Share

47. Harapan

Penulis: bluaeya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 10:55:38

Percakapan di Galeri Senja dengan Bima Samudra terasa seperti embun penyejuk bagi hati Raina. Ia telah mengungkapkan sebagian kecil dari kebenaran yang ia ketahui, dan melihat bagaimana informasi itu memengaruhi Bima.

Ada secercah harapan yang muncul: harapan bahwa Arjuna Dirgantara dan Bima, dua saudara yang terpecah oleh duka, suatu hari nanti bisa menemukan jalan untuk berdamai.

Setelah kunjungan itu, Raina kembali ke kantor Grup Dirgantara dengan energi yang baru. Ia masih memikul beban peran calon tunangan Arjuna di depan publik, sebuah sandiwara yang terus-menerus menguji batas emosionalnya. Namun, kini ia memiliki tujuan yang lebih besar: membantu Arjuna dan Bima menyembuhkan luka mereka.

Beberapa hari kemudian, Lia, sekretaris senior, menginformasikan bahwa Arjuna akan mengadakan pertemuan makan siang dengan beberapa mitra bisnis penting. Lia menyerahkan daftar tamu dan agenda rapat kepada Raina. Saat Raina membaca daftar itu, jantungnya berdesir. Salah satu nama yang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dua Tuan Tampan   56. Terowongan Kegelapan

    Beberapa hari setelah penemuan surat Arya, Arjuna dan Raina menghabiskan waktu luang mereka untuk menggali lebih dalam tentang Bramantyo. Mereka menyadari, nama ini tidak hanya terkait dengan skandal yayasan, tetapi juga dengan kepergian Arya yang misterius.Raina, dengan kemampuannya yang teliti, mulai mencari informasi tentang Bramantyo melalui jaringan internal kantor dan sumber-sumber terbuka. Ia menemukan bahwa Bramantyo, setelah skandal yayasan mereda, tidak benar-benar menghilang. Ia hanya mengubah namanya, dan hidup di bawah radar, jauh dari sorotan publik. Ia memiliki beberapa bisnis kecil di luar kota, yang tidak terkait langsung dengan sektor keuangan atau properti."Dia sengaja bersembunyi," Raina berbisik pada Arjuna saat mereka membahas temuan ini di ruang kerja Arjuna yang sepi. "Dia tahu ada yang mencarinya."Arjuna mengangguk, rahangnya mengeras. "Kita harus menemukannya. Dia pasti tahu sesuatu."Namun, Raina tahu, mendekati Bramantyo adalah langkah yang sangat berbah

  • Dua Tuan Tampan   55. Surat Arya

    Pengakuan Tuan Dirgantara Senior tentang Sinta adalah bom yang telah meledak, menghancurkan tembok kebohongan yang ia bangun selama bertahun-tahun. Namun, penolakannya untuk berbicara tentang kaitan Arya membuat Raina, Arjuna Dirgantara, dan Bima Samudra terdiam. Ada sesuatu yang jauh lebih gelap, lebih menyakitkan, yang masih terkubur dalam-dalam di benak pria tua itu. Sebuah bayangan yang enggan terungkap, mengisyaratkan tragedi yang lebih besar dari sekadar skandal yayasan.Raina merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. Ia kini tahu bahwa perannya tidak hanya sebagai jembatan antara Arjuna dan Bima, melainkan juga sebagai penyelidik kebenaran yang sesungguhnya. Ia harus menemukan apa yang Tuan Dirgantara Senior sembunyikan, bahkan jika itu berarti menggali lebih dalam ke masa lalu yang penuh rasa sakit.Setelah percakapan singkat di kamar rumah sakit, Arjuna dan Bima sepakat untuk tidak menekan Ayah mereka lebih jauh. Mereka tahu, memaksanya dalam kondisi seperti itu tidak

  • Dua Tuan Tampan   54. Sunyi

    Keesokan harinya, suasana di kantor terasa lebih mencekam. Ketidakhadiran Arjuna dan Tuan Dirgantara Senior meninggalkan kekosongan yang terasa berat. Lia, sekretaris senior, tampak lebih sibuk dari biasanya, menjawab telepon-telepon dari media dan kolega yang penasaran. Raina mencoba fokus pada pekerjaannya, namun pikirannya terus melayang ke rumah sakit. Bagaimana keadaan Tuan Dirgantara Senior? Bagaimana reaksi Arjuna terhadap semua ini? Apakah ia akan dipecat?Desas-desus mulai beredar di antara karyawan. Ada yang mengasihani Tuan Dirgantara Senior, ada yang menyalahkan Bima karena terlalu gegabah, dan ada pula yang diam-diam menyalahkan Raina karena telah 'membocorkan' rahasia keluarga. Raina merasakan tatapan-tatapan sinis itu, namun ia berusaha mengabaikannya. Ia tahu, ia telah melakukan hal yang benar, terlepas dari konsekuensinya.Ia mencoba menghubungi Arjuna, namun tidak ada jawaban. Pesan singkat yang ia kirimkan juga tak berbalas. Raina merasa putus asa. Ia tahu, kepercay

