Share

Bab 543

Author: Ghea
"Sebelum aku buka toko ini, aku sempat menemui Frans. Dia terbaring tak bergerak di ranjang, seperti mayat hidup. Saat itu aku berdoa, semoga saja dia tetap sadar dan bisa begini sampai umur 100 tahun."

Sadar tetapi tidak bisa bergerak, itu adalah balasan yang paling memuaskan.

"Kemudian di jembatan rumah sakit rehabilitasi, aku melihat pelangi setelah hujan. Tiba-tiba aku merasa lega. Dunia ini nggak cuma ada hari-hari yang mendung, tapi juga pelangi yang indah. Aku bukan memaafkan dia, tapi membebaskan diriku sendiri."

"Hidupnya sudah berhenti di sana, tapi hidupku masih panjang."

Suara Friska saat mengucapkan kalimat itu begitu tenang, laksana orang yang telah melepaskan segalanya.

Tenggorokan Arlina terasa sesak. Untuk sesaat, dia tidak tahu harus berkata apa. Untung saja, Friska mengalihkan topik, "Sekarang kamu jadi dokter, ya?"

Arlina mengangguk, "Aku kerja di RSUD, bagian bedah jantung."

Friska tersenyum, "Bagus sekali. Aku dulu juga berharap bisa jadi seorang dokter."

Andai se
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 548

    Annie membuka mulutnya, berkata dengan suara kekanak-kanakan, "Aku duduk sampai pantatku sakit, jadi mau berdiri sebentar. Mama bilang aku nggak boleh keluar dari kantor, jadi aku cuma bisa ke sini."Dengan nada yang terdengar galak, Hubert bertanya, "Kalau begitu, kamu tahu nggak, anak kecil berdiri sendirian di balkon itu bahaya?""Aku nggak mendekat ke pagar kok. Aku cuma berdiri di sini," sahut Annie. "Tadinya aku mau makan camilan, tapi takut ganggu Paman."Hubert memperhatikan kalau di tangannya masih memegang camilan yang baru dibuka."Pokoknya anak kecil nggak boleh sembarangan ke tempat seperti ini. Cepat masuk.""Oh." Annie menurut, kembali masuk kantor, lalu memanjat naik ke kursi dengan tangan dan kakinya.Hubert menutup pintu balkon, duduk kembali ke posisinya.Sepertinya setelah kembali ke kantor, bocah itu juga tidak makan camilan dan hanya duduk diam di sana.Hubert yang baru saja mengalami syok, takut Annie tiba-tiba menghilang lagi. Dia ragu sejenak, lalu berkata, "Ba

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 547

    Mata Annie langsung berbinar-binar.Saat itu juga, sebuah sosok muncul di ambang pintu. Jazlan langsung mengenali itu adalah pacarnya. Dia lantas memberi Annie isyarat mata."Ibu ...."Suara mungil dan nyaring itu membuat Lillia yang baru masuk tertegun sesaat. Pada detik berikutnya, Annie sudah melingkarkan kedua tangannya di paha Lillia.Lillia tersenyum, mengusap kepala Annie, lalu melirik Jazlan dengan galak. "Kamu ini ajarin anak kecil yang nggak-nggak ya."Jazlan pura-pura polos. "Aku nggak ajarin kok. Annie sendiri yang mau panggil begitu."Annie menengadah, menatap ayah angkatnya sekilas. 'Ya sudahlah, terserah kalian saja, yang penting kalian senang.'Setelah menyelesaikan urusan pekerjaan, Jazlan dan Lillia pun pulang bareng. Sebelum pergi, mereka sempat menawari Annie ikut makan malam, tetapi Annie menggeleng, mengatakan ingin menunggu Rexa pulang.Arlina sudah memesan makanan, jadi dia dan Annie makan berdua. Kebetulan, ada pasien yang baru selesai dioperasi tiba-tiba menga

