"Pengerjaan terowongan rahasia telah dimulai, tapi harus menggunakan cara manual. Jika memakai kekuatan itu akan menarik perhatian," kata Aslan. Ia mengasah pedang, yang telah selesai ia letakkan di dalam peti agar tidak tercampur dengan yang belum di asah.
"Baguslah. Berapa vampir yang berkerja?" tanya Alberio.
"Sekitar 5 orang. Namun, hanya untuk area yang telah aku rencanakan. Ada satu area yang sulit karena harus melewatkan sungai."
"Sungai?"
"Ya, jika membuat terowongan di sungai, nanti airnya masuk, di sana juga terlalu ramai. Aku harus memikirkan cara lain."
"Sungai bagian mana yang kau maksud?"
"Sungai yang dekat dengan pasar, seperti yang kau tahu di sana penjaga sering kali lewat. Jika ketahuan, rencana kita akan gagal." Aslan meraba mata pedang yang telah tajam, lalu memasukkannya dalam peti dan mengambil pedang tumpul yang baru untuk di asah.
"Deka
"Astaga. Ini sangat Indah sekali." Calista menatap air terjun yang berada di depannya, air terjun ini sangat indah dan terlihat sangat alami. Apalagi burung yang berkicau yang semakin membuat suasana menjadi tenang."Kau suka?" tanya Lucas. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Calista mendekati air terjun itu. Calista menggapai tangan Lucas yang terulur di depannya."Ya, sangat indah." Tentu saja Calista menyukainya. Calista adalah pencinta dan penikmat keindahan alam, itu alasannya ia sangat suka mendaki gunung. Ketika mendaki gunung ia menemukan keindahan yang jarang ia lihat.Lucas membawa Calista lebih dekat pada air terjun, lumayan dekat hingga Calista merasakan kulitnya terkena embun yang berasal dari air itu diterbangkan oleh angin.Calista menutup mata, tangannya ia rentangkan kemudian ia menarik nafas dan mengeluarkannya perlahan. Ah, ini adalah suasana yang sangat Calista sukai. "Ah ... Tenangnya.
Lea duduk di atas jendela kamarnya seraya menunggu kedatangan Nicholas. Seperti biasa, Nicholas akan datang pada malam hari seperti ini. Beberapa saat sebelum jam tidurnya."Kenapa lama sekali?" Lea menatap keluar jendelanya, yang berhadapan langsung dengan taman belakang rumahnya. Lea berdiri, tapi sesuatu menabrak tubuhnya dengan keras hingga ia terjatuh di atas ranjang."Ah." Lea sangat terkejut. Ketika ia membuka matanya ternyata itu Nicholas, Werewolf jantan itu kini membenamkan wajahnya di leher Lea seraya menghirup dalam-dalam aroma Lea."Astaga, kau mengagetkan aku." Lea pasrah ketika Nicholas menindihnya. Ini sudah seperti rutinitas Nicholas setiap malam seperti ini, ia akan menghirup aroma matenya selama beberapa menit atau yang paling lama bisa satu jam. Lea tidak bisa melakukan apa-apa karena Nicholas terlihat sangat menikmatinya."Sudah?" tanya Lea begitu Nicholas mengangkat wajahnya. Nicholas men
"Seperti yang kalian lihat, mereka dengan kejamnya membakar tubuh para Vampir bangsawan setelah membunuhnya." Aslan mengambil sebuah pedang dan mengusap-usap mata pedang yang tumpul itu."Bagaimana mungkin?""Tidak bisa di percaya." Suasana gua itu menjadi berisik karena gumaman-gumaman tidak percaya mereka, tidak percaya jika Vampir bangsawan mereka dibunuh begitu saja."Ya, tidak bisa di percaya. Raja yang selama ini kalian hormati, kalian junjung, dan kalian ikuti ternyata dalang dibalik tewasnya semua anggota kerajaan. Bukankah itu sangat kejam?" Aslan semakin memprovokasi vampir-vampir yang ada di sana."Kalian tahu dia melakukan itu untuk apa? Untuk keserakahan daerah kekuasaannya. Lihat! Siapa yang diuntungkan karena tewasnya Vampir yang tidak bersalah itu? Mereka, kerajaan Dragon dan semua yang terlibat.""Lalu kau bilang pemuda itu Vampir bangsawan yang terakhir, apakah benar?" Salah satu V
