Share

Bab 465

Penulis: Ghea
Mendengar perkataan itu, Arlina langsung tertegun. Mungkin karena nada suara Rexa yang terlalu lembut, air mata Annie tidak lagi deras seperti barusan.

"Annie terluka nggak?"

Annie terisak-isak, lalu menggeleng.

"Kalau nggak terluka ya bagus. Soal komputer, biar Papa yang urus. Jangan nangis lagi ya?"

Annie menarik napas dalam-dalam, akhirnya mengangguk pelan.

Setelah menidurkan Annie, Rexa mendapati Arlina berada di balkon. Dia mendorong pintu, lalu melangkah keluar. Angin laut langsung menerpa, membuat rambutnya berkibar.

Rexa merangkul bahunya, bersama-sama bersandar di pagar. "Lagi mikirin apa?" tanyanya.

"Lagi mikirin laptopmu," jawab Arlina.

"Nggak apa-apa, semua dataku ada cadangannya, memang sengaja buat jaga-jaga." Rexa menenangkannya.

Arlina menatap jauh ke arah laut, suara lirihnya terdengar pelan. "Waktu kecil aku juga sering buat salah. Misalnya nggak sengaja tumpahin masakan yang dimasak orang tuaku atau pecahin piring saat cuci piring. Aku selalu dimarahi habis-habisan.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 468

    "Mana dia? Kalau sudah tahu aku dirawat di rumah sakit, kenapa nggak datang jenguk?" Godric marah."Sekarang dia kerja di rumah sakit besar. Sibuk operasi, mana sempat urusin kamu!" Heidy menyahut dengan nada sinis. Pandangannya melirik sebentar ke pasien tua di ranjang sebelah, lalu dia tiba-tiba mendapat ide."Sekarang identitas kita sudah beda, aku nggak mau tinggal sekamar dengan orang bau busuk begini. Aku mau minta mereka kasih kita kamar VIP sendiri."Tiba-tiba, dari arah balkon terdengar suara ribut. "Ayo dong, mainnya cupu banget, bodoh!""Suruh maju malah nggak bisa, minggir sana!"Mendengar suara itu, Heidy segera membuka pintu balkon. Terlihat Maxton sedang duduk di sana dengan headset. Jari-jarinya sibuk mengetuk layar, wajahnya penuh emosi.Padahal tadi Heidy ingin Maxton turun tangan membantu menjaga Godric, tetapi sejak awal Maxton hanya duduk di balkon bermain game. Segelas air pun tak pernah dituangkan untuk ayahnya.Melihat Maxton seolah-olah kerasukan game, lalu ter

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 467

    "Kalau begitu, sampah di kamar ayahmu itu ....""Urus sendiri." Arlina menjawab dengan tegas dan ringkas, lalu melangkah keluar dari ruang rawat."Kamu ...." Wajah Heidy langsung menggelap. Melihat para perawat di sana menatap ke arahnya, dia merasa kehilangan muka. Dia pun membentak dengan galak, "Lihat apa? Cepat atur orang buat bersihkan!"Selesai berkata, dia pun kembali ke ruang rawat dengan berang.Beberapa perawat saling memandang."Tak disangka, pasien ranjang nomor 17 ternyata keluarga Dokter Arlina.""Habis sudah aku, tadi di depan Dokter Arlina aku bicara buruk tentang mereka. Jangan-jangan Dokter Arlina marah.""Siapa sangka, Dokter Arlina yang biasanya gampang diajak bicara itu punya keluarga yang aneh begitu.""Melihat sikapnya barusan, sepertinya hubungan Dokter Arlina dengan keluarganya nggak baik.""Ya. Kalau dekat, Dokter Arlina pasti sudah tahu ayahnya dirawat. Dari omongan ibunya tadi saja, jelas kelihatan kalau dia nggak tahu anaknya sudah pulang dari luar negeri."

