Short
Dua Tahun, Tapi Dia Pilih yang Polos

Dua Tahun, Tapi Dia Pilih yang Polos

By:  GalaxyCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
10Chapters
0views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Karena kemampuan tertentu yang sangat kuat dari pacarku, kami selalu berusaha mencari hal-hal baru untuk dilakukan selama bercinta. Untuk itu, dia tidak hanya sekali membujukku dengan kata-kata manis, "Kita akan menikah setelah kamu lulus." Bodohnya, aku percaya padanya. Jadi, aku berjuang mati-matian menyelesaikan SKS agar bisa lulus lebih cepat. Aku juga diam-diam membaca berbagai materi dan mempelajari teknik, hanya untuk memuaskan tubuhnya. Sampai suatu hari, karena belajar sampai larut dan melewatkan jam malam asrama, aku pergi ke bar untuk mencarinya. Tanpa sengaja, aku mendengar dia berbicara dengan teman-temannya. "Kak Aidan, apa pacarmu benar-benar segatal itu?" "Ya jelas, masa nggak? Dia dilatih oleh Kak Aidan sendiri." "Kalau Lira gimana?" Aidan Jace mengembuskan asap rokok, tatapannya lembut. "Dia beda, dia sangat polos." Saat itu juga, aku mulai membencinya. Sesampainya di kampus, aku langsung menelepon profesor. "Proyek rahasia yang Bapak sebut waktu itu... saya ingin daftar." Mulai dari hari itu, seluruh hidupku hanya untuk bangsa dan negara.

View More

Chapter 1

Bab 1

"Profesor, saya ingin bergabung dengan Proyek Spark yang Anda sebutkan sebelumnya."

Profesor tertegun sesaat, agak terkejut.

"Kamu yakin? Setelah bergabung dengan Proyek Spark, kamu tidak akan bisa berhubungan dengan orang luar setidaknya selama lima tahun."

"Bukankah terakhir kali kamu menolak karena bilang setelah lulus ingin menikah dengan pacarmu?"

Aku berdiri di depan cermin, jemariku perlahan menyusuri bekas-bekas merah samar yang menutupi kulitku. Senyumku pahit.

"Tidak jadi, Profesor. Ke depannya, saya hanya ingin mengabdi untuk negara."

Melihat tekadku begitu kuat, profesor tidak lagi membujuk. Ia hanya berpesan, "Mobil yang menuju markas akan berangkat tiga hari lagi. Gunakan waktu ini untuk berpamitan dengan pacarmu."

"Bagaimanapun juga, kalian sudah bertunangan."

Aku mengangguk pelan, menunduk menatap cincin di jariku, mata terasa panas.

Benar... kami memang sudah bertunangan.

Saat sedang melamun, ponselku bergetar. Ternyata pesan dari Aidan.

[Kenapa nggak balas pesanku? Keluar, temani aku.]

Alamat yang dikirimnya adalah alamat bar tempat tadi.

Aku tidak buru-buru membalas. Menyalakan laptop, memeriksa kembali formulir pendaftaranku untuk terakhir kalinya.

Setelah yakin tak ada yang salah, barulah aku keluar menemuinya.

"Kenapa lama banget datangnya?"

Aidan bersandar malas di sofa, wajahnya jelas menunjukkan ketidaksenangan karena aku terlambat.

"Nggak dapat taksi, jadi nunggu agak lama."

Aku asal mencari alasan, lalu hendak duduk di sebelahnya, tapi pinggangku tiba-tiba ditarik oleh tangan kekarnya. Suaranya terdengar ringan namun penuh nada menggoda.

"Bangun, ini bukan tempatmu."

Kata-kata Aidan seperti tombol pemicu, membuat semua orang tertawa.

"Ya, Kakak Ipar, ini bukan tempatmu."

Teman masa kecil Aidan yang pertama kali membuka mulut, menatapku dengan ekspresi mengejek.

"Mana bisa kamu duduk di sofa? Tentu saja kamu harus duduk di pangkuan Kak Aidan dong."

Yang lain pun ikut menimpali dengan nada menggoda dan tatapan cabul, "Benar tuh. Kakak Ipar, lihat, semua pasangan kita semua duduk di pelukan mereka masing-masing."

Aku mengangkat kepala, memandang sekeliling.

Benar saja, di antara para pria yang hadir, beberapa memang sedang memeluk wanita berpakaian minim di pangkuannya.

Menyadari arah pandangku, para pria itu malah makin menjadi-jadi, gerak mereka semakin berani, suara napas mereka yang berat naik turun memenuhi ruangan.

Teman masa kecil Aidan, sambil meremas tubuh hangat di pelukannya, menatapku dengan pandangan penuh isyarat.

"Kakak Ipar, jangan cuma lihat-lihat dong, perhatikan Kak Aidan juga."

Aku tak berkata apa-apa, tapi hatiku mencelos.

Aku mengenali wanita-wanita itu.

Mereka adalah wanita penggoda terkenal di bar itu, tapi aku tunangan Aidan.

Setidaknya... secara nominal begitu.

Aku menyentuh cincin pertunangan di jariku dan mengalihkan pandanganku ke Aidan yang sejak tadi diam.

Aku menunggunya bicara.

Namun Aidan tidak menatapku sedikit pun, hanya fokus pada gelas di tangannya, seolah-olah sama sekali tak mendengar ejekan yang dilontarkan teman-temannya.
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
10 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status