Share

Bab 2

Author: Galaxy
Sampai suasana di ruang VIP benar-benar sunyi, barulah dengan enggan dia mengulurkan tangannya padaku, mencoba menenangkanku.

"Mereka cuma bercanda, jangan dimasukkan ke hati."

Ketika aku masih terdiam, ia akhirnya serius. Memaki yang lain sebentar dan menarikku untuk duduk.

"Sudahlah, jangan marah. Lain kali aku akan peringatkan mereka."

Suasana pun kembali ramai.

Aku bersandar di pelukan Aidan, memikirkan cara untuk mengakhiri hubungan dengannya.

Tiba-tiba, pintu bar terbuka.

Lira yang mengenakan gaun putih, masuk.

"Kak Aidan?"

Hampir seketika, semua orang menyingkirkan perempuan di pangkuan mereka dan buru-buru merapikan pakaian masing-masing.

Termasuk Aidan.

Dia mendorongku ke samping, berdiri dan berjalan ke arah Lira. Lalu menutup mata gadis itu dengan lembut, suaranya penuh kasih. "Lira, jangan lihat dulu, tunggu kami beres-beres sebentar."

Kemudian ia menoleh ke teman-temannya dengan tatapan penuh peringatan,

"Cepat bawa orang-orang ini keluar! Jangan biarkan mereka mengotori mata Lira."

Semua orang bergegas berdiri, ada yang membuka jendela, ada yang mengusir para perempuan.

Seseorang bahkan dengan penuh perhatian menyalakan lampu putih, menerangi seluruh ruangan pribadi, tetapi tidak mampu menerangi kabut di hatiku.

Jadi begini rupanya Aidan ketika dia benar-benar peduli pada seseorang.

Tiba-tiba aku kehilangan keinginan untuk tinggal lebih lama dan berdiri untuk pergi.

Gerakanku membuat yang lain terkejut. Segera seseorang berseru untuk memperingatkan Aidan, "Kak Aidan, Kakak Ipar masih di sini."

Aidan mengerutkan kening, refleks menjawab, "Ya biarin aja, toh…"

Dia terhenti, mungkin sadar akan ucapannya, lalu perlahan menurunkan tangannya yang tadi menutupi mata Lira.

Dengan canggung dia menjelaskan, "Lira masih muda, belum pernah lihat hal seperti ini. Dia beda denganmu."

Aku tersenyum, tetapi sedikit kesedihan terpancar di mataku.

Dia lupa, Lira lebih tua setahun dariku.

Namun karena aku bukan siapa-siapa di hatinya, perasaanku tentu tak berarti apa-apa.

Aku melangkah melewati mereka, bersiap pergi.

Tetapi Lira tiba-tiba menghentikanku dan berkata dengan takut-takut, "Kakak Ipar, jangan marah. Aku datang ke sini untuk mengembalikan sesuatu."

Sambil bicara, dia membuka kotak cincin di tangannya.

Menampakkan sebuah cincin berlian besar yang berkilau.

"Kemarin waktu lihat cincin di jarimu, aku sempat iri dan bilang ingin juga."

"Tak disangka…"

Lira menatap Aidan dengan wajah malu-malu, suaranya manis, seperti mengandung pancingan.

"Tak disangka Kak Aidan benar-benar mengingatnya, bahkan membelikanku cincin berlian semahal ini untuk menyenangkanku."

"Kudengar cincin itu hanya bisa dimiliki sekali seumur hidup. Aku merasa nggak enak, jadi sengaja datang untuk mengembalikannya."

Mengembalikan, katanya?

Tapi tangannya yang menggenggam kotak itu tak pernah terlepas sedikit pun.

Aku menunduk, menatap cincin perak sederhana di jariku, tiba-tiba merasa diriku sangat konyol.

Dua tahun hubungan, tujuh ratus tiga puluh hari bersama.

Aidan hanya memberiku cincin perak murah yang tak sampai 400 ribu.

Baik di ranjang maupun di luar, aku ternyata begitu murah nilainya.

Aku mundur dua langkah, untuk pertama kalinya aku tak menghormati Aidan, lalu mendorong pintu dan pergi.

Ruang itu pun riuh.

Seseorang terkekeh, bersuara keras, "Emang siapa dia? Berani-beraninya bersikap seperti itu sama Kak Aidan."

