Share

#096 Kemesraan yang Pas

Author: aisakurachan
last update Last Updated: 2025-08-25 12:20:17

Bagian dalam kereta kerajaan itu, ternyata lebih mewah dari dugaan Bree. Ornamen yang lebih mewah dari bagian luar, terpasang pada hampir setiap sudut, tapi yang menjadi unggulan menurut Bree adalah kursi yang empuk.

Kursi itu membuat perjalanan jauh lebih nyaman, karena lebih meredam goncangan jalan yang berbatu. Perjalanan mereka ke kota tidak seburuk dugaan Bree, karena Rad paham dengan tugasnya.

Jika biasanya dia memilih untuk mendengarkan dan menjawab obrolan Ben seadanya, sejak tadi Rad mencoba menjawab sedikit lebih panjang, juga mencoba bertanya tentang sesuatu, agar perhatian Ben tidak tidak mengganggu Bree.

Sampai di area pelabuhan, Bree hanya berbicara satu kata pada Ben, yaitu saat mendengar sapaannya.

“Hmm.. Aku merindukan tempat ini.” Ben turun dengan bersemangat dan menghirup udara laut yang ada di sekitarnya. Dia jelas gembira, karena kita pelabuhan yang sibuk itu, tentu sesuai dengan kepribadiannya.

“Kita kemana dulu?” Ben menggosok tangannya dengan tidak sabar.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zakiah Hijab
suka banget sama rad. kasihan bree masih terkukung dalam trauma, dan dia ga tau fakta sebenarnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #096 Kemesraan yang Pas

    Bagian dalam kereta kerajaan itu, ternyata lebih mewah dari dugaan Bree. Ornamen yang lebih mewah dari bagian luar, terpasang pada hampir setiap sudut, tapi yang menjadi unggulan menurut Bree adalah kursi yang empuk. Kursi itu membuat perjalanan jauh lebih nyaman, karena lebih meredam goncangan jalan yang berbatu. Perjalanan mereka ke kota tidak seburuk dugaan Bree, karena Rad paham dengan tugasnya. Jika biasanya dia memilih untuk mendengarkan dan menjawab obrolan Ben seadanya, sejak tadi Rad mencoba menjawab sedikit lebih panjang, juga mencoba bertanya tentang sesuatu, agar perhatian Ben tidak tidak mengganggu Bree. Sampai di area pelabuhan, Bree hanya berbicara satu kata pada Ben, yaitu saat mendengar sapaannya. “Hmm.. Aku merindukan tempat ini.” Ben turun dengan bersemangat dan menghirup udara laut yang ada di sekitarnya. Dia jelas gembira, karena kita pelabuhan yang sibuk itu, tentu sesuai dengan kepribadiannya. “Kita kemana dulu?” Ben menggosok tangannya dengan tidak sabar.

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #95 Akhir yang Lebih Baik

    “Apa aku boleh tidak ikut saja dalam perjalanan ini?” tanya Bree, dalam gumaman yang hanya bisa didengar Rad. Bree dengan otomatis berbicara dengan menyesuaikan kemampuan telinga Rad. Pria itu berbalik menatapnya. “Maksudmu kau ingin tinggal di kastil?” Bree mengangguk. “Beberapa hari kebelakang kau tidak sabar ingin pergi ke kota, dan sekarang kau menolak untuk ikut?” Rad heran. Meski sekarang Bree sudah siap dengan gaun rapi dan lain sebagainya, mendadak Bree tidak ingin ikut dalam perjalanan ini. “Eh!” Bree memekik kecil, saat Rad meraih tangannya. Menarik Bree keluar dari kamar. “Aku menduga, kemalasan ini karena tiba-tiba saja kau ragu soal berpura-pura mesra itu.” Tebakan yang terlalu tepat, sampai Bree ingin melarikan diri ke kamar lagi. Rad terkekeh melihat Bree menunduk diam. “Jika kau tak berani melakukannya, untuk apa mau minta kemarin? Ayo!” Rad kembali menarik tangan Bree, menuruni tangga. Berlawanan dengan Bree, Rad sangat bersemangat menjalankan rencana itu.

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #094 Level yang Seperti Apa?

