Share

34. Dua Pilar Cinta

“Kang Raihan,” ucap Rumi dengan senyum tipis terpatri di wajah. Ia dengan segera merogoh saku baju, kemudian memberikan sebuah sapu tangan pada Raihan.

“Sebaiknya kita berangkat sekarang,” ujar seorang pengawal yang langsung membukakan pintu. “Nona Rania, Tuan Raihan silakan masuk.”

Raihan dan Rania masuk ke mobil seperti yang diminta, sedang Romi dan Rumi duduk di mobil satunya. Kendaraan dengan cepat meninggalkan bangunan, lalu menerobos pepohonan di kiri dan kanan jalan.

Rania tak tahu harus bersikap bagaimana setelah ini. Sepanjang perjalanan, tak ada tegur sapa antara dirinya dan Raihan. Mencoba terpejam pun tak bisa. Peristiwa pelukan tadi seringkali memacu semacam perasaan aneh. Akhirnya, Rania memutuskan untuk cemberut sepanjang jalan dan tak bicara pada Raihan.   

Sementara itu, Raihan sudah terpejam beberapa waktu lalu. Matanya refleks tertutup ketika punggungnya bersandar pada kursi.

Rania me

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status