Share

Dua Garis Sang Perawan
Dua Garis Sang Perawan
Author: Bait Rindu

Bab 1. Koma

Author: Bait Rindu
last update Last Updated: 2023-07-09 23:21:24

Seorang wanita berambut panjang kecoklatan, sedang mengendarai mobil menuju tempat yang dijanjikan oleh kekasihnya yakni Lanadexon. Perempuan itu berhenti di persimpangan jalan karena lampu merah. 

Saat itulah, mata hitamnya bersiborok dengan adik tirinya, Floxa yang sedang bercumbu di dalam mobil di seberang jalan. Sementara sang lelaki tampak menikmati perlakuan dari Flo, yang sengaja menunjukkan hal tersebut. 

Tin! Tin! Bunyi klakson dari mobil belakang Zelona membuat dirinya harus melajukan kuda besi beroda empat tersebut sementara netra hitamnya tidak berkedip menatap wajah penghianat.

"Kenapa kalian begitu tega?" tanyanya dengan perasaan tersayat. Zelona sangat mencintai kekasihnya karena Dexon adalah pria yang ia dambakan selama ini. Namun nyatanya, ketulusan dibalas penghianatan.

"Kalian jahat," bisik Zelona dengan kucuran air mata yang semakin deras melewati kedua pipinya. 

Wanita yang dibuat porak-poranda hatinya melajukan mobilnya tanpa tujuan yang jelas. Dari arah berlawanan, ada seorang pengendara motor yang mengendarai dengan kecepatan tinggi dan terpeleset di jalan raya karena jalanan licin. Zelona yang tidak sigap langsung membulatkan matanya dan segera membanting stir hingga mobil putihnya menabrak truk di depannya.

Tubuh Zelona terpental keluar dari mobil. Namun selang beberapa menit, ketika cahaya putih memukau di langit, ia bisa terbangun dengan sendirinya. tangannya bergerak-gerak dan ia bangkit. 

Zelona meraba tubuh yang tidak mengalami apapun membuat dirinya panik. Ia membalikkan badan dan melihat kerumunan orang yang sedang mendekati korban kecelakaan.

Saat Zelona mendekat, matanya melotot kala melihat seorang wanita yang berlumuran darah di area wajah yang merupakan dirinya sendiri. Rupanya raganya yang berada di dalam mobil sedang berusaha dikeluarkan oleh petugas. 

"Itu a-aku?" tanyanya dengan tubuh bergetar. Lalu melanjutkan. 

"Ti-tidak mungkin!" teriaknya sambil menangis, ketika ia hendak menyibak kerumunan orang, tangannya tembus pandang. Ia memperhatikan dirinya sendiri dan melihat raganya yang dipindahkan ke brankar. 

Jiwa Zelona yang kebingungan hanya menatap sekeliling jalan yang mendadak macet parah. Ketika dalam kepanikan tersebut, jiwanya dilihat oleh seorang dokter yang baru saja menepikan mobilnya sebentar karena menerima panggilan telepon. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Jiwa Zelona yang memasuki mobil ambulans.

Dokter Arkav segera mengikuti ambulans tersebut dan memutuskan panggilan secara sepihak. 

Zelona yang duduk di dalam ambulans menangis sejadinya saat dua petugas medis menyeka cairan kental berwarna merah pada area wajah Sementara petugas satunya membantu memasangkan oksigen sungkup yang berada di mulutnya.

"Bagaimana bisa terjadi seperti ini?" tanyanya yang dijawab oleh angin. Dua petugas itu terus memompa tabung oksigen agar pasien tidak kehilangan nyawanya.

Raga Zelona segera didorong oleh petugas medis yang menerima tubuh tersebut saat keluar dari ambulans ketika tiba di rumah sakit. Jiwa Zelona terus mengikuti raganya tiada henti. Arkav pun berlari mengejar pasien yang dilihatnya. Ia pura-pura tidak melihat jiwa Zelona. Fokusnya adalah untuk memeriksa keadaan.

Arkav memeriksa keadaan pasien dan segera mencari pembuluh darah guna dipasang infus. Alat kejut jantung pun diletakkan pada tubuh Zelona.

"Kumohon bangunlah!" teriak Zelona pada tubuhnya sendiri. Hanya saja hal tersebut didengar oleh dokter Arkav saja. 

"150 Joule!" perintah Arkav. Ia masih bisa mendeteksi grafik di layar yang menunjukkan naik turun. 

