Share

Dua Garis Sang Perawan
Dua Garis Sang Perawan
Penulis: Bait Rindu

Bab 1. Koma

Seorang wanita berambut panjang kecoklatan, sedang mengendarai mobil menuju tempat yang dijanjikan oleh kekasihnya yakni Lanadexon. Perempuan itu berhenti di persimpangan jalan karena lampu merah. 

Saat itulah, mata hitamnya bersiborok dengan adik tirinya, Floxa yang sedang bercumbu di dalam mobil di seberang jalan. Sementara sang lelaki tampak menikmati perlakuan dari Flo, yang sengaja menunjukkan hal tersebut. 

Tin! Tin! Bunyi klakson dari mobil belakang Zelona membuat dirinya harus melajukan kuda besi beroda empat tersebut sementara netra hitamnya tidak berkedip menatap wajah penghianat.

"Kenapa kalian begitu tega?" tanyanya dengan perasaan tersayat. Zelona sangat mencintai kekasihnya karena Dexon adalah pria yang ia dambakan selama ini. Namun nyatanya, ketulusan dibalas penghianatan.

"Kalian jahat," bisik Zelona dengan kucuran air mata yang semakin deras melewati kedua pipinya. 

Wanita yang dibuat porak-poranda hatinya melajukan mobilnya tanpa tujuan yang jelas. Dari arah berlawanan, ada seorang pengendara motor yang mengendarai dengan kecepatan tinggi dan terpeleset di jalan raya karena jalanan licin. Zelona yang tidak sigap langsung membulatkan matanya dan segera membanting stir hingga mobil putihnya menabrak truk di depannya.

Tubuh Zelona terpental keluar dari mobil. Namun selang beberapa menit, ketika cahaya putih memukau di langit, ia bisa terbangun dengan sendirinya. tangannya bergerak-gerak dan ia bangkit. 

Zelona meraba tubuh yang tidak mengalami apapun membuat dirinya panik. Ia membalikkan badan dan melihat kerumunan orang yang sedang mendekati korban kecelakaan.

Saat Zelona mendekat, matanya melotot kala melihat seorang wanita yang berlumuran darah di area wajah yang merupakan dirinya sendiri. Rupanya raganya yang berada di dalam mobil sedang berusaha dikeluarkan oleh petugas. 

"Itu a-aku?" tanyanya dengan tubuh bergetar. Lalu melanjutkan. 

"Ti-tidak mungkin!" teriaknya sambil menangis, ketika ia hendak menyibak kerumunan orang, tangannya tembus pandang. Ia memperhatikan dirinya sendiri dan melihat raganya yang dipindahkan ke brankar. 

Jiwa Zelona yang kebingungan hanya menatap sekeliling jalan yang mendadak macet parah. Ketika dalam kepanikan tersebut, jiwanya dilihat oleh seorang dokter yang baru saja menepikan mobilnya sebentar karena menerima panggilan telepon. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Jiwa Zelona yang memasuki mobil ambulans.

Dokter Arkav segera mengikuti ambulans tersebut dan memutuskan panggilan secara sepihak. 

Zelona yang duduk di dalam ambulans menangis sejadinya saat dua petugas medis menyeka cairan kental berwarna merah pada area wajah Sementara petugas satunya membantu memasangkan oksigen sungkup yang berada di mulutnya.

"Bagaimana bisa terjadi seperti ini?" tanyanya yang dijawab oleh angin. Dua petugas itu terus memompa tabung oksigen agar pasien tidak kehilangan nyawanya.

Raga Zelona segera didorong oleh petugas medis yang menerima tubuh tersebut saat keluar dari ambulans ketika tiba di rumah sakit. Jiwa Zelona terus mengikuti raganya tiada henti. Arkav pun berlari mengejar pasien yang dilihatnya. Ia pura-pura tidak melihat jiwa Zelona. Fokusnya adalah untuk memeriksa keadaan.

Arkav memeriksa keadaan pasien dan segera mencari pembuluh darah guna dipasang infus. Alat kejut jantung pun diletakkan pada tubuh Zelona.

"Kumohon bangunlah!" teriak Zelona pada tubuhnya sendiri. Hanya saja hal tersebut didengar oleh dokter Arkav saja. 

"150 Joule!" perintah Arkav. Ia masih bisa mendeteksi grafik di layar yang menunjukkan naik turun. 

"Siapkan Cito segera!" teriak Arkav pada perawat.

Langsung aja brankar itu didorong hingga menuju ruang OK untuk tindakan operasi dadakan. 

"Tim anestesi?"

"Lengkap dokter!" Seru seorang dokter koas menimpali dokter Calxivar yang merupakan dokter bedah. Sementara Arkav memantau perkembangannya di layar persegi yang hendak melakukan operasi nantinya.

"Ok. Surgical Blade!" Seru Calxivar meminta pisau bedah guna membuat sayatan di kepala.