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 466

    Arlina tak pernah menyangka akan kembali bertemu Heidy dalam situasi seperti ini. Sekilas melihat, dia tampak menua bertahun-tahun.Sejak Rexa menggunakan 400 juta untuk membeli kebebasannya dulu, Arlina tidak pernah lagi menjalin kontak dengan Keluarga Khoman. Meskipun demikian, Heidy masih sesekali menelepon untuk mengganggunya. Semua panggilan selalu ditutup Arlina. Sejak ke luar negeri, mereka tidak pernah ada kontak apa pun lagi.Kini kembali bertemu, sikap Heidy yang arogan itu tak berkurang seiring bertambahnya usia, malah semakin menjadi-jadi. Arlina samar-samar merasa kehidupannya yang tenang akan kembali terusik.Heidy memastikan bahwa orang di depannya memang benar Arlina. Dia pun maju dengan wajah berseri-seri. "Kapan kamu pulang dari luar negeri? Kenapa pulang juga nggak kasih kabar ke keluarga?"Heidy mengamati Arlina dari atas sampai bawah, lalu melihat jas putih di tubuhnya dengan tulisan Rumah Sakit Rakyat yang tercetak di dada. Senyumannya semakin tak bisa ditahan. "A

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 465

    Mendengar perkataan itu, Arlina langsung tertegun. Mungkin karena nada suara Rexa yang terlalu lembut, air mata Annie tidak lagi deras seperti barusan."Annie terluka nggak?"Annie terisak-isak, lalu menggeleng."Kalau nggak terluka ya bagus. Soal komputer, biar Papa yang urus. Jangan nangis lagi ya?"Annie menarik napas dalam-dalam, akhirnya mengangguk pelan.Setelah menidurkan Annie, Rexa mendapati Arlina berada di balkon. Dia mendorong pintu, lalu melangkah keluar. Angin laut langsung menerpa, membuat rambutnya berkibar.Rexa merangkul bahunya, bersama-sama bersandar di pagar. "Lagi mikirin apa?" tanyanya."Lagi mikirin laptopmu," jawab Arlina."Nggak apa-apa, semua dataku ada cadangannya, memang sengaja buat jaga-jaga." Rexa menenangkannya.Arlina menatap jauh ke arah laut, suara lirihnya terdengar pelan. "Waktu kecil aku juga sering buat salah. Misalnya nggak sengaja tumpahin masakan yang dimasak orang tuaku atau pecahin piring saat cuci piring. Aku selalu dimarahi habis-habisan.

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 464

    Lillia pergi.Saat makan malam, Arlina menyinggung kabar yang tadi didengar di lobi dari pelayan. "Katanya siang tadi ada seorang anak yang terbawa arus ke laut, tapi diselamatkan orang.""Benarkah?" Annie terlihat sangat penasaran."Ya, kata para paman dan bibi, di pantai paling ditakuti ada kejadian seperti itu. Orang tua memang nggak boleh meninggalkan anak mereka meskipun cuma sebentar. Kalau nggak ada yang tolongin, nyawa kecil itu bisa melayang begitu saja."Arlina menghela napas. Setelah menjadi ibu, dia bisa lebih merasakan kecemasan para ibu. Dia pun sangat tidak tahan mendengar kabar buruk soal anak-anak.Di sampingnya, Rexa meraih kepala Annie dan mengelusnya. "Kamu juga, jangan pergi sendirian ke tempat berbahaya. Kalau mau ke mana-mana, bilang sama Papa dan Mama. Kalau nggak berbahaya, Papa dan Mama bakal temani kamu."Annie menurut, mengangguk, lalu berkata lagi, "Yang menolong itu paman atau bibi? Hebat banget."Sejak Arlina menyebut soal ini, Jazlan langsung memasang te

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 463

    Jazlan terkejut. "Lillia ...."Awalnya dia mengira Lillia akan merasakan kepanikan yang luar biasa, tetapi ternyata beberapa tangan sudah menangkap dan menahan tubuh Lillia agar tetap stabil.Lillia menoleh, mendapati beberapa orang tiba-tiba muncul di belakangnya."Kami datang untuk membantu.""Hati-hati, mundur, biar kami yang bantu.""Semua pegang tangan, sambil bergantian dorong tongkat pancing sedikit ke depan."Satu per satu orang berbicara. Mereka berpegangan tangan, bergerak ke arah laut. Ombak besar menghantam mereka, tetapi mereka tetap berdiri tegak, seolah-olah membentuk rantai yang kokoh.Melihat pemandangan itu, hati Lillia terasa hangat. Berkat kerja sama semua orang, Jazlan berhasil membawa anak itu kembali ke pantai.Jazlan yang kelelahan pun terbaring di pasir, sementara anak itu segera dipeluk orang tuanya yang menangis."Anakku, anakku ...."Wajah anak itu pucat, matanya terpejam, dan bibirnya ungu."Jangan-jangan sudah meninggal?""Dilihat dari wajahnya, sepertinya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status