pak Giorgio itu cuma karena tugas. Berarti hari itu aku ada tugas yang harus dikumpulkan. Tugas kuliah dari Pak Giorgio.”“Tapi masa sampai naik mobilnya segala sih?” Lala belum puas dengan jawaban Vivi. “Nggak kok, La. Itu cuma sebentar. Aku langsung turun lagi.”“Kenapa coba ngumpulin tugas harus sampai masuk ke mobil Pak Giorgio? Kan bikin orang mikir macam-macam, Vi.”“Aku tuh lupa ngasih tugasnya. Pak Giorgio udah keburu jalan, jadi aku kejar sampai mobilnya,” jelas Vivi cepat, berharap alasan itu cukup untuk Lala. Hening sejenak. Vivi bisa mendengar debar jantu

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 92. Kecurigaan Lala

    Giorgio mempercepat gerakannya, menyambar tumpukan pakaian dalam Vivi yang tersisa di lemari, dan melemparnya ke dalam koper. Matanya menyapu kamar kos itu lagi, memeriksa barang lainnya. Yang tersisa ada berapa buku. Dia ambil semua. Ia menutup lemari, mengunci koper, lalu segera keluar, mengunci pintu kamar kos Vivi dengan kunci yang ia temukan tadi.​Langkah Giorgio cepat dan hati-hati. Ia berjalan agak jauh, sampai tiba di mobilnya. Nafasnya terengah saat ia membuka bagasi dan memasukkan koper itu. Ia bergegas masuk ke kursi kemudi, jantungnya masih berdetak kencang.​"Sudah beres?" tanya Vivi, yang melihat suaminya Kembali dari kosannya. ​"Sudah. Untung sepi," kata Giorgio, menyerahkan kunci kamar kos Vivi. "Ini, simpan yang baik. Jangan diletakkan di bawah rak sepatu lagi. Itu terlalu berisiko."​"Iya, iya. Makasih, Gio," balas Vivi, memasukkan kunci itu ke dalam tas kecilnya.​Giorgio melajukan mobilnya menuju apartemen mereka. Kelelahan setelah dirawat di rumah sakit menyera

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status