***

Sementara itu, Xander yang baru saja datang bersama Dexon segera menanyakan perihal pasien yang barusan mengalami kecelakaan dengan wajah panik.

"Pasien sedang berada di ruang Operasi."

"Hah, bagaimana mungkin? Bukankah harus meminta tanda tangan walinya?" meskipun pertanyaan tersebut membuat resepsionis kebingungan, Ia segera menjawab, "Pasien dibawah naungan dokter Arkav. Beliau juga bekerja di rumah sakit ini. Ia hanya ingin membantu putri Anda."

"Bisa tunjukkan ruang operasinya?" tanya Dexon yang sangat khawatir karena insiden kecelakaan tersebut. Padahal dirinya membuat janji untuk makan siang di kafe dan ingin membicarakan perihal pertunangan.

Dexon menggiring pria yang rambutnya sedikit memutih sebagian dengan mengenakan kacamata tersebut menuju ruang operasi. Jiwa Zelona yang melihat kedatangan Ayah dan kekasihnya bermaksud mendekat dan menyapa. Akan tetapi, dua lelaki beda usia tersebut menerobos jiwa Zelona dan menunggu di depan ruang operasi dengan mimik khawatir.

Jiwa Zelona terhenyak melihat tubuhnya mampu ditembus. Dua pria beda usia itu hanya menatap kosong ke arah pintu operasi sambil berdiri. Zelona ingin merangkul keduanya, namun ia melakukan tindakan percuma sebab tembus pandang.

Mulutnya ditutup dengan tangannya sendiri dengan tangisan yang semakin histeris. Suara tersebut terdengar oleh Arkav dan hanya membatin, "Wanita diluar sangat berisik sekali. Mengganggu konsentrasiku saja!"

"Zelona apa yang sebenarnya terjadi pada dirimu, Nak?" tanya Xander dengan memijat kepalanya pusing disertai wajah yang penuh kekhawatiran. Sementara Dexon masih bergeming di tempatnya berdiri dengan pandangan kosong.

Zelona yang melihat hal tersebut semakin meningkatkan tangisan. Bertepatan dengan hal itu, seorang wanita berpakaian kantoran datang dan berkata dengan suara serak. "Xander, bagaimana dengan anak kita?"

"Zelona sedang ditangani oleh dokter di dalam. Ia sedang berjuang untuk operasi. Semoga Tuhan memperlancar semuanya."

Orlin–ibunya Zelona tidak kuasa menahan tubuhnya dan hendak luruh ke lantai. Namun segera ditangkap oleh suaminya dan diletakkan di kursi tunggu. 

Xander memeluk sang istri dan berusaha menenangkan. "Semua akan baik-baik saja. Jangan berhenti berdoa." Padahal hati pria tersebut juga tersayat. Namun ia tidak akan menunjukkan sikap lemahnya dengan menangis berlarut larut.

Setelah melakukan operasi selama dua jam.  Calxivar dan Arkav membuka pintu operasi dengan keadaan bersih. Dokter Calvi segera memberikan informasi pada wali pasien.

"Sementara waktu pasien harus dirawat di ruang inap hingga tersadar. Akan tetapi operasi bagian kepala tersebut tergolong rentang. Sebaiknya kalian menyiapkan kemungkinan terburuk."

Xander segera menarik kerah Calvi dan berkata, "Apa yang kau katakan dokter! Anakku pasti selamat. Tugasmu itu menyelamatkan banyak orang! Percuma saja gelarmu dipakai namun hanya membuat keluarga pasien down!"

"Saya hanya bicara sesuai faktanya." 

"Omong kosong!" teriak Xander tidak terima. Dexon segera melerai dan berujar, "Hentikan paman, sebaiknya kita pindahkan Zelona dahulu."

Xander segera melepaskan kerah Calvi dan mengikuti langkah para tim medis yang mendorong brankar putrinya.

"Zelona, sadarlah sayang. Jangan tinggalkan Mommy dan Daddy," Isak Orlin dengan terus menerus menyeka air matanya dengan tangan.

Setelah sampai di ruang inap, dokter Calvi membenarkan selang oksigen dan alat lainnya yang menempel di tubuh pasien. Ia mengecek kembali Zelona dan tiba-tiba berkata, "Kemungkinan besar, anak kalian mengalami Koma."

"Ko-koma?" teriak sang keluarga bertanya kompak. Bahkan jiwa Zelona yang mendengar pernyataan tersebut seketika membeku. Orlin tidak mampu menampung beban badannya sehingga ia pingsan di lantai.

"Mama!" teriak Xander panik. Zelona pun turut berteriak namun tidak ada balasan, air matanya kembali menganak sungai. Ia akan mencari solusi agar bisa kembali ke raganya.

"Aku akan mencoba masuk ke ragaku!" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status