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 546

    Setelah Rexa berangkat dinas, Annie dititipkan ke rumah kakek neneknya selama dua hari.Sepulang kerja, Arlina juga ke sana untuk makan malam. Pada hari ketiga, Arlina baru menjemput Annie pulang dan membawanya ke tempat kerjanya sore itu.Sebelum berangkat, Arlina mengambil camilan dari rumah, lalu memasukkannya ke tas kecil Annie sambil berpesan, "Mama kadang sibuk, mungkin nggak bisa selalu awasi kamu. Jadi, kamu harus duduk manis di kantor. Jangan lari-larian ya."Annie mengangguk. "Tenang saja, masa Mama nggak percaya sama aku?"Arlina merasa lucu melihat wajah serius putrinya.Arlina sudah lebih dulu memberi tahu rekan kerja yang piket bersamanya bahwa Annie akan ikut. Semua orang sangat senang. Siapa yang tidak suka anak kecil yang manis dan menggemaskan begini?Begitu Annie memanggil "Kakak" dengan manis, mereka semua tertawa senang dan berlomba-lomba mengeluarkan camilan simpanan masing-masing.Sekarang tas kecil Annie menjadi makin penuh. Namun, dia bukan anak pelit. Camilan

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 545

    Arlina menjewer telinga Rexa, wajahnya terlihat sangat galak. "Kamu nggak dengar inti dari perkataanku barusan? Intinya kamu nggak boleh tebar pesona ke mana-mana."Dia tidak menjewer terlalu kuat, lebih seperti sedang bercanda manja. Suara Rexa lembut dan penuh kasih sayang. Dia terus-menerus mengiakan, "Iya, iya."Arlina memang menyukai Rexa yang seperti ini, selalu mengalah padanya tanpa syarat. Hatinya pun terasa sangat puas."Duh, punya suami terlalu ganteng itu bikin susah juga, jadi nggak ada rasa aman," gumam Arlina sendiri.Ucapan itu membuat bibir Rexa terangkat. Dia tentu senang dipuji ganteng oleh Arlina."Aku ganteng ya?" Rexa mendekat padanya."Ganteng, sudah berapa kali aku muji kamu?""Mana ada suami yang bosan dipuji istrinya." Mata Rexa dipenuhi senyuman.Arlina memujinya habis-habisan, "Super ganteng, gantengnya nggak ada lawan, keren, memesona, gagah perkasa, penuh wibawa."Meskipun tahu Arlina sengaja, senyuman Rexa tetap semakin lebar."Lihat bibir, dari tadi seny

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 544

    "Bu Arlina, untuk merayakan aku berhasil turun 10 kilo, hari ini aku traktir teman-teman satu departemen minum boba. Kamu mau pesan apa?" Seorang rekan kerja bersemangat masuk ke kantor dan berkata pada Arlina."Boba?" Arlina teringat sesuatu, "Pesan dari mana?""Belum putuskan, nanti aku lihat online dulu."Arlina memberi saran, "Aku tahu ada satu tempat yang lumayan enak, mau coba?""Bagus, jadi aku nggak perlu bingung lagi."Tak lama kemudian, rekan kerja itu kembali membawa boba. Arlina melihat di tangannya juga ada setumpuk kecil kue manis."Lho, kenapa ada kue juga?""Nggak tahu, mungkin bonus dari toko. Aku juga kaget, mungkin karena kita pesan cukup banyak, jadi mereka kasih hadiah."Arlina mengucapkan terima kasih, lalu membuka ponselnya. Ternyata benar, sekitar setengah jam lalu Friska mengiriminya pesan.[ Friska: Aku ingat kamu bilang kerja di bedah jantung, 'kan? ][ Friska: Terima kasih. ][ Friska: Lain kali kalau mau pesan boba, bisa bilang ke aku dulu, nanti aku kasih

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 543

    "Sebelum aku buka toko ini, aku sempat menemui Frans. Dia terbaring tak bergerak di ranjang, seperti mayat hidup. Saat itu aku berdoa, semoga saja dia tetap sadar dan bisa begini sampai umur 100 tahun."Sadar tetapi tidak bisa bergerak, itu adalah balasan yang paling memuaskan."Kemudian di jembatan rumah sakit rehabilitasi, aku melihat pelangi setelah hujan. Tiba-tiba aku merasa lega. Dunia ini nggak cuma ada hari-hari yang mendung, tapi juga pelangi yang indah. Aku bukan memaafkan dia, tapi membebaskan diriku sendiri.""Hidupnya sudah berhenti di sana, tapi hidupku masih panjang."Suara Friska saat mengucapkan kalimat itu begitu tenang, laksana orang yang telah melepaskan segalanya.Tenggorokan Arlina terasa sesak. Untuk sesaat, dia tidak tahu harus berkata apa. Untung saja, Friska mengalihkan topik, "Sekarang kamu jadi dokter, ya?"Arlina mengangguk, "Aku kerja di RSUD, bagian bedah jantung."Friska tersenyum, "Bagus sekali. Aku dulu juga berharap bisa jadi seorang dokter."Andai se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status