"Ada apa pak Darren? Kenapa anda terburu-buru sekali, anda baru saja sampai dan butuh beristirahat."
Terlihat detektif sewaan Darren berjalan mengekorinya dengan cepat karena Darren terlihat sangat buru-buru menuju lift untuk pergi ke ruangannya di kantor.
"Setelah apa yang terjadi, kau pikir aku bisa bersantai sekarang?" Darren tidak menghentikan langkahnya, masih terus berjalan dengan makin cepat.
"Saya sudah menghubungi pengacara anda dan juga ayah anda, pak Brata. tentang perusahaan pak Sandjaya, anda tidak perlu khawatir lagi. Sahamnya masih stabil."
Darren melirik sekilas orang kepercayaannya itu.
Pria itu menunduk. Memang sejak kembali dari Maldives Darren terlihat memiliki mo
Ting tong ting tong.Mikaela menekan bel apertemennya berulang-ulang, ia memainkan koper besar yang sedari tadi ia pegang, mengukir-ukir lantai dengan sepatu ketsnya, menunggu Salma membukakan pintu.Tak lama pintu terbuka, wanita yang sudah mempunyai banyak kerutan di wajah itu tersenyum, mengikis sedikit kesedihan Mikaela melihat wajah teduh Salma, satu-satunya keluarga yang ia miliki.Kemudian Mikaela memeluknya erat. Begitu pula Salma."Bi, aku rindu." ungkapnya lelah."Aku juga merindukanmu, kau tidak memberi kabar padaku. Aku pikir kau sudah melupakanku." canda Salma mengelus kepala Mikaela sayang."Mana mungkin bi, kau adalah
Mikaela sedang melamun di kamarnya ketika ponsel baru miliknya berdering hebat. Tiwi dan Siska baru saja pulang dari apertemennya, malam ini Siska akan menginap di tempat Tiwi. Gadis itu segera menyambar ponsel dan melihat siapa si penelpon, berharap itu dari Rendy, yang sudah hampir lima hari ini menghilang ntah kemana. Walaupun tidak mungkin karena Rendy tidak mengetahui nomer barunya, Mikaela tetap berharap itu adalah sesuatu tentang Rendy.Ternyata Daffa yang menelpon, segera saja Mikaela mengangkat panggilan itu, mungkin Daffa sudah mengetahui keberadaan Rendy."Hallo kak." sapa Mikaela cepat."Kau sudah ingin tidur?" suara diseberang bertanya tak kalah tanpa menjawab sapaan Mikaela."Ya, mungkin sebentar lagi. Ada apa k
"Kemana kakak pergi selama beberapa hari ini?" tanya Mikaela begitu dirinya dan Rendy duduk disalah satu kursi publik pinggir jalan depan minimarket yang disediakan untuk para pejalan kaki.Malam sudah sangat larut, tetapi masih banyak orang-orang yang terlihat mondar mandir disekitar situ, jalanan pun tidak pernah sepi dengan kendaraan roda empat.Setelah membantu Mikaela dan Salma mencari kontrakan baru dan membantu mereka memindahkan barang-barang, Rendy mengajak Mikaela mencari makan karena ia merasa lapar. Mikaela merasa lega Rendy masih mau makan, walaupun niat Rendy sebenarnya adalah ingin mengajak Mikaela keluar barang sebentar saja.Setelah selesai makan, disanalah mereka. Duduk di dalam keramaian dan merenungi nasib masing-masing.
Rendy terpaku menatap pemandangan didepannya yang penuh dengan kerlap kerlip lampu yang menyala secara acak hampir diseluruh mata memandang, begitupun lampu dari gedung-gedung yang berseberangan dari tempat ia berdiri, sebagian besar masih menyala terang di kota yang tidak pernah tidur itu.Merasa hal itu sangat biasa, ia kemudian menatap kaca jendela apertemen yang memantulkan bayangan tubuh tinggi tegapnya, yang tidak terurus belakangan ini.Daffa datang menepuk pundak Rendy dengan membawa satu botol sampanye yang ia temukan di lemari pendingin milik Rendy."Kau tak ingin pulang?""..... Tidak." jawab Rendy singkat, tak mengalihkan sedikitpun matanya pada pantulan kaca."Kau tidak
Sudah dua hari Darren mengintai tempat yang diinformasikan detektifnya. Setiap sore sepulang bekerja mobilnya akan selalu terparkir manis berseberangan dengan minimarket dimana Mikaela terlihat terakhir kali. Kemudian, Darren akan mengamati satu persatu orang yang berlalu lalang, datang dan pergi dari dalam mobilnya.Sungguh, seperti tidak ada kerjaan lain saja.Ponselnya berdering. Kekasihnya menelpon. Ia segera mengangkat panggilan itu."Sayang." sapa Caroline diseberang."Hmm, ya, ada apa?" balas Darren masih tetap sibuk memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang."Aku hanya ingin memberitahumu bahwa ak--"Tu
"Sudah sampai, cepat turun." ucap Mikaela begitu taksi berhenti tepat di depan lobi apertemen mewah Darren. Benar-benar berbeda dengan apertemen milik Mikaela sebelumnya. Darren tinggal di kawasan super elite yang Mikaela yakin seluruh isi apertemen disana harganya berkali-kali lipat dibanding apertemen kecilnya.Darren hanya menggeliat, memasang wajah lemasnya. "Kepalaku sangat sakit, kau mau aku pingsan di jalan?" tukasnya galak.Mikaela mengerjapkan mata tak percaya. Seharusnya ia tinggalkan saja Darren tadi di jalan. "Tuan, banyak sekali penjaga disana, kalaupun kau pingsan mereka akan menolongmu." tunjuk Mikaela pada beberapa orang pengaman yang terlihat berjaga dengan matanya.Darren mengerang memegang kepalanya yang terlihat sangat kesakitan, ia belum beranjak keluar dari taksi.
"Aku sudah tidak tahan lagi! Tugasku hanya untuk merawatmu, kenapa kau menyuruhku mengepel seluruh lantai apertemenmu!"Mikaela membanting pelan alat pel yang ia pegang. Ia sadar bahwa dirinya sudah dibodohi Darren."Aku akan membayarmu lima kali lipat." Darren dengan santai membolak-balik korannya."Aku bukan pembantumu kak, lagipula kau terlihat sangat sehat." satu titik peluh menetes di dahi Mikaela, ia mengusapnya dengan punggung tangan. Sejak tadi pagi ia menyapu, membereskan seluruh apertemen Darren dan terakhir Darren menyuruh Mikaela untuk mengepel karena remahan biskuit yang Mikaela bawa untuknya berserakan dilantai.Pagi-pagi sekali Darren menelponnya untuk datang membuatkan sarapan, setelah sebelumnya pria itu memaksa mereb
Darren merasa tubuhnya panas dan dingin dalam waktu yang bersamaan. Mungkin kata-kata 'kena batunya' sangat cocok untuk Darren sekarang. Karena berpura-pura sakit, kini ia menjadi benar-benar sakit. Tubuhnya terasa tidak enak, sepertinya ia demam.Burung-burung berkicau di luaran sana, Darren menyibak tirainya malas, panas matahari menyengat wajahnya dari balik jendela.Ia melihat jam wakernya, sudah pukul sembilan pagi. Ia bangun kesiangan karena merasa kurang enak badan.Darren terbatuk kemudian keluar dari kamarnya. Apertemennya selalu sudah rapih dan bersih setiap ia membuka mata.Hal yang tiga hari ini selalu Darren lakukan adalah mengacak-acak apertemen itu hanya untuk melihat Mikaela membereskannya kembali. Ia suka melihat tata