"Diam!"

Aidan memelototinya, wajahnya muram.

Keluar dari bar, waktu sudah menunjukkan pukul tiga dini hari.

Jalanan nyaris sepi, hanya angin malam yang gelisah meniup wajahku, meniup kenangan yang berputar kembali.

Dua tahun lalu, saat bekerja paruh waktu, aku bertemu Aidan.

Dia bilang dia belum pernah bertemu orang sepolos aku, dan ingin aku menjalin hubungan yang langgeng dengannya.

Aku menganggapnya konyol, menolaknya berkali-kali.

Sampai malam Tahun Baru itu, ayah tiriku diam-diam membuka pintu kamarku...
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dua Tahun, Tapi Dia Pilih yang Polos   Bab 10

    Aku menghela napas, memutuskan untuk sementara waktu menenangkan emosi gilanya yang tidak stabil itu."Kita bicarakan setelah pidato selesai."Kami akhirnya bertemu di sebuah kafe tidak jauh dari tempat acara.Aroma kopi di dalam ruangan begitu harum dan pekat.Sudah lama sekali aku tidak menikmati suasana santai dan tenang seperti ini. Sejak hari-hariku dipenuhi oleh penelitian dan pekerjaan.Begitu duduk, Aidan langsung mulai bicara panjang lebar, mengutarakan kerinduannya padaku."Ivy, aku baru menyadari betapa bodoh dan buruknya aku setelah kamu pergi.""Orang yang selalu kucintai selalu kamu, dan hanya kamu. Bisakah kita..." Kata-kata yang dulu begitu lama aku tunggu, kini terdengar jelas di telingaku."Tidak," aku menyela sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, "Hal-hal di masa lalu bukan sepenuhnya salahmu, aku juga punya kesalahan.""Kamu menyelamatkanku dari ayah tiriku saat itu, dan aku sangat berterima kasih padamu.""Aku sangat ingin menemukan seseorang yang bisa kuan

  • Dua Tahun, Tapi Dia Pilih yang Polos   Bab 9

    Memang begitu kenyataannya.Sejak meninggalkan dia dan sepenuhnya menekuni dunia penelitian, aku baru menyadari, di dunia ini ada begitu banyak hal yang jauh lebih indah dan murni daripada cinta.Segala hal tentang dirinya, termasuk semua ‘keahlian’ yang dulu dia ajarkan padaku. Bagaimana seorang wanita harus menuruti dan menyenangkan pria di ranjang, sudah benar-benar kulupakan.Termasuk Aidan.Profesor bercerita tentang Aidan saat menghadiri seminar akademik di luar negeri."Setelah kamu pergi, Aidan membongkar seluruh sekolah mencarimu. Kamu tidak memberitahunya soal kepergianmu?"Aku tersenyum dan menggeleng pelan."Urusanku sendiri, cukup aku yang memutuskan."Profesor itu menatapku, lalu menghela napas."Kudengar dia depresi cukup lama setelah kamu pergi. Sepertinya kepergianmu benar-benar jadi pukulan berat baginya."Aku terdiam dua detik, tanpa menjawab."Pria yang begitu setia dan tulus, kamu tak berpikir untuk memberinya kesempatan lagi?"Siapa yang nggak akan berpura-pura sa

  • Dua Tahun, Tapi Dia Pilih yang Polos   Bab 8

    Keunggulan dan optimismeku yang belum pernah ia lihat sebelumnya, terwujud di hadapannya saat itu. Sayangnya, semua sudah terlambat.Dalam benaknya terus terlintas kenangan tentang masa lalu kami berdua, dan kali ini, dia benar-benar menyesalinya.Di sekolah, tak ada lagi bayanganku, tak ada seorang pun yang tahu ke mana aku pergi.Antara aku dan dia, kini hanya tersisa masa lalu....Di perjalanan pulang, Aidan mengirim banyak pesan untukku.Kadang isinya permohonan yang rendah hati, kadang pula perintah yang keras dan penuh paksaan.Aku sibuk dengan pekerjaan dan belajar, jadi sebagian besar pesan itu lenyap tanpa balasan, dan sebagian kecil yang kulihat pun, hampir semuanya kuabaikan.Aidan terhanyut dalam linglung, perlahan-lahan mengabaikan Lira.Lira khawatir akan ditinggalkan, setiap hari hanya memikirkan bagaimana caranya agar Aidan tetap memperhatikannya.Suatu malam, tepat ketika Aidan tiba di rumah, ia menerima telepon dari Lira. Tangisan lirih di seberang sana mengguncang

