Accueil / Romansa / Duda Incaran Shana / 19. Peringatan Tegas

Share

19. Peringatan Tegas

Auteur: Viallynn
last update Dernière mise à jour: 2025-03-01 22:04:05

Bohong rasanya jika Shana tidak gugup. Jika bisa, dia ingin melarikan diri sekarang juga. Sayangnya, pria di sampingnya tentu akan melarang. Membuat Shana hanya bisa merutuk dalam hati.

Shana pikir pengendalian dirinya sudah yang terbaik, ternyata Ndaru jauh lebih baik. Pria itu terlihat begitu tenang. Seolah pria yang akan mereka temui saat ini bukanlah siapa-siapa.

Baiklah, Dito Alamsyah memang bukan siapa-siapa bagi Handaru Atmadjiwo. Namun berbeda dengan Shana, Dito adalah mantan tersial yang pernah ia punya.

"Pak, mending kita batalin aja." Akhirnya Shana menyuarakan suara hatinya.

Ndaru yang tengah membaca artikel harian bisnis pun menoleh. Tidak bertanya, tetapi alisnya terangkat sebelah.

"Dito bahaya, Pak. Ini nggak bener." Shana dengan cepat berdiri sambil meraih tasnya.

Sayangnya dengan cepat Ndaru menahan lengannya. Shana tentu terkejut. Dia menoleh dan lagi-lagi tidak ada ekspresi di wajah Ndaru. Pria itu kembali memintanya duduk dengan tenang.

"Kamu taku
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Duda Incaran Shana   130. Beban

    Pagi ini Shana tidak sendiri. Ada Erina yang datang menunjungi. Bukan hanya seorang diri, melainkan bersama kekasih hati. Berusaha melihat keadaan adik yang sulit untuk ditemui. Mau tidak mau Shana menceritakan semuanya. Semua hal tanpa terkecuali. Termasuk Ndaru yang mulai berada di pihaknya. Meski begitu, justru semakin membuat Erina khawatir dibuatnya. "Semua jadi runyam, Shan." Erina mengeluh. Shana hanya bisa menunduk. Dia sadar jika keadaan sedang tak baik-baik saja. Terlebih dia sudah mulai menunjukkan taringnya pada keluarga Atmadjiwo. Shana yakin, pelaku yang menjebak ayahnya juga sudah mulai bertindak. Shana tidak bodoh. Kesialannya akhir-akhir ini pasti sudah direncanakan. Sama seperti Arya, besar kemungkinan jika ia juga akan disingkirkan. Bak seperti hama yang harus dimusnakan. Beruntung ada Ndaru. Ya, tak dapat dipungkiri jika Shana sangat berterima kasih pada pria itu. Jika saja Ndaru tidak berada di pihaknya, Shana yakin jika ia sudah berada di dalam tana

  • Duda Incaran Shana   129. Pertengkaran Hebat 2

    Darma, sepertinya pria itu sangat marah. "Kenapa kamu selalu bela dia?! Buka mata kamu Ndaru! Dia bawa kesialan buat keluarga kita!" Suara itu terdengar jelas di telinga Shana. Hatinya terasa tercubit saat mendengar itu. Ternyata begitu pandangan Darma atau bahkan keluarga Atmadjiwo yang lain terhadap dirinya. Menyedihkan. "Jaga ucapan Anda." Shana bisa mendengar Ndaru membelanya. "Saya nggak terima kalau istri kamu tampar anak saya. Kamu mau bela pembunuh kakak kamu itu?!" "Saya bukan pembunuh." Shana muncul dan mengelak tuduhan Darma mentah-mentah. "Kamu! Dasar wanita nggak tau malu. Kamu apakan anak saya?! Berani-beraninya kamu tampar dia!" Shana menatap Darma lekat. Tidak peduli pada tatapan jengah Ndaru. Jelas pria itu kesal dengan kedatangan Shana yang sudah ia larang. "Saya hanya melakukan hal yang sama dengan apa yang anak Bapak lakukan." Shana menunjuk pipinya. "Anak Bapak juga tampar saya," balasnya tenang. "Kamu pantas ditampar. Kamu sudah bunuh me