    Keadaan di mana Bree meminta bantuan, sangat langka. Bisa dikatakan sebagai keajaiban yang setara dengan mukjizat. “Lupakan kalau begitu!” Bree langsung kesal dan mundur mendengar ejekan Rad itu. “Hei... Hei! Aku hanya bercanda. Cepat katakan! Jangan membuatku mati penasaran.” Rad menyesal dengan amat cepat. Bree memberengut, sambil kembali memainkan kuku jarinya. “Dan apa?” Rad menjadi tidak sabar. “Aku ingin kita berpura-pura mesra di hadapan Ben.” Jika tadi hanya lelucon, maka sekarang Rad benar-benar merasa jika ada yang salah dengan telinganya, karena dia mendengar sesuatu yang aneh. “Kau apa? Aku tidak sedang mengejek.” Rad meletakkan tangan di meja, bersandar pada tangan itu, perlahan mencondongkan badan ke arah Bree Bree tidak melihat, karena masih terus menunduk. Semakin dalam, karena sebenarnya malu untuk meminta bantuan, apalagi bantuan seperti ini. Tapi tak punya pilihan. “Coba ulangi,” desak Rad. “Aku ingin kita bersikap mesra di hadapan Ben.” Bree sedikit berte

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #093 Pertolongan yang Dibutuhkan

    Bree mondar-mandiri di dalam kamar, dengan tangan terlipat di depan tubuh. Berpikir keras tentang apa yang akan dilakukannya. Sejauh ini, rencananya tidak terlalu berhasil dengan baik, karena antusiasme Ben sama sekali tidak berkurang. Antusias Ben pada dirinya justru bertambah. Entah Ben sengaja atau tidak, yang pasti jika terus seperti ini, gosip itu tidak akan berubah. Bree mengeluh dan mendesah. Bree tidak terlalu menyukai saat harus berpikir secara tiba-tiba seperti ini, karena keputusan yang dihasilkannya, biasanya akan sedikit nekat. Tapi saat ini dia tak punya waktu berpikir panjang. Dan mungkin antusiasme harus dilawan dengan kenekatan. Bree lalu memandang pintu. Dia menunggu Aima,dan berharap Aima akan datang terlebih dulu daripada Rad. Dia butuh bicara pada Aima, dan dia tak mungkin mengusir Rad keluar dari kamar jika dia sudah ada di dalam. Bree ingin bisa bebas bicara dengan Aima. Saat melihat pintu itu sunyi, Bree kembali melangkah mondar-mandir. Menimbang situasin

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #092 Usaha yang Sulit

    “Aku mengakui kehebatanmu kali ini,” kata Ben.Rad mendengus. “Aku memang selalu lebih hebat darimu, dan tidak perlu pengakuan darimu,” balas Rad. Sengaja menyombongkan kemenangannya. Ben mengangkat tangan, terlihat jengkel, tapi terbiasa oleh arogansi Rad.Rad turun dari punggung Mir, dan menyerahkan kekang kepada Curtis, yang sekaligus menerima kekang Gris dari Ben, lalu menuntun kedua kuda kembali ke dalam istal. Perlombaan sudah selesai, kini kedua kuda itu bisa beristirahat. Rad mengernyitkan kening saat sampai di Bree. “Ada apa?” tanya Bree, saat melihat kerutan kening itu.“Kau bahagia,” kata Rad menunjuk Bree yang semakin heran.“Hah?” Tentu saja Bree tidak akan mengerti bagaimana hidung Rad menangkap aroma menyenangkan yang dipikir sudah musnah itu. Tidak terlalu tebal seperti sebelumnya, tapi ada.“Apa ya

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #091 Ular yang Mendesis

    “Kau jadi menunggang atau tidak?!” Rad membentak jengkel. Tidak bisa menyembunyikan amarah dalam suaranya. Dan Ben juga akhirnya sadar jika Rad kesal.“Iya. Kau itu kenapa?” Ben menggeleng, sambil menghampiri Gris, yang kini sudah dipasangkan pelana oleh Curtis. Ben kemudian naik, dan menghela kuda itu berlari mengelilingi lapangan istal. Wajahnya tidak bisa lebih gembira lagi.Bree berjalan mendekati Rad, lalu berdiri di sampingnya. Berpura-pura melihat Gris berlari, seperti yang lain. Tapi kemudian dia menegur Rad dalam bisikan, dan desisan kesal.“Kau itu kenapa? Ben mungkin temanmu, tapi tetap ada ayahnya disini! Aku rasa tidak bijak jika kau terus menegurnya, dan bersikap galak seperti itu!” Bisikan Bree amat pelan, orang lain tidak mungkin mendengar, tapi Bree tahu Rad memiliki telinga yang tajam, jadi pasti akan mendengar seluruh perkataannya.“Kau yakin tidak mengenalnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status