Share

#160 Tuduhan yang Bodoh

Penulis: aisakurachan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-10 10:25:06

Rad bergegas bangun, dan menyambar pakaian. Tapi baru separuh jalan, memakai celananya, Rad berhenti lalu memandang Bree.

“Tunggu! Bagaimana kejadiannya dan karena apa?”

Rad hanya bergerak refleks saja. Tak mengerti apa pun, tapi Bree kurang lebih sama. Gelengan kepala adalah jawabannya.

“Aku tidak tahu,” kata Bree. Dia tahu ini kabar yang tidak indah, tapi hanya sebatas itulah pengetahuannya.

“Kau tidak tahu bagaimana?” Rad perlu keterangan lebih jelas.

“Aku sudah di penjara saat itu terjadi." Bree menggeleng.

Rad kembali duduk di ranjang. "Ceritakan lengkapnya. Aku tak paham."

Bree duduk bersandar, sambil menarik selimut menutupi tubuhnya yang masih telanjang. Lalu menceritakan kisah membingungkan lainnya.

"Setelah kejadian pembunuhan ayahku, aku dipenjara langsung karena pernyataan Amber yang memberatkan aku sebagai pembunuh Ayah. Tapi tentu tuduhan itu masih perlu dibuktikan, dan aku tak punya motif untuk melakukannya. Saat itu aku sudah bisa berharap akan bebas, tapi ben
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #195 Kekejian yang Tidak Bisa Dipahami

    Rad duduk diam di atas ranjang, sambil memejamkan mata. Menajamkan kemampuan mendengar. Saat berusaha seperti ini, Rad bisa menangkap percakapan ribut yang ada di luar. Rad ingin menampung semua suara kegemparan, berusaha untuk mendengar segala gunjingan dan berita yang beredar di istana.Intinya, Rad sedang menguping. Hal yang selama ini tidak pernah dia lakukan karena tidak ingin mendengar pembicaraan orang lain yang menurutnya tidak penting. Rad biasa mengatur kemampuan telinganya, agar tidak merasa lelah, dengan mendengar hal yang tidak diinginkan. Tapi saat ini Rad membutuhkan hal-hal tidak penting yang dibicarakan orang. Semua gosip yang beredar saat ini penting baginya. Rad perlu tahu, untuk menakar pengetahuan penghuni istana tentang apa yang sebenarnya terjadi tadi malam. Seluruh lingkungan istana jatuh dalam kegaduhan. Kebakaran dan Bastian yang terluka adalah gosip yang cukup menarik, untuk mengundang siapa saja angkat bicara. Belum disusul dengan berita menghebohkan la

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #194 Kekuatan yang Menggoda

    Kini Rad mengerti kenapa Ben membuat perlombaan seaneh itu. Baginya manusia tidak lebih dari makhluk yang bisa dimanfaatkan. Tidak terlalu berharga. Anggapan Ben, manusia atau hewan sama saja. Ben tak terlalu menimbang apakah pantas atau tidak, saat memperlakukan pelayan seperti itu. Kekuatan itu, meracuni otaknya dalam kadar yang akut, tak bisa berbalik lagi. “Apa kepalamu berapa kali tersambar petir sampai bisa berpikir seperti itu?!” Rad melompat berputar di udara, saat dua petir menyambar bersamaan ke arahnya. Terdengar dengusan dari Ben yang kini berjalan mendekati Rad. “Kau Inhumane yang sudah kuat dari lahir! Kau takkan tahu bagaimana rasanya dihina karena lemah. Kau mendapat semuanya, bahkan ayahku juga selalu mendengar pendapatmu. Menurutnya kau lebih pintar dariku. Tapi kini dia akan paham jika aku bisa menjadi seperti dirimu, bahkan lebih hebat lagi!” Ben kembali mengeluarkan tawa sinting yang membuat Rad menggelengkan kepala. “Kalau itu maumu, serang aku!” kata Rad