"Siapkan Cito segera!" teriak Arkav pada perawat.

Langsung aja brankar itu didorong hingga menuju ruang OK untuk tindakan operasi dadakan. 

"Tim anestesi?"

"Lengkap dokter!" Seru seorang dokter koas menimpali dokter Calxivar yang merupakan dokter bedah. Sementara Arkav memantau perkembangannya di layar persegi yang hendak melakukan operasi nantinya.

"Ok. Surgical Blade!" Seru Calxivar meminta pisau bedah guna membuat sayatan di kepala.

***

Sementara itu, Xander yang baru saja datang bersama Dexon segera menanyakan perihal pasien yang barusan mengalami kecelakaan dengan wajah panik.

"Pasien sedang berada di ruang Operasi."

"Hah, bagaimana mungkin? Bukankah harus meminta tanda tangan walinya?" meskipun pertanyaan tersebut membuat resepsionis kebingungan, Ia segera menjawab, "Pasien dibawah naungan dokter Arkav. Beliau juga bekerja di rumah sakit ini. Ia hanya ingin membantu putri Anda."

"Bisa tunjukkan ruang operasinya?" tanya Dexon yang sangat khawatir karena insiden kecelakaan tersebut. Padahal dirinya membuat janji untuk makan siang di kafe dan ingin membicarakan perihal pertunangan.

Dexon menggiring pria yang rambutnya sedikit memutih sebagian dengan mengenakan kacamata tersebut menuju ruang operasi. Jiwa Zelona yang melihat kedatangan Ayah dan kekasihnya bermaksud mendekat dan menyapa. Akan tetapi, dua lelaki beda usia tersebut menerobos jiwa Zelona dan menunggu di depan ruang operasi dengan mimik khawatir.

Jiwa Zelona terhenyak melihat tubuhnya mampu ditembus. Dua pria beda usia itu hanya menatap kosong ke arah pintu operasi sambil berdiri. Zelona ingin merangkul keduanya, namun ia melakukan tindakan percuma sebab tembus pandang.

Mulutnya ditutup dengan tangannya sendiri dengan tangisan yang semakin histeris. Suara tersebut terdengar oleh Arkav dan hanya membatin, "Wanita diluar sangat berisik sekali. Mengganggu konsentrasiku saja!"

"Zelona apa yang sebenarnya terjadi pada dirimu, Nak?" tanya Xander dengan memijat kepalanya pusing disertai wajah yang penuh kekhawatiran. Sementara Dexon masih bergeming di tempatnya berdiri dengan pandangan kosong.

Zelona yang melihat hal tersebut semakin meningkatkan tangisan. Bertepatan dengan hal itu, seorang wanita berpakaian kantoran datang dan berkata dengan suara serak. "Xander, bagaimana dengan anak kita?"

"Zelona sedang ditangani oleh dokter di dalam. Ia sedang berjuang untuk operasi. Semoga Tuhan memperlancar semuanya."

Orlin–ibunya Zelona tidak kuasa menahan tubuhnya dan hendak luruh ke lantai. Namun segera ditangkap oleh suaminya dan diletakkan di kursi tunggu. 

Xander memeluk sang istri dan berusaha menenangkan. "Semua akan baik-baik saja. Jangan berhenti berdoa." Padahal hati pria tersebut juga tersayat. Namun ia tidak akan menunjukkan sikap lemahnya dengan menangis berlarut larut.

Setelah melakukan operasi selama dua jam.  Calxivar dan Arkav membuka pintu operasi dengan keadaan bersih. Dokter Calvi segera memberikan informasi pada wali pasien.

"Sementara waktu pasien harus dirawat di ruang inap hingga tersadar. Akan tetapi operasi bagian kepala tersebut tergolong rentang. Sebaiknya kalian menyiapkan kemungkinan terburuk."

Xander segera menarik kerah Calvi dan berkata, "Apa yang kau katakan dokter! Anakku pasti selamat. Tugasmu itu menyelamatkan banyak orang! Percuma saja gelarmu dipakai namun hanya membuat keluarga pasien down!"

"Saya hanya bicara sesuai faktanya." 

"Omong kosong!" teriak Xander tidak terima. Dexon segera melerai dan berujar, "Hentikan paman, sebaiknya kita pindahkan Zelona dahulu."

Xander segera melepaskan kerah Calvi dan mengikuti langkah para tim medis yang mendorong brankar putrinya.

"Zelona, sadarlah sayang. Jangan tinggalkan Mommy dan Daddy," Isak Orlin dengan terus menerus menyeka air matanya dengan tangan.