  • Dua Tuan Tampan   53. Gemuruh Badai

    Keesokan paginya di kantor Grup Dirgantara, suasana terasa aneh. Ada bisik-bisik di antara para karyawan, tatapan-tatapan yang dipenuhi rasa ingin tahu, dan ketegangan yang menggantung di udara. Raina merasakan firasat buruk.Saat ia tiba di ruang kerja Arjuna, ia melihat Lia, sekretaris senior, berdiri di depan meja Arjuna dengan wajah pucat. Arjuna sendiri terlihat sangat marah, rahangnya mengeras, dan matanya memancarkan kilatan tajam yang belum pernah Raina lihat sebelumnya. Sebuah koran pagi tergeletak di atas mejanya, halaman depannya terpampang jelas dengan judul besar:SKANDAL LAMA KEMBALI TERKUAK: HUBUNGAN GELAP TUAN DIRGANTARA SENIOR DAN KELAHIRAN PUTRI RAHASIA?Jantung Raina langsung mencelos. Berita itu. Ini semua tentang Sinta. Dan ini pasti ulah Bima.Arjuna membaca berita itu dengan suara bergetar, setiap kata dipenuhi amarah. "Ini tidak mungkin! Siapa yang membocorkan ini? Siapa yang berani bermain-main dengan nama keluarga saya?!"Raina melihat foto Sinta yang terpamp

  • Dua Tuan Tampan   52. Memo Rahasia

    Keesokan harinya, Raina datang ke kantor dengan wajah lelah, namun matanya memancarkan tekad yang kuat. Ia tahu, ia tidak bisa lagi berdiam diri. Ia harus memutuskan. Mengungkapkan kebenaran, atau menguburnya dalam-dalam demi keselamatan keluarganya? Dilema ini mengoyak jiwanya.Ia melangkah masuk ke ruangan Arjuna. Pria itu sudah duduk di mejanya, tampak sibuk dengan dokumen. Arjuna mendongak, menatap Raina. Ada sedikit kerutan di keningnya, seolah ia bisa merasakan ketegangan yang Raina bawa."Anda terlihat tidak bersemangat, Raina," kata Arjuna, nadanya lembut, sebuah perhatian yang tulus. "Apakah Anda baik-baik saja?"Raina memaksakan senyum tipis. "Saya baik-baik saja, Bapak. Hanya sedikit lelah."Arjuna mengangguk. "Jangan terlalu memaksakan diri. Kesehatan Anda juga penting."Kata-kata Arjuna terasa menenangkan, sekaligus menyakitkan. Raina merasa bersalah karena telah menyembunyikan rahasia sebesar ini dari pria yang semakin ia pedulikan. Namun, ia tahu, mengungkapkan kebenara

  • Dua Tuan Tampan   51. Ancaman

    Raina kembali ke Jakarta dengan perasaan yang tidak menentu. Ia menatap Arjuna dengan tatapan yang berbeda, penuh pertanyaan yang tidak bisa ia ungkapkan. Arjuna, seolah tidak menyadari badai di dalam diri Raina, melanjutkan interaksinya dengan tenang dan posesif. Ia masih mempertahankan sandiwara "calon tunangan" mereka di depan publik, dan Raina terpaksa mengikuti alur itu, senyumnya kini terasa semakin hampa.Beberapa hari setelah itu, Raina menerima pesan singkat dari Dian.Dian: Raina, apa ada informasi baru? Saya yakin ada sesuatu yang tidak beres.Raina menatap pesan itu. Ia ingin membalas, ingin menceritakan tentang pertemuannya dengan Tuan Dirgantara Senior, tentang ancaman yang ia terima. Namun, rasa takut menghentikannya. Ia tidak bisa mengambil risiko itu. Ia harus melindungi Ibu dan Rian.Raina: Maaf, Dian. Saya tidak bisa menemukan apa-apa. Sepertinya informasi itu tidak akurat.Ia berbohong. Dan kebohongan itu terasa pahit di lidahnya. Ia tahu, Dian akan kecewa. Tapi ia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status