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #193 Sihir yang Liar

    Tangan Rad berayun, melayangkan cakaran tepat mengarah ke kepala Ben, tapi Ben mengangkat tangan, dan bola api muncul dari tangannya, menghantam dada Rad seperti tinju, melemparnya ke seberang ruangan. "Woaa! Itu tadi nyaris." Ben lalu melompat menjauh, berseru panik. Kecepatan Rad melebihi dugaannya. Rad berputar, dan mendarat pada kedua kakinya dengan sempurna, sementara wajahnya mengernyit. Bukan hanya Ben yang terkejut, Rad juga sama. Ini pertama kalinya dia menghadapi penyihir. Tidak punya gambaran bagaimana kekuatannya. “Rupanya sihir seperti ini. Bagaimana kau mempelajarinya?” tanya Rad, sambil mengelus dadanya yang nyeri, sekaligus mematikan api yang membakar bajunya. Api itu tidak membuat kerusakan serius. Hanya nyeri hantaman. Rad terlalu meremehkan Ben. Kini setelah menimbang bagaimana cara menyerang, Rad tahu ia harus cepat karena mendengar hembusan napas Bastien semakin pelan. Lingkaran api yang tadi mengurung, kini terpusat hanya untuk 'melindungi' Bastien. Perlin

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #192 Pengorbanan yang Kuat

    Penyihir itu mengangkat tangan, membuka tudung yang menutupi kepalanya. Dan memang wajah yang muncul adalah Ben. Pantas saja jika Bastien terlihat begitu ngeri. Dia bisa melihat jika anaknya baru saja akan menjadikannya tumbal kekuatan. Tentu ini adalah mimpi buruk baginya. Ben tersenyum kecil saat melihat Rad mematung karena kaget. "Terkejut? Aku tidak menyalahkanmu, Rad. Aku menyembunyikannya dengan sangat baik memang. Dan masih ingin menyembunyikannya lebih lama lagi. Tapi tentu kau juga sudah merusak rencana ku yang itu." Senyum Ben berubah jengkel. "Tapi aku tak mau lagi menunggu sampai bulan biru berikutnya untuk melakukan pengorbanan. Pengorbanan terbesarku." Senyum kembali pada wajah Ben, sementara dia menoleh memandang ayahnya yang kini menggeleng dengan wajah semakin pucat, dan terus bergumam, mencoba berteriak. "Kau ingin membunuh ayahmu sendiri demi mendapatkan kekuatan?" Rad sama sekali tidak tahu apa yang dimaksud dengan bulan biru tapi jelas intinya Ben ingin membunu

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #191 Ritual yang Terganggu

    “Darah siapa?” tanya Bree, sambil memandang sekitar yang sangat tenang. Tidak ada tanda keributan. Rad menggeleng. Dia tak bisa membedakan aroma darah, kecuali milik Bree. Apalagi ini adalah darah pria. Dia tahu secara insting, jika aroma yang menguar ini bukan makanan untuknya. Tapi Rad masih bisa mencari dari mana asalnya. Dengan menggenggam tangan Bree, Rad berlari tergesa ke menuju arah aroma ini. Pencarian ini tidak terlalu lancar, karena hidung Rad jelas masih terganggu oleh ratusan aroma parfum yang tadi memasuki hidungnya. Ini sedikit menumpulkan kemampuan hidungnya. Tapi beruntung aroma yang dicari adalah darah. Aroma yang mudah dikenali oleh Rad. Beberapa kali Rad juga harus menemui jalan buntu, karena dia sama sekali tidak mengenal istana itu. Dia harus memilih jalan lain untuk menuju pusat aroma. Yang jelas, letak aroma itu menjauhi area pesta. Membawa mereka ke ke tempat yang lebih sepi, jauh dari hingar bingar dan juga gemerlap pesta. Lorong yang mereka tempuh saat i

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #190 Cemburu yang Sulit

    "Aku sama sekali tidak menyangka jika Campy ternyata punya hubungan khusus denganmu dalam taraf itu.” Bree bergumam, agar orang disekitarnya tidak mendengar. Tapi sebenarnya tidak perlu. Mustahil mereka akan mendengar Bree di antara suara musik yang saat ini menggema di sekitar. Jika saja Rad tidak memiliki pendengaran extra kuat, kemungkinan besar dia juga tidak akan mendengar gumaman Bree itu. Dengan pendengaran itu saja, Rad masih harus berkonsentrasi pada Bree saja, untuk bisa mendengarnya. Telinga itu harus bekerja keras diantara keriuhan pesta. Mereka tentu saja sedang menghadiri pesta yang tetap diadakan oleh Ben. Keputusan yang membuat Bree mengomel kemarin. Merasa jika Ben terlalu memaksakan keadaan menjadi ceria. Tapi memang itu tujuannya. Kali ini Ben sejalan dengan ayahnya. Bastien tidak ingin memperbesar masalah, agar keributan tidak sampai terdengar ke negeri tetangga. Maka pesta itu tetap terjadi, dan mau tidak mau mereka harus datang. “Kau memilih untuk membahas ha

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status