Setelah sampai di ruang inap, dokter Calvi membenarkan selang oksigen dan alat lainnya yang menempel di tubuh pasien. Ia mengecek kembali Zelona dan tiba-tiba berkata, "Kemungkinan besar, anak kalian mengalami Koma."

"Ko-koma?" teriak sang keluarga bertanya kompak. Bahkan jiwa Zelona yang mendengar pernyataan tersebut seketika membeku. Orlin tidak mampu menampung beban badannya sehingga ia pingsan di lantai.

"Mama!" teriak Xander panik. Zelona pun turut berteriak namun tidak ada balasan, air matanya kembali menganak sungai. Ia akan mencari solusi agar bisa kembali ke raganya.

"Aku akan mencoba masuk ke ragaku!" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dua Garis Sang Perawan   Bab 27. Kemarahan Zelona

    "Sudah bangun?" tanya Calvi yang sudah berada diatas tubuh Dania yang berbalut selimut. Matanya membulat sempurna dan mencoba mendorong tubuh kekar Calvi yang bertelanjang dada. "Kau … pria brengsek. Apa yang kau lakukan padaku hah?""Apa yang aku lakukan padamu … hmmm, sebagai seorang wanita dewasa kamu paham kan artinya jika kita sedang berada di ranjang begini?" tanya Calvi disertai senyum menyeringai. "Bedebah! Pria brengsek. Bukankah kau yang menjenguk dokter Luna tadi? Apa sebenarnya maumu, hah?" tanya Dania yang berusaha melepaskan cekalan dari genggaman pria yang sedang menindihnya. Namun, Calvi tak ingin melepaskannya dengan mudah. Rantai yang berada di sisi atas Dania segera diikatkan oleh Calvi. Membuat sang wanita ketakutan. "Apa mauku … hmmm, tentu saja banyak. Tapi yang paling utama, kau harus menuruti setiap ucapanku. Atau videomu tanpa sehelai benang akan sampai kepada ibumu yang sakit.""Kau! Apa salahku kau melakukan hal seperti ini!" teriak Dania tak terima.Cal

  • Dua Garis Sang Perawan   Bab 26. Zelona Keguguran

    Sesampainya di rumah sakit, Zelona segera ditangani oleh tim medis. Arkav bahkan lupa mengunci pintu dan membawa ponsel sanking terburu-buru. Bahkan kini ia hanya mengenakan celana boxer saja. Calvicar datang dan menyapa, "Kau ini kenapa datang ke Rs malah pakai kolor saja, hah? Dasar tidak sopan. Lihat tuh, banyak para wanita melihat tubuhmu."Arvav menimpali dengan raut panik. "Please Calvi, aku sedang terburu-buru tadi. Pinjam ponsel sebentar."Saat panggilan itu terjawab. Arkav langsung buka suara. [ Ma, ini Arkav. Soalnya tadi tidak sempat bawa hspe. apakah Mama dan Papa di rumah?] Terdengar suara di seberang begitu bahagia.bia memberondong berbagai pertanyaan. [ oh menantu. Apa kabar nih? Semenjak menikah dengan Zelona belum sempat berkunjung nih. Pasti jadwal praktiknya padat ya? ][ I-iya sih, Ma. Arkav sehat. ][ Syukurlah. Kami sedang berada di luar negeri. Jika ingin menginap di rumah Mama, menginap saja.][ Oh, oke Ma. Jika begitu Arkav tutup. ]"Sebenarnya ada apa sih?"

  • Dua Garis Sang Perawan   Bab 25. Ingin menjebak

    "Oh ya suster, tolong nanti belikan serbuk yang kutulis ya," ujar Luna seraya menyerahkan kertas. Suster itu membacanya dan paham tentang apa yang dimaksudkan, ia menimpali, "Oh, baiklah dokter Luna. Saya permisi. Mau diberikan jus apa nanti supaya tidak tertukar minumannya?" "Berikan saja jus alpukat untuk dokter Arkav. Aku air putih saja, bisa?" Suster itu mengangguk dan berlalu dari hadapan sang dokter. Setelah menutup pintu ia membatin, "Untuk apa dokter Luna memberikan obat kuat pada dokter Arkav?" Suster langsung menutup mulutnya. "Jangan bilang ingin menjebak dokter Arkav. Astaga bar-bar sekali kelakuannya. Ini sih cinta ditolak obat bertindak." Suster itu menangkap sosok Arkav yang dirindukan oleh Luna. Ia pun menyapa, "Hai dokter Arkav. Sendirian aja ya?" "Iya nih. Maklum saja istri baruku baru memberikan servis, jadi takut ketahuan orang banyak bila cara berjalannya berbeda," bisik Arkav sedikit mencondongkan badannya. Suster pun terkesiap. Ada rasa bersalah dalam