  • Dua Tahun, Tapi Dia Pilih yang Polos   Bab 7

    Sebenarnya, aku bukan tidak tahu apa-apa tentang semua hal itu, aku hanya tidak berani percaya.Aku tidak berani percaya bahwa pria yang dulu menolongku dari penderitaan dan kehancuran, ternyata adalah orang seburuk itu!Aku juga tidak berani percaya bahwa perasaannya padaku, ternyata lebih banyak berasal dari hasrat tubuh, bukan cinta yang tulus.Aku tahu sejak awal bahwa pernyataan cinta Aidan karena dorongan teman-temannya.Sejak semester pertama, aku sudah terkenal di jurusanku sebagai cewek cantik sekaligus jagoan pelajaran.Namun karena sifat dan pengaruh keluarga, aku selalu rendah hati, tak tertarik pada hal lain selain belajar.Teman-teman Aidan penasaran pria seperti apa yang akan memenangkan hati cewek cantik dan dingin sepertiku.Mereka juga ingin tahu, dalam ‘didikan’ Aidan, bagaimana gadis polos sepertiku akan ‘tercemar’ sedikit demi sedikit.Dia bilang dia menyukai Lira yang polos. Tapi dia lupa, sebelum bersamanya, aku juga polos.Aku memang tidak mempermasalahkan alasa

  • Dua Tahun, Tapi Dia Pilih yang Polos   Bab 6

    Saat Aidan sedang memaki-maki aku dengan kata-kata paling keji dan menjijikkan yang bisa ia pikirkan, pengusaha yang disebut-sebut dalam pesannya tiba-tiba kembali ke tempat pesta.Aidan langsung naik pitam. Tanpa berkata sepatah pun, ia melayangkan satu pukulan keras ke wajah si pengusaha.Lalu, sambil mencengkeram kerah jas pengusaha itu dengan mata merah penuh amarah, ia menggertak dengan suara berat, "Ke mana kau bawa dia? Katakan!""Aku peringatkan, kalau terjadi sesuatu pada Ivy, aku akan menyeretmu dan seluruh perusahaanmu ke neraka bersamaku! Katakan di mana dia sekarang!"Petugas keamanan segera datang dan menahan Aidan yang tampak seperti orang gila.Sementara itu, pengusaha itu menyeka darah di sudut bibirnya, lalu menatap Aidan yang tampak marah tapi pura-pura peduli, dan malah tertawa kecil."Anak muda, baik di dunia bisnis maupun urusan cinta, omong kosong dan ancaman tidak ada gunanya.""Kalau ingin orang percaya padamu, tunjukkan ketulusanmu. Tapi sayangnya, hari ini ak

  • Dua Tahun, Tapi Dia Pilih yang Polos   Bab 5

    Saat menerima pesan yang kukirim, Aidan sedang berada di rumah sakit menjaga Lira yang pura-pura pingsan.Selama kami bersama, aku jarang sekali bertengkar dengannya.Sebagian besar waktu, yang marah selalu dia, dan akulah yang berusaha menenangkannya, baik dengan kata-kata maupun dengan tubuhku.Kalaupun kami bertengkar, kami hampir tidak pernah mengucapkan kata-kata yang terlalu menyakitkan, apalagi sampai membicarakan soal putus.Aidan memang terkejut saat membaca pesanku, tapi dia mengira aku hanya masih marah karena insiden di pesta malam itu, saat dia tiba-tiba pergi dan meninggalkanku bersama seorang pengusaha.Dia pikir akan membelikanku hadiah untuk menenangkan setelah kejadian itu selesai.Aku memang selalu mudah luluh, dan dia dulu juga selalu berhasil menenangkanku begitu.Namun ketika dia sadar teleponku tidak bisa dihubungi sama sekali, barulah dia merasa ada yang berbeda kali ini.Seketika, hatinya mulai panik.Setelah mengetahui Lira baik-baik saja, Aidan hendak pergi.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status