"Peri tumbuhan?" Calista bertanya tidak percaya. Ayahnya seorang peri? Ini adalah hal tidak terduga sama sekali."Ya, tapi peri tumbuhan telah menghilang 30 tahun terakhir, aku tidak percaya ada yang masih hidup dan ternyata itu adalah ayahmu," kata Lucas. Yang ia tahu memang begitu, peri tumbuhan telah punah sejak puluhan tahun yang lalu. Entah apa sebabnya Lucas tidak tahu."Lucas, bisakah kita mencarinya sekarang?" pinta Calista."Mungkin kita harus ke Amovrion, kita bisa bertanya di sana." Calista mengangguk cepat."Ibu, aku dan Lucas akan pergi mencari Ayah. Bolehkah?" Calista meminta izin dulu kepada ibunya."Pergilah. Lucas, tolong jaga putriku." Sela mengizinkan, bagaimanapun ia tidak dapat mencegah putrinya mencari tahu tentang ayahnya. Lucas menganggukkan kepala ketika Sela meminta tolong, tanpa diminta pun Lucas pasti akan menjaga Calista.Setelah mendapat izin dari
"Yang Mulia," sapa Putri Jingmi. Lucas memberikan anggukkan singkat sebelum akhirnya ia kembali menggiring Calista naik ke kamar paling atas. Dalam diam, Putri Jingmi menatap kesal keduanya."Permisi, King Lucas dan Queen Calista mau kemana?" Jingmi memberanikan diri untuk bertanya pada Kenzo."Ke kamar. Queen Calista kelelahan, jadi, King Lucas membawanya beristirahat." Kenzo menjawab, kemudian ia pergi dari sana."Gadis itu memang beruntung, ya?" Salah satu tabib yang berada di belakang Putri Jingmi bersuara. "Hanya dia satu-satunya perempuan yang bisa memasuki kamar King Lucas," lanjutnya."Kamar King Lucas?""Ya. Kamar King Lucas berada di tempat tertinggi di istana ini, tidak ada wanita manapun yang pernah masuk terkecuali wanita tadi yang bersamanya," jelas tabib laki-laki itu."Hei, panggil ia Yang Mulia Ratu. King Lucas bisa marah." Tabib yang lainnya menegur tabib
Makan malam ini lumayan agak berbeda, kini meja makan mereka terdiri dari Lucas, Calista, dan Putri Jingmi. Calista duduk berdekatan dengan Lucas dan hal itu sukses membuat diri Jingmi dipenuhi rasa cemburu."Sayang, kau harus makan sayurnya juga," kata Lucas ketika ia melihat piring Calista."Iya, aku akan memakannya." Calista mengambil sayuran dan memakannya, lalu matanya mencari-cari sesuatu yang sepertinya tidak terhidang di meja makan."Kau mencari apa?" tanya Lucas."Hm ... Makanan pedas, tidak ada kah?" tanya Calista. Sebagai penyuka makanan pedas, bagi Calista makanan itu harus ada di meja makan. Jika tidak maka selera makan Calista akan berkurang."Makanan pedas? Aku akan menyuruh pelayan membawakannya." Lucas memanggil salah satu pelayan lalu menyuruhnya membawa makanan pedas untuk Ratunya, melihat hal itu Calista tersenyum lalu berterima kasih."Terima kasih, Lucas."
"What? Peri Tumbuhan? Ayahmu?" Suara Lea sangat keras hingga Calista mungkin harus menutup mulut sahabatnya itu dengan sepatu. Calista heran sekali dengan sahabatnya yang suka sekali bersuara keras saat terkejut."Lea, jangan berisik!" Calista menutup wajahnya dengan tangan ketika orang-orang di perpustakaan menatap tajam ke arah mereka berdua. Ini perpustakaan tapi suara Lea yang terkejut seperti toa. Sangat keras"Maafkan aku." Lea meringis ketika melihat orang-orang di sekitarnya. "Jadi, apakah itu benar?" Lea merendahan suaranya agar ia tidak kembali ditatap tajam oleh mahasiswa yang sedang belajar di perpustakaan ini.Calista mengangguk. "Benar, sekarang kami dalam usaha mencari ayahku. Semoga saja masih hidup." Kalimat terakhir Calista ucapkan dengan nada rendah."Whoah, aku tidak percaya ini, ternyata selama ini sahabatku adalah keturunan seorang peri," kata Lea. Semenjak ia berteman dengan Calista, tidak ada
"Hei, aku tidak bisa memanah." Calista memegang busur panah yang Lucas berikan kepadanya, sejak tadi Lucas selalu menyuruhnya untuk mencoba.Mereka kini berada di arena latihan para prajurit kerajaan Dragon, Lucas mengajak Calista ke Amovrion. Karena Calista yang merasa bosan, jadi ia memutuskan untuk ikut juga. Bahkan ia bolos kuliah hari ini. Ternyata Raja Naga itu membawa pengaruh buruk untuknya. Sedikit."Kau coba saja dulu."Mau tidak mau Calista kembali mencobanya. Calista mengambil anak panah lalu menarik anak panah itu ke arah belakang yang sebelumnya sudah ia kaitkan dengan tali pelontarnya. Setelah menarik agak jauh, Calista melepaskannya.TakGagal. Calista gagal lagi, anak panah itu menyentuh tanah. Tidak mengenai target sama sekali. Melihat itu Putri Jingmi yang sejak tadi memperhatikan di sudut lapangan tidak bisa mengehentikan mulutnya untuk tidak menyeringai. Bodoh seka