  • Dua Garis Sang Perawan   Bab 24. Makan Bakso

    "Dokter Vivian? Bisa bicara sebentar?" tanya Arkav pada wanita yang lebih cocok dipanggil ibu. Rekan kerjanya itu tidak memiliki suami namun memiliki anak kandung. "Ya dokter Arkav. Ada yang bisa dibantu?" tanya Vivian saat ia berada di ruangannya, sebentar lagi ia akan pensiun. "Duduk dulu, sepertinya ada hal yang serius."Arkav tersenyum merekah dan duduk. Ia menghela nafas sejenak lalu bertanya, "Begini, saya ingin menanyakan sesuatu yang begitu sensitif. Kejadian ini terjadi pada istri baruku.""Apa itu, dok? Oh ya, mau kopi?" "Boleh."Vivian meracik kopi lalu memberikan pada rekan kerjanya di atas meja. Arkav berterimakasih kemudian melanjutkan cerita. "Jadi begini dokter, apakah mungkin seseorang bisa hamil tanpa melakukan hubungan badan?"Pertanyaan dari rekan kerjanya membuat ia syok. Sebab ia pun pernah melakukannya sendiri untuk bisa mendapatkan anak dari lelaki yang ia cintai namun sudah memiliki istri. "Bisa, bahkan hal itu sering dilakukan untuk mencapai tujuan.""Apak

  • Dua Garis Sang Perawan   Bab 23. Mengulang Bercinta

    "Kalian anakku, kah?" tanya Arkav bingung. Ia berpikir bahwa anak kecil tersebut adalah anaknya bersama sang istri, Poppy. Lalu dua bocah itu kompak menunjuk ke sebuah danau."Pasti Poppy, ya?" Kedua anak itu hanya diam saja. Arkav yang merasa rindu dengan mendiang istrinya perlahan mendekati seorang wanita yang mengenakan dress putih selutut dengan membelakanginya. Tanpa aba-aba, Arkav segera memeluk dari belakang. Menghirup aroma yang begitu wangi. Pria berkacamata itu berbisik, "Sayangku Poppy, Mas rindu. Sudah lama aku menantikan hadirmu dalam mimpiku. Anak-anak rupanya tumbuh sehat di sini."Wanita itu tak bergeming. Arkav semakin mengeratkan pelukan. Kembali berujar, "Sayang, apakah kau tidak rindu padaku? Kenapa tidak berkata satu kalimat?"Arkav melepaskan pelukan, memegang pundak sang istri guna membalikkan tubuhnya. Saat wajah wanita itu bersibobrok dengannya, mata Arkav membola sempurna. "Ze-zelona?""ZELONA!" teriak Arkav masih dalam memejamkan matanya dengan gelisah.

  • Dua Garis Sang Perawan   Bab 22. Zelona ternyata perawan

    Arkav melajukan mobilnya dan bertanya, "Kok tidurnya pisah, kan katanya tadi mau unboxing kan?""Mager," sahut Zelona singkat. Arkav mendelik mendengar perkataan istri kecilnya. Ia berusaha mengendalikan hasrat yang sedari tadi ia tahan. Setelah geloranya dipaksa bangkit lantas dihempaskan begitu saja. Itu sungguh menyiksa. "Sabar, Arkav. Mungkin saja bawaan bayi," gumam dalam hati. Zelona melihat di pinggir jalan ada seorang pedagang buah. Air liurnya menetes melihat sekumpulan buah. "Dokter berhenti di penjual buah. Belikan aneka buah dong. 7 rasa ya. Mau dibikin es kul-kul sama rujakkan.""Oke. Sebentar."Arkav turun dari mobil, ia membeli mangga muda dan matang, kelengkeng, melon, belimbing jumbo, pepaya california, apel, anggur. Sesuai permintaan sang istri, 7 macam buah. Sesampainya mereka di rumah, Zelona segera mengupas segala jenis buah, dipotong kecil-kecil dan ditusuk seperti sate. Arkav bingung memperhatikan sosok wanita yang dengan telaten menekuri buah tersebut. Ia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status