Di dalam mobil yang tertutup rapat, suasana lebih kaku dari kursi kulit yang ditumpangi Vivi. Ia sengaja menempelkan pipi pada kaca, pura-pura tertarik pada kerlip lampu jalan. Giorgio ada di belakang kemudi, wajahnya datar, fokus pada jalanan. Jemarinya mantap di kemudi, sementara rahangnya sesekali mengeras. Dari sudut matanya, ia tahu, Vivi sedang berusaha keras menghindari kontak mata. “Kamu masih marah soal malam itu?” Mendengar pertanyaan tiba-tiba Giorgio, wajah Vivi seketika menegang. “Malam mana? Makan malam? Atau malam yang lebih memalukan dari itu?” “...Lupakan.” Helaan nafas seketika terdengar dari mulut Giorgio. “Percaya deh, itu juga yang aku mau,” ucap Vivi tak acuh. Ia lalu kembali menatap jendela, mencoba menyingkirkan pikiran-pikiran yang membuat perutnya merasakan gelenyar aneh. Sementara bagi Giorgio, kalimat itu seperti tamparan. Ia mengetukkan jarinya di setir, menahan diri. Kalau bukan karena perintah orang tua, kalau bukan karena jebakan yang membuat
Last Updated : 2025-08-18 Read more