"Dokter Vivian? Bisa bicara sebentar?" tanya Arkav pada wanita yang lebih cocok dipanggil ibu. Rekan kerjanya itu tidak memiliki suami namun memiliki anak kandung. "Ya dokter Arkav. Ada yang bisa dibantu?" tanya Vivian saat ia berada di ruangannya, sebentar lagi ia akan pensiun. "Duduk dulu, sepertinya ada hal yang serius."Arkav tersenyum merekah dan duduk. Ia menghela nafas sejenak lalu bertanya, "Begini, saya ingin menanyakan sesuatu yang begitu sensitif. Kejadian ini terjadi pada istri baruku.""Apa itu, dok? Oh ya, mau kopi?" "Boleh."Vivian meracik kopi lalu memberikan pada rekan kerjanya di atas meja. Arkav berterimakasih kemudian melanjutkan cerita. "Jadi begini dokter, apakah mungkin seseorang bisa hamil tanpa melakukan hubungan badan?"Pertanyaan dari rekan kerjanya membuat ia syok. Sebab ia pun pernah melakukannya sendiri untuk bisa mendapatkan anak dari lelaki yang ia cintai namun sudah memiliki istri. "Bisa, bahkan hal itu sering dilakukan untuk mencapai tujuan.""Apak
"Oh ya suster, tolong nanti belikan serbuk yang kutulis ya," ujar Luna seraya menyerahkan kertas. Suster itu membacanya dan paham tentang apa yang dimaksudkan, ia menimpali, "Oh, baiklah dokter Luna. Saya permisi. Mau diberikan jus apa nanti supaya tidak tertukar minumannya?" "Berikan saja jus alpukat untuk dokter Arkav. Aku air putih saja, bisa?" Suster itu mengangguk dan berlalu dari hadapan sang dokter. Setelah menutup pintu ia membatin, "Untuk apa dokter Luna memberikan obat kuat pada dokter Arkav?" Suster langsung menutup mulutnya. "Jangan bilang ingin menjebak dokter Arkav. Astaga bar-bar sekali kelakuannya. Ini sih cinta ditolak obat bertindak." Suster itu menangkap sosok Arkav yang dirindukan oleh Luna. Ia pun menyapa, "Hai dokter Arkav. Sendirian aja ya?" "Iya nih. Maklum saja istri baruku baru memberikan servis, jadi takut ketahuan orang banyak bila cara berjalannya berbeda," bisik Arkav sedikit mencondongkan badannya. Suster pun terkesiap. Ada rasa bersalah dalam
Sesampainya di rumah sakit, Zelona segera ditangani oleh tim medis. Arkav bahkan lupa mengunci pintu dan membawa ponsel sanking terburu-buru. Bahkan kini ia hanya mengenakan celana boxer saja. Calvicar datang dan menyapa, "Kau ini kenapa datang ke Rs malah pakai kolor saja, hah? Dasar tidak sopan. Lihat tuh, banyak para wanita melihat tubuhmu."Arvav menimpali dengan raut panik. "Please Calvi, aku sedang terburu-buru tadi. Pinjam ponsel sebentar."Saat panggilan itu terjawab. Arkav langsung buka suara. [ Ma, ini Arkav. Soalnya tadi tidak sempat bawa hspe. apakah Mama dan Papa di rumah?] Terdengar suara di seberang begitu bahagia.bia memberondong berbagai pertanyaan. [ oh menantu. Apa kabar nih? Semenjak menikah dengan Zelona belum sempat berkunjung nih. Pasti jadwal praktiknya padat ya? ][ I-iya sih, Ma. Arkav sehat. ][ Syukurlah. Kami sedang berada di luar negeri. Jika ingin menginap di rumah Mama, menginap saja.][ Oh, oke Ma. Jika begitu Arkav tutup. ]"Sebenarnya ada apa sih?"