  • Duda Incaran Shana   128. Pertengkaran Hebat 1

    Rumah adalah tempat ternyaman. Menjadi pelindung yang paling aman. Shana baru merasakan itu sekarang. Setelah beberapa bulan hidup di istana dengan terkekang. Shana akui, kehidupannya dengan Ndaru mengalami banyak perubahan. Hubungan mereka berputar drastis sejak malam itu. Malam di mana mereka memutuskan untuk menyatu tanpa memikirkan tujuan awal mereka bersatu. Meski Ndaru masih terlihat acuh tak acuh, tetapi Shana bisa merasakan gunung es di hati pria itu mulai mencair. Ya, Shana merasakannya. Seperti saat ini, pemandangan di hadapan Shana sekarang adalah pemandangan yang sulit untuk ditemui saat dulu. Jauh berbeda dengan sekarang. Senyum Shana merekah dengan mudahnya melihat interaksi Ndaru dan Juna yang menggemaskan. Ndaru mulai lepas, bahkan saat di depannya. Getaran pada ponsel membuat Shana mengalihkan pandangannya. Dia meraih ponselnya di atas sofa dengan dahi berkerut. Ada nama Nendra di sana. Membuat Shana ragu untuk mengangkatnya. Shana kembali menatap Ndaru

  • Duda Incaran Shana   127. Dari Hati

    Bagaimana dengan Putri? "Di mana Shana?" tanya Ndaru begitu melihat Bibi Lasmi membersihkan ruang tamu. "Bapak pulang?" Bibi Lasmi terkejut. "Ibuk di kamar, Pak." Tanpa menjawab, Ndaru kembali berjalan cepat. Dia naik ke lantai dua dan melihat Roro yang berdiri di depan kamar Shana. "Pa—" Ndaru mengabaikan Roro dan menggeser tubuhnya dari pintu. Tanpa mengetuk, Ndaru masuk ke dalam kamar Shana dan menutupnya rapat. Membuat si pemilik kamar terkejut melihat kedatangannya yang tiba-tiba. "Pak Ndaru?" Shana menatapnya bingung. Ndaru menatap wanita itu lekat. Melihat dari atas ke bawah dan kembali ke atas dengan pandangan lamat. Berharap menemukan titik yang tak biasa di matanya. "Kok Pak Ndaru pulang?" Ndaru menghela napas panjang dan berjalan mendekat. "Mbak Putri ke sini?" Shana tersenyum kecut. "Pasti Roro yang bilang." "Di mana dia?" "Sudah pulang." "Kenapa panggilan saya nggak diangkat?" Kening Shana berkerut dan mengambil ponselnya di atas nakas. "

  • Duda Incaran Shana   126. Rasa Malu

    Mengingat kejadian tadi pagi membuat senyum Shana kembali merekah. "Tuh, senyum-senyum lagi. Ibu kasmaran beneran, nih," goda Roro membuyarkan lamunan Shana. Shana berusaha untuk tenang. Dia merasa wajahanya memanas dan tentunya warna merah tak bisa lagi terhindarkan. Sial! Apa benar dia kasmaran? Telepon rumah berbunyi, membuat Roro dengan sigap mengangkatnya. Setelah mendengar ucapan seseorang di seberang sana, Roro menatap Shana lekat. "Siapa?" tanya Shana bingung. "Bu Putri, Bu. Bu Putri ada di depan." Shana menahan napasnya. Dia meletakkan tepung di tangannya dengan wajah kaku. "Minta dia masuk." Dengan cepat Roro menggeleng. "Nggak bisa, Bu. Bapak bilang Ibu nggak boleh keluar dan tidak boleh dikunjungi. Oleh siapa pun itu, termasuk keluarga Bapak." "Nggak apa-apa, Ro. Saya aman, ini di rumah saya sendiri." "Saya mohon jangan buat posisi saya sulit lagi, Bu. Ini hari pertama saya masuk." Roro memohon. "Benar, Bu. Jangan buat Bapak marah. Saya n

  • Duda Incaran Shana   125. Penjara Istana

    Senyum Shana merekah. Dia tertawa begitu menyadari kebodohannya. Dia terkekeh saat tak sengaja menjatuhkan satu butir telur. Membuat Bibi Lasmi menggelengkan kepalanya sabar. "Kalau gini rasanya kayak saya ngajarin Mas Juna, Bu. Untung Mas Juna di sekolah." Shana kembali tertawa. Tak merasa tersinggung dengan ucapan Bibi Lasmi. Saat ini dia memang berada di dapur, membantu Bibi Lasmi atau lebih tepatnya mengganggu wanita itu yang tengah membuat kue. Entah kenapa Shana menginginkan makanan manis pagi tadi. Dia pernah dengar dari Suster Nur jika kue buatan Bibi Lasmi itu enak. Oleh karena itu dia meminta wanita itu untuk membuatnya. Kini, Shana berinisiatif untuk ikut membantu, meski perannya sebenarnya tak dibutuhkan. Memang benar jika Shana bisa memasak. Hanya saja untuk kue adalah pengecualian. "Kayaknya Ibu bahagia banget hari ini," ucap wanita yang tengah duduk di meja makan. Shana menoleh dan tersenyum. Sedikit menahannya agar senyum itu tak terlalu ketara. "Ya,

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status