"Sudah bangun?" tanya Calvi yang sudah berada diatas tubuh Dania yang berbalut selimut. Matanya membulat sempurna dan mencoba mendorong tubuh kekar Calvi yang bertelanjang dada. "Kau … pria brengsek. Apa yang kau lakukan padaku hah?""Apa yang aku lakukan padamu … hmmm, sebagai seorang wanita dewasa kamu paham kan artinya jika kita sedang berada di ranjang begini?" tanya Calvi disertai senyum menyeringai. "Bedebah! Pria brengsek. Bukankah kau yang menjenguk dokter Luna tadi? Apa sebenarnya maumu, hah?" tanya Dania yang berusaha melepaskan cekalan dari genggaman pria yang sedang menindihnya. Namun, Calvi tak ingin melepaskannya dengan mudah. Rantai yang berada di sisi atas Dania segera diikatkan oleh Calvi. Membuat sang wanita ketakutan. "Apa mauku … hmmm, tentu saja banyak. Tapi yang paling utama, kau harus menuruti setiap ucapanku. Atau videomu tanpa sehelai benang akan sampai kepada ibumu yang sakit.""Kau! Apa salahku kau melakukan hal seperti ini!" teriak Dania tak terima.Cal
Seorang wanita berambut panjang kecoklatan, sedang mengendarai mobil menuju tempat yang dijanjikan oleh kekasihnya yakni Lanadexon. Perempuan itu berhenti di persimpangan jalan karena lampu merah. Saat itulah, mata hitamnya bersiborok dengan adik tirinya, Floxa yang sedang bercumbu di dalam mobil di seberang jalan. Sementara sang lelaki tampak menikmati perlakuan dari Flo, yang sengaja menunjukkan hal tersebut. Tin! Tin! Bunyi klakson dari mobil belakang Zelona membuat dirinya harus melajukan kuda besi beroda empat tersebut sementara netra hitamnya tidak berkedip menatap wajah penghianat."Kenapa kalian begitu tega?" tanyanya dengan perasaan tersayat. Zelona sangat mencintai kekasihnya karena Dexon adalah pria yang ia dambakan selama ini. Namun nyatanya, ketulusan dibalas penghianatan."Kalian jahat," bisik Zelona dengan kucuran air mata yang semakin deras melewati kedua pipinya. Wanita yang dibuat porak-poranda hatinya melajukan mobilnya tanpa tujuan yang jelas. Dari arah berlawan
Saat Zelona hendak menyatukan diri. Tiba-tiba, Arkav berkata, "apa yang Nona lakukan!" Pertanyaan ambigu tersebut membuat Orang-orang yang berada di ruang inap kebingungan. Di ruang VVIP tersebut hanya ada Zelona yang koma dan Orlin yang sedang pingsan namun berada di sofa. Lantas Nona siapa yang Arkav maksud? Jiwa Zelona terhenyak dan menatap kearah Arkav yang juga menatapnya. Dokter Calxivar bertanya, "apa yang kamu katakan dokter Arkav?"Arkav pun mengelak saat tersadar telah berkata. "Ah, tidak ada. Saya hanya asal bicara saja. Jika begitu saya permisi dulu."Jiwa Zelona segera turun dari brankar dan mengikuti langkah Arkav ke sebuah rooftop rumah sakit."Apakah dokter bisa melihatku?" tanya Zelona seraya mendekat ke arah Arkav yang memegang pembatas."Hmmm, begitu lah. Lagipula apa yang hendak kau lakukan dengan yang tadi? Ingin masuk ke dalam ragamu begitu? Tidak semudah itu Nona!"Zelona terkejut mendengar penuturan dari dokter yang bisa melihat jiwanya bahkan turut serta men
"Menipu? Untuk apa aku menipumu, hah?" bentak Arkav marah, yang dilihat orang adalah Arkav sekarang sedang menelepon seseorang. Padahal yang sebenarnya ia sedang berbicara pada gadis di sampingnya. Yakni roh Zelona."Benar bila dokter bisa membantu?""Ya, namun kau harus melakukan kebaikan dengan usahamu sendiri dan memohon kepada sang pencipta untuk diberikan kesempatan untuk hidup. Semoga saja misimu berhasil." usai mengatakan hal tersebut, Arkav pergi dan menuju ke kamar inap istrinya yang sedang sakit."Sayang, bagaimana kondisimu? Sudah membaik?" tanya Arkav seraya mengecup puncak kepala istrinya dengan sayang."Sedikit membaik dari biasanya. Namun perutku masih sedikit kram," ujar Poppy memberi tahu. Wajahnya terlihat murung. Hal itu membuat Arkav menggenggam erat tangan mungil istrinya guna menenangkan."Tidak perlu disesali apa yang sudah terjadi. Mungkin saja Tuhan belum mengizinkan kita memiliki momongan."Jiwa Zelona yang berada diluar pintu mencuri dengar pembicaraan sepas
Jiwa Zelona tidak menyangka bahwa Orilin akan mengatakan hal tersebut. Ia tidak terima dan berteriak, "Mama! Mereka berdua sudah merencanakan hal ini. Mama sudah masuk dalam perangkap."Sementara Dexon menatap Floxa yang juga menatapnya. Ia mencoba mengelak. "Tapi, Bibi, bagaimana dengan Zelona?""Om tahu bila kau sangat mencintai anakku. Sebenarnya hal ini sangat berat. Hanya saja keadaan memaksa kami untuk memutuskan sesuatu.""Tapi Pa, Ma. Kak Dexon adalah calon tunangan kak Zelona. Bukankah hal bisa merusak reputasi dua keluarga? Floxa tidak ingin membuat orang-orang salah paham. Aku tidak menikah dengan kak Dexon.""Tolong mengertilah Flo. Tidak ada yang ingin hal seperti ini terjadi. Kakakmu mengalami kecelakaan hingga koma. Mama dan Papa tidak tahu kapan dia akan bangun. Sementara anak yang lainnya justru mendapat kemalangan. Orang tua mana tega melihat anak-anaknya menderita?""Tapi, Flo tidak bisa menikah dengan Kak Dexon. Lebih baik, Anak ini digugurkan saja!""Apakah kamu g